Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Lingga sudah memberikan sampel urine dalam wadah yang diberikan oleh dokter itu. Kini, Lingga dan Diko duduk berdua di depan dokter itu sambil menunggu hasil yang nantinya akan di antarkan oleh asisten dokter tersebut ke dalam ruanagn periksa itu.
"Sayang, kamu sakit apa sih?" bisik Diko bertanya pada Lingga.
Lingga hanya menggeelengkan kepalanya pelan. Ia tidak tahu, ia mengidap penyakit apa. Baru kali ini Lingga merasakan keanehan luar biasa.
"Entah Mas. Rasanya gak enak aja, aneh gitu," ucap Lingga jujur.
Diko menyentuh tangan lingga yang dingin dan mengusap pelan punggung tanagn itu unutk menguatkan Lingga. Peran Diko sebagai suami sudah dilakukan dengan baik. Diko tak hanya cemas dan takut. Bahkan kepanikannya membuat Diko sedikit gila memikirkan Lingga.
Tak lama hasil dari pemeriksaan itu sudah di antarkan oleh seorang perawat. Sejak tadi dokter itu hanya tersenyum bahagia bahkan saat melihat hasil yang ada di tangannya, dokter itu makin tersenyum lebar.
"Kalian sudah lama menikah?" tanay dokter itu mengambil satu buku berwarna pink ke atas mejanya.
"Satu bulan," jawab Diko mantap dan singkat.
"Waoww ... masih anget dong," goda dokter itu pada Diko dan Lingga.
Lingga hanya mengulum senyum dan tiba -tiba ia merasa mual lagi.
"Lingga mau muntah, bisa pinjam kamar mandinya," cicit Lingga yang sudah tak kuat menahan ingin muntah dengan wajah yang sudah memerah.
Dokter itu hanay menagnggguk kecil yang menandakan ia mempersilahkan Lingga untuk memakai kamar mandi yang ada di ruangan itu. Lingga langsung bergegas lari menuju kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya yang hanay mengeluarkan cairan pahit berwarna kuning. Diko sudah berdiri di belakang Lingga dan membantu memijit tengkuk Lingga dengan pelan.
Lingga membuka keran wastafel dan mengucurkan airnya untuk menbersihkan sisia muntahannya lalu berkumur. Lingga menegakkan tubuhnya dengan tangan masih menggenggam pinggiran wastafel.
"Masih mual? Muntah aja dulu, aku temani," titah Diko pada Lingga yang sudah terlihat lemas dan lemah.
"Lingga mau duduk. Pusing Mas," ucap Lingga pelan.
Diko dengan sabar membawa Lingga kembali ke ruang periksa dan duduk di tempat semula.
"Sudah muntahnya," tanya doketr itu pelan.
"Sudah dok. Lingga sakit apa dok?" tanya lIngga pelan.
"Iya dok. Istri saya sakit apa? Kasihan lihat begini terus," ucap Diko sambil mengusap punggung Lingga dengan lembut.
"Ini hal wajar yang pasti akan di alami setiap wanita, jika sedang mengandung," ucap doketr itu lantang dan mantap tanpa ekspresi apapun hingga membuat Diko dan Lingga saling berpandanagn tak percaya dengan apa yang baru saja di denagrnya. Sedikit kurang fokus dan tidak jelas dan perlu pengulaangan agar rasa bahagianya lebih terasa.
"Apa dokter? Bisa di ulang?" tanay Diko penasaran dan tak sabar mendengar kembali ucapan dokter itu.
"Iya. Nona Lingga sedang mengandung, usianya berarti sudah emmasuki satu bulan. Kalau usia kandungan perhitungannya begitu. Saat tes kehamilan dan positif, itu tandanya sudah masuk satu bulan, walaupun usia pernikahannya belum ada satu bulan. Jadi jangan salah paham dnegan dunia kedokteran ya," titah dokter itu pelan menasehati.
"Aku hamil? Benarkah?" tanay Lingga dengan senyum melebar. Seketika semua rasa yang di rasa hilang. Pusing hilang, mual hilang, muntah tak ingin, dan semuanya berganti bahagia. Bagaimana Oma jika tahu soal ini. Pasti bahagia sekali.
"Sayang ... Kamu hamil. Kita berhasil," ucap Diko dengan wajah berbinar bahagia.
Diko langsung mencium Lingga berulang kali di bagian pipi. Sebahagia ini sebagai suami yang di beri berita baik bahwa akan menjadi seorang Papah.