Butuh pikiran terbuka dan kebijkan membaca novel ini.
Mona Ayunda, itulah nama seorang wanita pengantar pizza yang tidak sengaja bertemu dengan seorang pengacara terkenal bernama Abraham Reno Winata, di sebuah Penthouse mewah milik sang pengacara.
Dengan kehidupannya yang sulit di sebabkan ibu tirinya. Mona harus bekerja paruh waktu sambil berkuliah di sebuah Universitas Swasta terkenal dengan beasiswa yang dia dapatkan.
Namun peristiwa berdarah yang melibatkan keluarganya membuat dirinya terpaksa terikat pernikahan kontrak dengan sang pengacara. Selama perjalanan pernikahan kontrak itu, Mona harus menerima semua perjanjian yang di tetapkan sepihak oleh sang pengacara, yang merugikan dirinya.
Di tambah kisah masa lalu yang sedikit demi sedikit terkuak, memperburuk hubungan keduanya.
Bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya? Apa kebencian mereka bisa berubah cinta atau semakin jauh jarak dia antara keduanya.
Ikuti terus cerita My Love My Lawyer
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rimza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Bukti
Seperti biasanya, Mona kembali berkuliah seperti biasa setelah kejadian pemukulan yang di alaminya. Mona tak melaporkan Didit ke pihak berwajib. Saat itu dia sangat syok dan bingung, karena kejadian itu bersamaan dengan ayahnya yang mengalami penusukan. Hingga dia tak kepikiran untuk melaporkan pria itu.
Namun kali ini, dia bertekad akan menyeret Didit untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya lewat kasus yang menimpa ayahnya.
Hari ini Reno akan ke rumahnya untuk menemui Adi sore ini, dan dia secepatnya harus kembali pulang. Ketika akan menaiki motornya, tiba-tiba Resti memanggilnya.
"Ada apa Res?"
"Gawat, sepertinya aku tak bisa membujuk Bu Manager lagi. Jika hari ini kamu izin tidak masuk lagi, kamu bakal di pecat." jelas Resti.
Hari ini memang rencananya Mona izin tidak masuk kerja, karena dia memang harus menemani adiknya yang akan di temui Reno.
"Memang kenapa lagi kamu tak masuk kerja? Apa ada hal buruk yang menimpamu lagi?" Resti penasaran dengan alasan Mona. Karena memang akhir-akhir ini sahabatnya sering mendapatkan teguran dari Manager Restoran kerena keseringan tidak masuk.
"Aku ada urusan penting, dan tidak bisa di tunda." Jawab Mona.
Resti menggaruk kepalannya yang tidak gatal. Dia pun prihatin atas masalah yang bertubi-tubi menimpa sahabatnya itu.
"Pikirkan kembali Mon, ini pekerjaanmu untuk menyambung hidup keluargamu. Jika sampai kau di pecat, kamu akan bersusah payah lagi mencari pekerjaan." Ucap Resti memperingatkan. Karena di kota besar sangatlah sukar mencari pekerjaan. Bahkan yang lulusan sarjana saja tak mudah mendapatkannya walau itu sekedar pekerjaan biasa.
"Tapi aku akan usahakan tanya pada ayahku jika ada lowongan di perusahaannya. Tapi aku tak janji kamu langsung masuk hanya karena sahabatku, nanti di kira Nepotisme." ucap Resti lagi. "Baiklah aku pulang dulu, supirku sudah menjemput." Tambahnya.
Lekas Resti berlalu meninggalkan Mona.
Setelah sahabatnya pergi, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Reno, untuk membatalkan pertemuan mereka.
"Halo" Suara Reno dari balik ponsel.
"Pak Reno, ini saya Mona."
"Ya, ada apa?"
"Bisakah hari ini kita tunda pertemuannya? Saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya. Karena saya terancam di pecat jika tidak masuk kerja lagi." Mona berusaha menjelaskan pada Reno, berharap pria itu memaklumi pembatalan pertemuannya.
"Baiklah." balas Reno. "Tapi kesepakatan kita batal" tambahnya.
Baru beberapa detik Mona tersenyum, namun kalimat akhirnya adalah pembatalan.
"Ta-tapi Pak, saya bisa kehilangan pekerjaan saya, kalau saya tidak masuk kerja hari ini? Mohon pengertian dari Pak Reno." Sekali lagi Mona memohon pada Reno, walau dia terdengar seperti mengemis pada pria tersebut.
"Aku tunggu di rumahmu. Jika kau tak datang, kamu tahu sendiri akhirnya akan seperti apa." Lalu Reno langsung memutus teleponnya.
Marah, bingung dan cemas, semuanya bercampur menjadi satu tak karuan. Situasi sepertinya tak berpihak pada Mona.
Marah, jelas dia marah pada Reno saat ini, karena tindakannya yang sewenang-wenang padanya. Dia memang membantu, tapi juga menekan dirinya.
Bingung, dia bingung jika sampai kesepakatan itu batal, sudah pasti ayahnya akan tetap menjalani hukuman yang sebenarnya tak ia lakukan.
Dan cemas. Pastilah dia cemas, karena dia terancam kehilangan pekerjaannya. Walau hanya pekerjaan paruh waktu, tapi dari situlah dia dan keluargannya bisa menyambung hidup.
Dia memang belum menjalani pernikahan kontrak dengan Reno, tapi pria itu seolah sudah menggenggam kehidupannya.
...----------------...
Terdengar suara pintu yang terbuka. Adi yang mendengar itu, langsung turun keluar dari kamarnya. "Kak Mona sudah pulang?" tanya Adi.
"Ya, kakak pulang" Jawab Mona, yang baru pulang dari kuliah.
Pada akhirnya dia memutuskan untuk kehilangan pekerjaannya, dengan menemani Adi bertemu dengan sang pengacara.
"Adi, apa benar kamu sudah siap bertemu dengannya?" Tanyanya sambil menggenggam tangan adiknya. Mona memastikan kembali bahwa dia benar-benar siap bertemu dengan Reno.
Awalnya Adi ragu, tapi mendengar akan bertemu dengan Reno, dia mau bertemu
dengan pengacara tersebut.
Mona tak menyangka, adiknya itu begitu mengagumi sosok Reno. Mungkin di mata bocah itu, pengacara itu adalah sosok yang hebat. Padahal baginya, Reno adalah pria berhati keras dan kaku yang berbalut wajah tampan dengan banyak gelar di belakang namanya.
"Baiklah Kakak mandi dulu" ucap Mona. Lekas dia menuju kamarnya.
Sedangkan Adi tetap berada di ruang tamu sambil bermain game di ponselnya.
Di tengah kegiatan bermainnya, suara bel rumah berbunyi. Adi segera membuka pintu itu.
"Kevin?!" ucap Adi.
"Ada apa?!" tanya Adi.
"Aku ingin mengambil boneka hello Kitty yang waktu itu." jawab Kevin.
"Oh iya aku lupa" ucap Adi sambil menepuk jidatnya sendiri. "Masuklah, aku akan ambilkan sebentar."
Segera dia naik ke kamarnya, dan mengambil boneka tersebut. "Maaf Vin, aku sampai lupa mengembalikannya." sambil menyerahkan boneka yang identik dengan mainan perempuan.
"Ya, tak masalah" Ucap Kevin sambil sesekali memperhatikan Adi. "Kamu sudah sehat kan? Kapan kamu sekolah lagi? Aku dan Radit sudah kangen main denganmu." Tanya Kevin penuh harap.
"Besok aku akan masuk sekolah."
Adi memang sudah satu bulan lebih tidak masuk sekolah, akibat dari kejadian waktu itu. Pihak sekolah pun mengizinkan bocah itu tetap berada di rumah sampai kondisi fisik dan mentalnya benar-benar pulih.
"Baiklah, aku pulang dulu. Besok kami akan menjemputmu." ucap Kevin, kemudian berlalu meninggalkan rumahnya.
Tak berapa lama terdengar bunyi bel. Adi yang saat itu masih berada di ruang tamu, langsung membuka kan pintunya. Matanya terperangah dengan sosok laki-laki yang di lihatnya, dan beberapa kali dia mengucek matanya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
"A-anda Reno pengacara terkenal itu kan? Benar kan?" Adi sampai tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Pak Reno?" Mona terkejut dengan kehadiran pengacara tersebut, yang sudah ada di depan rumahnya.
"Adi, apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu akan terus berdiri seperti itu?" ucap Mona lagi yang menyadarkan adiknya itu.
Sangking terpaku nya, Adi tak menyadari sedari tadi dia tak mempersilahkan Reno masuk dan membiarkannya hanya berdiri di depan rumah.
"Ah iya, maaf. Silakan masuk P-pak Reno." Ucap Adi yang merasa gugup."
"Anda mau minum apa Pak?" tanya Mona.
"Tak usah. Boleh aku melihat sekeliling rumahmu?" Ucap Rebo tanpa basa-basi.
"I-iya, silakan."
Reno melangkah berkeliling rumah Mona. Pria itu mengamati setiap sudut rumah dan setiap ruangan dengan mata bak elang yang sedang mencari mangsa.
"Dimana kejadian itu terjadi?"
Mona langsung mengarahkan Reno ke kamar Adi. "Di sini." ucapnya.
Reno langsung mengamati dengan serius kamar Adi, dan memperhatikan setiap benda-benda yang ada di kamar tersebut, bak seorang detektif.
Tanpa sadar Mona terus memperhatikan pria yang dengan pembawaan dingin dan serius itu. Dia sampai tak percaya, pria yang dulunya hanya bisa dia lihat di layar kaca dan berbagai media sosial, kini menginjakkan kaki di rumahnya, di tambah sebentar lagi akan menjadi suami kontraknya.
Setelah di rasa cukup bagi Reno berkeliling di rumah berlantai dua sederhana itu, dia langsung menuju ruang tamu.
"Baiklah, aku ingin mendengar langsung ceritamu, Adi." ucap Reno dengan wajah serius, yang membuat Adi merasa tegang, sampai dia menelan salivanya.
nambah satu bab dulu sambil ngopi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Coffee//Rose/
defenisi jodoh gak ke mana /CoolGuy/
tenyta naskah yang sama/Bye-Bye/
pe sini dulu, segelas kopi untuk mar2