"Satu luka, akan kubalas dengan seribu luka yang lebih menyakitkan!"
Dara Queen Bramasta
🌿🌿🌿
Tanpa alasan, Dara dicampakkan dan ditinggal menikah oleh kekasihnya, Ibra.
Sakit hati mendalam yang dia rasakan mengubah Dara menjadi wanita dingin dan tak berperasaan. Hatinya telah diliputi oleh dendam, dan tujuan hidupnya hanya satu, membuat pengkhianat itu menderita.
Lalu setelah ia berhasil membalas sakit hatinya, mampukah Dara berdamai dengan keadaan dan hatinya? Bisakah ia membuka hati yang terlanjur mati rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Dara baru saja membuka mata. Kepalanya sedikit pusing. Dia mengedarkan pandangannya, "Ternyata aku ada di apartemen"
Putri Papa Axel itu menyandarkan tubuhnya. Namun Dara merasa ada yang aneh. Dia tertegun, bayangan kejadian semalam berputar di kepalanya, ia memeriksa sesuatu,
Deg
Dara ingat, ia yang mencium Rey lebih dulu
"Rey ..."
"Aku tidak punya pilihan lain. Selain untuk menyelamatkanmu, mungkin ini jalan agar kita bisa bersatu"
Rey mencium bibir Dara lembut. Begitu dalam dan pelan.
Mereka saling menatap dengan sorot mata berkabut
"Aku mencintaimu, Ra. Dulu hingga sekarang"
Cup
Ciuman keduanya semakin dalam, baik Dara maupun Rey, keduanya sama - sama di mabuk suasana. Rey menggendong Dara menuju ranjang. Ia rebahkan tubuh Dara dengan lembut.
Dara mengalungkan tangannya di leher Rey. Dirinya setengah sadar, namun entah kenapa ia tak bisa menahan diri. Hatinya menolak apa yang dia lakukan, tapi tubuhnya mengatakan sebaliknya. Dara bahkan mencium Rey lebih dulu.
"Astaga, apa yang terjadi padaku? Kenapa aku semurahan ini. Bagaimana jika setelah ini Rey juga mencampakkan aku?" jerit Dara dalam hati
Dara merasa gila, dia tak bisa mengendalikan diri. Tangannya bahkan mulai meraba dada Rey yang terasa berotot.
"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Aku pasti sudah tidak waras! Bagaimana aku bisa semurah itu?" Dara tersenyum nelangsa, "Lihat, dia bahkan pergi setelah semua yang terjadi. Apa yang harus aku lakukan sekarang?!"
Dara turun dari ranjang, dia masuk ke dalam kamar mandi. Gadis oh ralat, mantan gadis itu berdiri di depan cermin. Memperhatikan jejak kejadian kelam yang terjadi beberapa jam lalu.
"Kau sungguh murahan, Dar!"
Dara merendam tubuhnya ke dalam bathup. Merenungi semua yang terjadi diluar kendalinya.
Hampir satu jam berendam dan merenung, Dara beranjak dari kamar mandi. Usai memakai piyama tidurnya, Dara berniat menuju ke dapur. Perutnya lapar dan harus di isi. Ia bukan gadis kolot yang harus meraung setelah kejadian tadi. Otaknya akan ia gunakan untuk berpikir bagaimana dan apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Tak Tak Tak
"Akhirnya kamu keluar juga, Sayang"
"P-papa"
Langkah Dara terhenti saat melihat Papa, Mama dan juga Opa Brama serta Rey yang wajahnya sudah penuh lebam.
"A-apa yang terjadi? Kenapa kalian semua ada disini?"
Papa Axel berdiri, dia memeluk putrinya, "Kamu baik - baik saja, Sayang?"
Dara menatap semua orang bergantian, "A-aku baik"
Mama Raya ikut beranjak kemudian berdiri di depan putrinya, "Rey sudah mengatakan semuanya pada kami"
Deg
Dara tertegun, dia kaget akan perkataan Mamanya.
"Bisa jadi Rey seperti itu setelah mengatakan semuanya. Pasti Papa yang memukulinya" bathin Dara
"Papa tidak membenarkan apa yang terjadi. Tapi bagaimanapun, nasi sudah menjadi bubur. Dan jalan satu - satunya adalah kalian harus menikah!"
"Aku tidak bisa!"
Papa Axel, Mama Raya, Opa Brama dan Rey menatap Dara. Gadis itu terlihat bingung dengan mata berkaca - kaca
"Sayang, kalian sudah berbuat dosa. Dan satu - satunya jalan adalah dengan menikah" bujuk Papa Axel
"Tapi Papa tahu kan, aku belum-"
"Bagaimana kalau kamu hamil anakku? Kita bahkan terus mengulangnya"
Dara menatap Rey dengan tatapan yang tak bisa di artikan, "Itu di luar kendali kita, Rey. Lagipula, kita hanya sekali melakukannya. Tidak mungkin-"
"Kamu bukan gadis bodoh, Ra. Jangan mencoba untuk terus menyangkal. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Atau ... Kamu belum bisa melupakan Ibra?"
"Ini tidak ada kaitannya dengan Ibra!"
"Lalu apa alasanmu untuk menolak menikah denganku? Ingat, kita sudah berbuat dosa. Atau kamu takut aku seperti dia?"
Dara terdiam, dia bimbang. Menikah apalagi dengan Rey sama sekali tak ada dalam otaknya.
"Rey aku-"
"Papa yakin, Rey tidak sama dengan pria itu, Sayang. Kamu harus belajar membuka hati. Mungkin kejadian ini adalah awal kebahagiaan kamu walau caranya tidak bisa di benarkan"
"Benar yang Papa kamu katakan, Sayang. Jika Rey pria yang tidak bertanggung jawab, dia tidak akan datang dan mengakui kesalahannya pada kami. Bahkan, saat Papamu memukulnya, dia sama sekali tak melawan"
Dara terdiam. Maju tidak yakin, mundur ia takut kemungkinan terburuk terjadi.
Rey berdiri di depan Dara, menatap gadis itu dengan lembut, "Ra, beri aku kesempatan. Kalau sampai aku menyakitimu, aku rela memberikan nyawaku. Papamu dan Opa Brama bisa pegang janjiku"
Dara masih terdiam, dia bimbang. Di tatapnya keluarganya bergantian. Mama Raya tersenyum, begitupun Opa Brama
"Papa merestui kalian"
"Tap-"
"Papa yakin, ini adalah awal kebahagiaanmu. Berhenti mengurung diri, sekarang saatnya kamu bahagia"
Dara akhirnya mengangguk pelan. Sebagai orang tua yang menyayangi anaknya, malam ini juga Papa Axel memanggil seorang ulama untuk menjadi saksi pernikahan mereka.
Pernikahan antara Dara dan Rey terjadi malam ini. Untuk resepsi belakangan. Yang penting sah dulu secara agama dulu.
"Ingat, aku pegang janjimu"
"Baik, Pa. Aku serahkan nyawaku pada Papa jika aku mengingkarinya"
Papa Axel tersenyum. Dibanding dengan Ibra, sejak awal ia memang lebih menyukai Rey. Ternyata Allah Maha Baik, Dia mengabulkan doanya. Walau sempat berpisah lama, jika jodoh tidak akan kemana.
"Kamu sudah menjadi seorang istri, berbaktilah pada suamimu" ucap Mama Raya. Dara mengangguk lalu memeluk Mamanya
"Mama mendoakan kebahagiaan kalian" Mama Raya menatap Rey, "Jaga Dara untuk kami"
"Pasti, Ma. Jangan khawatir. Selama aku masih bernafas, aku akan menjaga Dara dengan baik"
Dara terenyuh, ternyata Rey se serius ini dengannya.
Papa Axel memeluk putrinya kemudian memeluk Rey, "Jaga harta paling berharga Papa. Papa percayakan dia padamu"
"Pasti, Pa" jawab Rey dengan mantap
"Setelah ini, cepat berikan Papa cucu!"
Uhuk - uhuk - uhuk
udh end aja nih....
tp ga pa2 deh....d tnggu crta yg lainnya y kk...jgn lpa notif y....
smngttt.....❤❤❤
Ceritanya bagus..
oma raisa pst nysel bgt y knp bwa mngga muda????bkannya bumil yg mkan,eehhh.....mlh mreka yg mst mkan....mskpn blangnya ngidam,tp kn ngilu jg tuh.....apes....apes....
🤣🤣🤣
mngkn tu jg tgurn buat mreka smua,pst ada hkum tabur tuai d dnia ni....tp kl bsa mmprbaiki diri,pst ada jln trbaik jg....spa tau kn nnti silvi bs hmil???yg pnting dia tlus mmnta...
silvi jg wanita yg cukup baik dan perhatian serta tulus sm ibra dan pak indra,walau niatnya salah di awal.
jd bapeeuurrr....mau dong 1 yg ky rey...udh baik,prhtian lg....
ksialan apalgi yg kau dustakan....
🤣🤣🤣
smntra clon ibu sm clon oma mh sntai aja....
walau caranya salah,mudah2an silvi perempuan yg baik buat ibra.yg mau mengurus ibra dan pak indra dg tulus.mudah2an setia walau dapat hasil merebut dr cantika.