Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.
Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.
Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.
Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.
Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu vs Kevin
TOK
TOK
TOK
Pintu ruangan Kevin terketuk, tak lama terdengar suara berat Kevin mempersilahkan orang yang berada di luar untuk masuk. Rindu, teman Sekar masuk ke dalam ruangan Kevin. Ini adalah hari pertamanya magang di kantor Juna. Dia akan menjadi pengganti sekretaris Kevin yang mengundurkan diri sebulan lalu. Sampai saat ini, posisi itu masih kosong. Banyak karyawan yang direkomendasikan untuk mengisi posisi tersebut namun mundur teratur.
Kevin mengangkat kepalanya. Keningnya mengernyit melihat seorang gadis berperawakan mungil dengan rambut pendek, mengenakan pakaian hitam putih berdiri di hadapannya.
“Pagi pak Kevin. Kenalkan, saya Rindu Purnama, mahasiswi magang. Mulai hari ini saya ditugaskan di sini sebagai sekretaris bapak.”
“Ck.. nama kok kaya judul lagu dangdut. Kamu temannya Sekar?”
“Iya pak,” Rindu menjawab setengah keki.
“Hmm.. sejak awal saya katakan, tidak peduli kamu temannya Sekar atau bukan. Saya tidak akan memberikan perlakuan istimewa padamu.”
“Iya pak saya mengerti. Saya juga tidak perlu diperlakukan istimewa karena saya sendiri sudah spesial.”
Rindu mengedipkan matanya pada Kevin, membuat pria itu melayangkan pandangan membunuh padanya. Namun Rindu tampak tenang, dia tidak terlihat terintimidasi dengan sikap dingin Kevin.
“Jadi pak, tugas saya apa? Ngga mungkin kan saya cuma berdiri di sini jadi boor water buat bapak. Saya sadar kalau saya cantik, tapi otak saya juga cerdas kok pak. Bapak kasih tugas apapun akan saya kerjakan dengan baik.”
Kevin membelalakkan matanya, baru kali ini dia bertemu dengan perempuan yang tingkat pedenya berada di level maksimum.
“Kamu pelajari modul ini. Semua yang harus kamu lakukan berada di sini. Hafalkan lalu mulai menyusun jadwal saya. Berkas ini juga harus diinput satu per satu, jangan sampai terlewat. Sebelum jam makan siang harus sudah selesai. Kalau tidak selesai, maka ini hari terakhirmu magang.”
“Siap pak. Tapi kalau saya sanggup menyelesaikannya, bapak harus traktir saya makan.”
“Ngga usah mimpi. Kalau menyelesaikan tepat waktu, itu sudah menjadi tugasmu.”
“Ya ngga bisa gitu dong pak. Ada punishment, harus ada reward juga. Jadi fix ya pak, traktir saya makan kalau saya bisa menyelesaikan semua tugas yang bapak kasih tepat waktu. Anggap aja itu makan siang penyambutan saya magang di sini, biar kaya di drakor gitu loh pak.”
Rindu mengambil modul juga berkas dari meja Kevin, kemudian di menuju mejanya yang masih berada di ruangan Kevin namun terhalang pembatas dari kaca. Rindu meletakkan barang bawaannya di atas meja lalu mulai mengerjakan tugasnya.
Kevin menyandarkan punggungnya ke kursi sambil memijit pelipisnya. Baru saja beberapa menit gadis itu berada di ruangannya, tapi sudah bisa membuatnya naik darah plus pusing. Bukan hanya tingkat pede-nya yang terlalu tinggi. Tapi juga kadar kecerewetan dan suara cemprengnya membuat telinga Kevin sakit. Sialnya, dia harus terjebak dengan gadis itu selama dua bulan.
☘️☘️☘️
Sebelum jam makan siang, Rindu sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dengan bangga dia menyerahkan hasil pekerjaannya pada Kevin. Ditelitinya satu demi satu berkas yang diberikan Rindu. Berharap dia bisa menemukan kesalahan hingga bisa mendepak gadis ini dari ruangannya. Namun nihil, semua dikerjakan oleh Rindu dengan baik, sangat baik malah.
“Gimana pak? Pekerjaan saya bagus kan? Sekarang saya tagih janji bapak. Traktir saya makan siang.”
“Saya ngga pernah janji. Kamu aja yang minta. Yang namanya permintaan itu bisa dikabulkan bisa juga ngga. Dan permintaan kamu tidak dikabulkan!”
Rindu membalikkan badannya seraya menghentak kaki dengan keras. Tadi dia benar berharap bisa dapat makanan gratis dari restoran atau cafe. Lumayan bisa untuk perbaikan gizi bagi anak kost macam dirinya.
“Dasar keked mengkene, traktir makan siang doang ngga bakalan bikin bangrut keles. Nasib gue punya atasan perekel jahe,” gumam Rindu namun masih bisa didengar oleh Kevin.
“Saya dengar apa yang kamu bilang barusan!”
“Bomat!”
Rindu melihat jam di pergelangan tangannya, sudah waktunya makan siang. Tanpa berpamitan dia langsung keluar ruangan. Kevin lagi-lagi menghempaskan punggungnya ke kursi. Berhadapan dengan Rindu benar-benar membuatnya sakit kepala. Gara-gara gadis itu juga dia jadi mengeluarkan kalimat panjang. Padahal biasanya Kevin itu irit sekali bicaranya.
Rindu berjalan menyusuri deretan pedagang kaki lima untuk mengisi perutnya yang lapar. Sebenarnya kantor Juna menyediakan EYD (Employee Dining Room), namun sayang dirinya belum memperoleh kartu magang jadi belum bisa makan di sana. kemungkinan baru lusa dia mendapatkannya.
Rindu membuka dompetnya. Mau awal, tengah atau akhir bulan, isi dompetnya tetap saja memprihatinkan. Orang tuanya di Tasik gagal panen, alhasil mereka mengalami kerugian. Untuk bulan ini, mereka hanya bisa mengirim uang untuk membayar kost saja. Untung saja Rindu bukan anak yang boros, dia masih punya sisa uang bulan kemarin.
Gue enaknya makan apa ya? Kayanya nasi padang enak tuh. Tapi sayang banget, tar malem gue makan apa kalau sekarang dibeliin nasi padang.
Setelah menimbang-nimbang kesejahteraan dompetnya, Rindu memilih masuk ke mini mart lalu memberi pop mie kemudian kembali ke kantor. Rindu masuk ke dalam pantry lalu menyeduh pop mie yang dibelinya tadi.
“Anggap aja kaya di drakor, kan pemeran utamanya sering banget makan mie beginian. Ayo semangat Rindu, mudah-mudahan perut lo ngga melar kebanyakan makan mie,” gumamnya sambil mengaduk-aduk mie.
Kevin yang hendak membuat kopi tertegun di dekat pintu mendengar gumaman Rindu. Walau pun terkenal sebagai lelaki dingin bin jutek namun dia tetaplah manusia yang memiliki perasaan. Kevin sedikit merasa bersalah karena tidak mengabulkan permintaan Rindu. Ingat ya hanya sedikit. Setelah itu dia berlalu, tak jadi membuat kopi dan memilih kembali ke ruangannya.
Waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Rindu bersiap-siap untuk pulang. Sebelum itu terjadi, Kevin telah memanggilnya lebih dulu. Dengan malas gadis itu menghampiri sang atasan.
“Ya pak.”
“Ini tolong dirangkum, harus selesai hari ini karena besok akan digunakan untuk bahan rapat.”
“Kenapa ngga dari tadi sih pak? Kan tadi kerjaan saya ngga banyak.”
“Suka-suka saya dong. Kamu jadi anak magang kerjaannya ngelawan mulu. Mau kamu saya kasih nilai jelek?”
“Iya pak iya. Mangap..”
Rindu mengambil berkas dari tangan Kevin lalu kembali ke mejanya. Dia mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengerjakan tugasnya. Kevin pun kembali fokus pada pekerjaannya.
Satu jam berlalu, adzan maghrib terdengar dari ponsel Kevin. Pria itu bergegas untuk mengerjakan shalat yang memiliki waktu terpendek. Tak lama Rindu juga menyusul, dia memilih shalat di dalam ruangan agar tidak banyak membuang waktu.
Selesai shalat Kevin meminta OB membelikan makanan untuknya juga Rindu lalu kembali ke ruangannya. Saat masuk ke dalam ruangan, matanya menangkap Rindu yang sedang melipat mukena. Tak lama gadis itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.
Sepuluh menit berlalu, OB yang diminta membelikan makanan datang dengan membawa dua kotak makanan. Kevin membawa makanan ke meja yang berada di dekat sofa. Lalu memanggil Rindu.
“Kangen!”
Tak ada jawaban dari Rindu. Kevin kembali memanggilnya, kali ini dengan suara yang lebih keras.
“Kangen!!”
Rindu terlonjak lalu melihat ke arah Kevin yang tengah melihatnya. Dia menunjuk dirinya sendiri yang diangguki oleh Kevin. Gadis itu lalu menghampirinya.
“Bapak manggil saya?”
“Iya. Dua kali saya panggil kamu, budeg ya.”
“Lah bapak manggilnya kangen. Nama saya Rindu pak, Rindu.. Rindu Purnama.”
“Kangen itu sinonim dari kata apa?”
“Rindu.”
“Nah berarti saya ngga salah kan. Mending saya panggil kangen apa Pur?”
“Ngga dua-duanya pak,” Rindu mendengus kesal.
“Mulai sekarang saya akan panggil kamu kangen.”
“Ngga bisa gitu dong pak. Nama Rindu Purnama udah terdaftar di kantor catatan sipil dan udah diselametin sama orang tua saya pake bubur merah bubur putih.”
“Tapi di kantor ini, selama kamu magang, nama kamu jadi kangen. Tenang aja, nanti saya beliin bubur ayam buat selamatan nama baru kamu.”
Demi apapun Rindu ingin melempar atasannya itu dengan kursi, meja, atau apapun yang bisa membuat pria itu gegar otak lalu kehilangan ingatannya.
“Udah. Sana makan dulu.”
Kevin menunjuk kotak makanan yang ada di meja. Dasar anak kost, melihat kotak makanan berlabel restoran ternama, mata Rindu langsung berbinar. Dengan semangat empat lima, dia duduk di sofa. Cacing di perutnya langsung meronta melihat nasi dengan lauk ayam bakar, tempe goreng, lalapan dan sambel ijo di dalamnya.
“Makasih pak Kevin. Selamat makan.”
Tanpa menunggu lama, Rindu langsung menyantap makanan tersebut. Pop mie yang tadi siang dimakannya tidak cukup untuk mengganjal perutnya. Walau badannya kecil, porsi makan Rindu lumayan banyak. Kevin hanya geleng-geleng melihat gadis di depannya makan seperti orang kesetanan tanpa merasa malu.
“Pelan-pelan aja makannya Kang... ngga akan ada yang minta.”
“Kang?” Rindu mengernyitkan keningnya.
“Iya, versi singkat dari kangen. Saya ngga mau buang energi manggil kamu kangen. Lebih efisien kalau disingkat.”
“Elah pak ngga enak banget, kang.. emang saya kang becak apa.”
“Dari pada saya panggil Ngen,” balas Kevin tak mau kalah.
“Makanya mending panggil pake nama asli saya aja pak, Rindu. Tinggal panggil Rin, beres kan.”
“Ok Pur.”
Lagi-lagi Rindu menghembuskan nafas kesal. Ternyata benar apa kata Sekar, berhadapan dengan makhluk bernama Kevin bisa menyebabkan bengek, pitak dan kerontokan rambut.
☘️☘️☘️
Selingan aja dulu ya, intip kisah Rindu and Kevin😂
Mamake takut kalah disuguhkan adegan manis Abi sama Nina terus, kalian kena diabetes, kan bahaya.
Doakan aja ya NT ngga bikin naik darah lagi. Up pagi baru nongol menjelang siang. Mudah²an yg ini lancar. Kalau lancar jaya, mamake up lagi menjelang malam.