NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Untuk apa?

Pagi ini Jingga turun ke ruang makan, di sana sudah ada Ayah beserta ketiga saudaranya. "Selamat pagi," ucapnya dengan ekspresi datar.

Jerry tersenyum lega melihat putrinya ikut begabung di maja makan setelah 3 bulan lamanya, "Selamat pagi, Sayang. Ayo duduk," balasnya di iringi senyum manis.

Jingga menarik salah satu kursi yang masih kosong. "Setelah sarapan Jingga ingin berbicara dengan, Ayah," kata Jingga tanpa menatap Ayahnya.

"Tentu," jawab Jerry.

Sarapan di mulai dengan Jerry yang terkadang mengajak bicara putrinya, meskipun hanya di balas anggukan maupun jawaban singkat dari Jingga.

Sedangkan ketiga putra Januarta menatap Jingga dengan tatapan yang berbeda.

Jio menatap kakak tirinya dengan tatapan bersalah, sedangkan Jason hanya menatap datar Jingga.

Jean? Sedari tadi pemuda itu menatap Jingga dengan tajam. Ia menebak-nebak apa yang akan di bicarakan gadis itu kepada ayahnya.

"Ayo ikut ayah ke ruang kerja," ajak Jerry kepada Jingga. Pria itu sudah menyelesaikan sarapannya, begitupun dengan anak-anaknya.

Jingga mengangguk dan berdiri dari duduknya, ia mengekori sang Ayah yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju ruang kerja.

Sekarang di ruang makan hanya tinggal Trio J. "Dia gak mungkin tau kan, Kak?" tanya si bungsu.

"Aman!" balas Jean.

Jio menarik napas lega. Sungguh, kini ia merasa begitu menyesal menuruti ajakan kedua kakaknya. Pandangan kepada kakak tirinya mulai berubah.

Di dalam ruang kerja, Jingga sudah duduk berhadapan dengan sang Ayah. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Nak?" tanya pria itu dengan lembut. Dia mendadak canggung ketika berhadapan dengan Jingga.

"Sebelumnya Jingga ingin meminta maaf kepada Ayah. Maaf jika Jingga bukan anak yang bisa Ayah banggakan. Maaf jika selama tinggal di sini Jingga pernah berbuat salah dan mengecewakan Ayah."

"Jingga sudah tau lama bagaimana Ayah dan Ibu bisa bertemu, dan bagaimana Jingga bisa hadir di antara kalian."

Jerry tersentak kaget ketika mendengar fakta ini, "Ba--bagaimana kamu bisa tau?"

Jingga meremat kedua tangannya, "Ayah tidak perlu tau dari mana Jingga mengetahuinya. Jingga juga ingin meminta maaf jika kehadiran Jingga membuat keluarga Ayah menjadi berantakan."

"Terima kasih sudah mendatangi Jingga di panti asuhan 5 bulan yang lalu. Akhirnya setelah 22 tahun, ada seseorang yang bisa Jingga panggil dengan sebutan Ayah."

"Jingga memang kecewa dengan Ayah, tetapi apa yang Ayah katakan memang benar adanya. Jingga hadir karena kesalahan, Jingga lahir di luar ikatan pernikahan. Jingga menerima itu dengan lapang dada," jelas Jingga. Wajahnya benar-benar tidak menampilkan ekspresi apapun.

Jerry merasa hatinya seperti di remas, "Maafkan, Ayah." Kalimat yang ia pendam selama 3 bulan akhirnya keluar juga dari mulutnya.

"Ayah tidak perlu meminta maaf. Ada satu lagi yang ingin Jingga katakan kepada Ayah," ucap Jingga sembari menatap kedua mata Ayahnya.

"Ayah? Izinkan Jingga kembali ke panti. Ayah tidak perlu lagi merasa bersalah karena perbuatan Ayah di masa lampau. Ayah bisa mengunjungi Jingga kapan saja jika Ayah mau," ujar Jingga di akhiri dengan senyum tipis.

Jerry menata anaknya dengan sendu, "Apa kau tidak suka tinggal bersama Ayah dan saudaramu?" tanyanya.

Jingga rasanya ingin tertawa sekarang juga. "Jingga senang tinggal di sini, tetapi Jingga lebih senang tinggal di panti asuhan. Ibu menitipkan Jingga di sana, sudah pasti Ibu paham mana tempat yang nyaman bagi anaknya," jelas gadis itu.

Jerry mengerti maksud dari kata "paham" yang di maksud anaknya. Dulu, saat Winata mengatakan hamil anaknya, wanita itu tidak meminta pertanggung jawaban darinya.

Winata hanya memberitahunya, setelahnya wanita itu memilih pergi dan menghilang. Bahkan di saat wanita itu mengidap penyakit parah, ia lebih memilih untuk menitipkan anaknya di panti asuhan dari pada menghubunginya maupun keluarganya.

Sekarang apa yang bisa Jerry lakukan? Dia ingin anaknya tetap tinggal besamanya, tetapi ia juga tidak ingin egois.

"Pergilah, Nak! Pergilah ke tempat di mana kau merasa bahagia dan nyaman. Maafkan Ayah yang belum bisa memberikanmu kenyamanan," ucapnya pada akhirnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jingga berkutat dengan tugasnya, helaan napas berat beberapa kali kaluar dari bibirnya. Ayahnya memang mengijinkannya kembali ke panti asuhan, tetapi sang Ayah masih menahannya hingga satu minggu ke depan.

Brak!!

Jingga berjengkit kaget, gadis itu menoleh ke arah pintu kamarnya yang di buka kasar dari luar. "Kamu apa-apaan sih, Je!"

Pemuda itu menutup pintu dan menguncinya, setelahnya ia berjalan sempoyongan ke arah Jingga.

"JEAN!!" teriak Jingga.

Si pemilik nama sama sekali tidak menghentikan langkahnya, Jingga menjadi waspada karenanya. Jean sedang di bawah pengaruh alkohol.

"Berani-beraninya lo mau keluar dari rumah ini!" suara pemuda itu rendah, tetapi terdengar begitu menusuk.

Saat Jingga mengobrol dengan ayahnya tadi pagi, Jean sengaja menguping di depan pintu ruang kerja ayahnya. Tak heran jika dia mengetahui jika Jingga berniat keluar dar rumah ini.

Jingga berdiri dari duduknya dan mundur. "Ayah udah ijinin aku!" pekiknya.

Jean tersenyum miring dan semakin maju, sedangkan Jingga berjalan mundur. "Lo gak akan pernah bisa keluar dari rumah ini!" kata Jean dengan dingin.

"Setelah berhasil merusak rumah tangga orang lain, kini lo mau kabur?"

"Gue gak akan pernah biarin hal itu terjadi!"

Jingga menggelengkan kepalanya dengan keras. "Aku akan tetap keluar dari rumah ini!" jawabnya dengan tegas.

Jean mengepalkan kedua tangannya dan terus melangkah mendekati Jingga. Jingga yang memang sudah terpojokkan bergeming di tempat.

"Pergilah! Pergi dan lari sejauh mungkin," ucap Jean. "Dalam mimpimu," lanjutnya dan langsung mencengkeram dagu Jingga.

Jingga mencoba memberontak, tetapi Jean sudah terlebih dahulu memegang kedua tangannya. Pemuda itu melepaskan cengkeramannya dan menarik Jingga ke arah ranjang.

Bruk!!

Jean melempar Jingga ke atas ranjang, pemuda itu melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya.

"KAMU MAU APA, JE!!!" teriak Jingga.

Jean kembali mendekati Jingga yang berangsur mundur di atas kasur, matanya berkaca-kaca. Jean terus merangkak di atas kasur dan manarik kaki Jingga yang hendak turun.

"Jalang memang sepantasnya diperlakukan seperti jalang!"

Pemuda itu merobek kaos yang di kenakan Jingga. Dengan kasar pula, ia menarik celana pendek yang di kenakan gadis itu.

"JEAN!! SADAR, JE!!"

"TOLONG! AYAH TOLONG!! SIAPAPUN TOL--"

Jean sudah terlebih dahulu membungkam bibir Jingga menggunakan bibirnya. Seperti sebelumnya, pemuda itu mencium Jingga dengan kasar dan tanpa ampun.

Hah! Ciuman terlepas.

"Tugas jalang hanya mendesah di bawah kaki pelanggannya. Tenang saja, aku akan membayarmu setelah puas menggunakan tubuhmu!"

Semuanya terjadi begitu saja, kehormatan yang berusaha Jingga jaga selama ini, di renggut paksa oleh laki-laki yang tak lain adalah saudara tirinya.

Sekarang dia sudah tidak memiliki apapun. Untuk apa dia hidup?

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!