I'M Coming Daddy!
Seorang wanita cantik yang tinggal di rumah sederhana tengah menunggu suaminya pulang bekerja. Dengan ekspresi senang sekaligus haru, netranya sedari tadi selalu melirik ke arah jam dinding.
Kaki jenjangnya berjalan ke sana dan kemari dengan gelisah, tangannya memegang alat tes kehamilan yang menunjukkan 2 garis merah.
"Mas Gilbert kapan pulang yah? apa bengkel lagi ramai?" Gumam wanita itu.
Tok!
Tok!
Tok!
Wanita itu menaruh alat tes kehamilan di meja dan segera berjalan menuju pintu, dengan senyum cantiknya dia akan menyapa orang yang mengetuk pintu yang dia pikir suaminya itu.
"Mas kamu su ...,"
namun, senyum nya luntur ketika dia melihat seorang wanita paruh baya yang membelakanginya.
"Oma." Lirihnya.
Wanita paruh baya itu berbalik, netranya menatap wanita muda tersebut dengan tajam.
"Oma, ayo masuk. Emily kebetulan memasak dan ...,"
"Tidak usah banyak berbasi-basi, saya kesini untuk bertindak tegas padamu! tinggalkan cucu saya Emily!"
Emily seorang wanita dari kalangan bawah yang di cintai oleh seorang cucu miliyarder. Gilbert, cucu pertama keluarga Greyson.
Hubungannya dengan Emily di tentang oleh nyonya besar Greyson, yaitu nenek dari Gilbert. Dia memaksa Gilbert untuk menikah dengan wanita pilihannya, tetapi Gilbert tetap bertahan dengan cintanya.
Orang tua Gilbert pun tak berani membelanya, sehingga Gilbert memilih melepas kekayaannya dan hidup sederhana dengan wanita yang ia cintai.
"Maaf oma, tapi sebaiknya kita bicarakan ini setelah mas Gilbert pulang dari bengkel." Ucap Emily dengan sopan.
"Oma? Panggil saya Nyonya! saya gak sudi punya cucu menantu miskin seperti kamu!" Bentaknya.
Emily menahan nafasnya, dia mencoba menahan air matanya yang akan jatuh.
"O ... Nyonya Samantha, saya tidak bisa berpisah dengan cucu anda," ucap Emily memberanikan diri.
"Kenapa tidak bisa?!"
Samantha, seorang wanita paruh baya yang kini dengan status jandanya. Dia lah yang mengatur kehidupan para keturunannya agar selalu menurut padanya. Sikapnya yang egois membuat Gilbert menjauh darinya.
"Aku ...." Emily memegang perutnya, tatapannya jiga turut menatap perutnya.
"Hamil,"
Samantha terbelalak kaget, dia menatap tajam Emily yang masih menatap perutnya. Dirinya benar-benar terkejut mengetahui fakta itu.
"Gugurkan! dan pergi dari kehidupan cucuku selamanya! tidak sudi aku memiliki penerus dari rahimmu!" Sentak Samantha.
Emily mendongak kan kepalanya dengan pandangan terkejut, air matanya yang sedari tadi di tahan pun terjatuh juga saat mendengar kata menyakitkan dari Samantha.
"Nyonya, ini keturunan mu. Cicitmu, apakah kamu tega membunuh bayi tak berdosa ini? bahkan mas Gilbert belum tahu tentang kehadirannya." Suara Emily terdengar bergetar.
"Suamimu belum tahu? baguslah! segera lenyapkan bayi itu dan pergi dari kehidupan cucuku! kamu hanyalah wanita miskin yang akan merenggut habis harta kami! orang miskin memang serakah, seperti kamu!" Bentak Samantha yang membuat hati Emily berdenyut sakit.
"Kamu bukan hanya anak orang miskin, tapi juga kamu putri dari wanita penghibur! Ibumu, adalah seorang penghibur. Mana bisa kamu di sandingkan dengan cucuku! derajat kalian bagaikan bumi dan langit!!"
Emily memejamkan matanya, hatinya sangat sakit ketika di hina seperti itu.
"CUKUP NYONYA! Jangan menghina ibuku! dia wanita baik! Biarpun pekerjaannya kotor setidaknya mulutnya tak selalu menghina orang lain seperti anda!" Sentak Emily sambil menunjuk tepat di depan wajah Samantha.
"LANCANG!" Bentak Samantha dan akan menampar Emily, tetapi Emily langsung menangkap tangan Samantha.
"Jangan sakiti aku dengan tangan suci mu itu nyonya! aku akan meninggalkan cucumu, selamanya. Suatu saat nanti, kau akan memohon padaku untuk menerima cucumu kembali! Camkan itu!" Ucap Emily dengan menekan perkataannya.
Emily menghempaskan tangan Samantha, dia masuk ke dalam rumahnya dan membereskan bajunya. Netranya menatap tes kehamilan yang tergeletak di meja, tanpa pikir panjang dia pun memasukkan tes kehamilan itu ke dalam tas nya.
Tatapan Emily menatap ke arah cincin yang ia kenakan, Emily akan melepaskan. Namun, cincin itu seakan tak mau lepas dari jarinya.
"Maaf mas, biarkan aku membawa cincin ini sebagai kenangan kita. dan bayi ini ... sebagai bukti cinta kita berdua." Lirih Emily.
Emily pun keluar dengan membawa tas besar, netranya menatap tajam ke arah Samantha.
"Pergilah! jangan muncul kembali di hadapan cucuku dan juga keluargaku! sebelum itu juga, gugurkan bayi itu!"
"Apa?! gugurkan? Baiklah, aku tidak sudi memberikan penerus Greyson padamu!" Balas Emily.
Emily pun pergi dari sana, membawa sejuta luka dan cinta. Tak ada yang bisa mengganti kan cinta dia untuk suaminya, dia pergi untuk menyelamatkan kehormatan serta harga dirinya.
***
"EMILY!! EMILY!! KAU DIMANA SAYANG?! Lihat, aku pulang membawa martabak sesuai keinginanmu sebulan lalu. Ayo keluar, kita makan bersama." Teriak seorang pria tampan, berahang tegas, dan hidung mancung.
"Kemana dia?" Gumam Pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Gilbert.
Selama dia keluar dari istananya, dia terpaksa bekerja menjadi montir sebab semua perusahaan menolak dirinya karena perusahaan Greyson melarang para perusahaan itu untuk menerima Gilbert.
Tatapan Gilbert tak sengaja menatap kertas yang berada di kasur lantai itu, dia mengambilnya dan membacanya dengan raut wajah bingung.
Mas, maafkan aku. Aku lelah hidup miskin denganmu, biarkan aku pergi. Aku lelah harus hidup di rumah kecil dan hidup serba kekurangan. Aku kira, menikahimu akan membuat hidupku berubah. Namun, hidupku malah menjadi tambah sengsara karena menikah denganmu. Maaf, aku pergi dan jangan cari aku."
^^^-Emily^^^
Gilbert meremas kertas itu dengan mata memerah, bungkus martabak yang ia pegang seketika dia jatuhkan ke lantai.
"Kau pasti akan menyesal Emily!!! aku membencimuuu!!" Geram Gilbert dengan sorot mata kemarahan.
5 Tahun kemudian.
"REVIIINNN!!!"
Seorang wanita cantik keluar dari rumahnya, dengan wajah menahan kesal dia menatap ke setiap sudut.
"Kemana anak itu! pasti saat ini dia berada di warung Mak Tia! astaga, pasti dia menambah bon ku lagi!!" Gerutu wanita itu yang tak lain adalah Emily.
Emily melahirkan seorang putra bernama Fillbert Revino yang biasa di panggil Revin, nama awalnya yang hampir mirip dengan Gilbert bukan? Emily sengaja menamakan putranya seperti itu, agar dia mengingat Gilbert suaminya.
Sedangkan orang yang di panggil oleh Emily tengah menaikkan kaki gempalnya ke atas kursi kecil agar sampai pada etalase.
"Mak Tiaaa!!"
Seorang wanita paruh baya datang menghampiri bocah bernama Revin itu.
"Eh nak Revin, mau jajan yah?" Tanya wanita bernama Mak Tia itu.
Revin, bocah yang memiliki kulit putih bersih. Mata bulat, serta pipi yang chubby membuat siapa saja menatap gemas ke arahnya.
Tapi, jangan terlena dengan kegemasannya. Dia sering kali membuat lawan bicaranya mati kutu.
"Iya, Levin mau Jelly. Mak Tia." Seru Revin.
Mak tia mengambilkan Revin Jelly kesenangannya dan memberikannya pada bocah itu.
"Makasih Mak Tia!" Seru Revin sambil mengambil Jelly itu dari Mak Tia.
Revin turun dari kursi itu, dia akan segera pergi, tetapi Mak Tia memanggilnya.
"Hei Revin! mana uangnya?!" Seru Mak Tia.
Revin menoleh sejenak sebelum dia berlari sambil berteriak.
"MACUK BON BUNAAA!!!"
Mak Tia menghela nafas kasar, memang sering kali Revin belanja dan di masukkan ke daftar bon milik bundanya.
"Revin ... Revin." Gumam Mak Tia menggelengkan kepalanya sambil menulis barang yang Revin ambil tadi.
Revin pulang dengan hati gembira, dia mendapatkan makanan yang ia mau. Kehidupan nya sangat sulit, bahkan sang bunda jarang memberinya uang jajan karena uang yang pas-pasan.
"Salah buna nda mau bagi Levin uang, jadi macuk bon buna deh." Gumamnya.
Revin memasuki halaman rumahnya, langkahnya terhenti ketika melihat sang ibu yang telah berdiri di sana sambil berkacak pinggang.
"Jajan lagi?" Tanya Emily dengan menatap tajam putranya.
Revin tersenyum, dia menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya sambil memainkan kakinya.
"Maaf buna," ujar Revin.
"Hah ... Revin, buna lagi gak ada uang. Kalau kita nge bon terus, siapa yang mau bayar?" Ucap Emily sambil menurunkan tangannya dan menatap lembut putranya
"Nanti Daddy Levin yang bayal, kalau daddy dah pulang kelja. Kata buna, Daddy kelja. Pacti bawa uang banyak buat Levin," ujar anak itu dengan lugu nya.
Raut wajah Emily berubah sendu, putranya selalu mengatakan hal itu. Dia lelah karena putranya selalu menanyakan keberadaan Gilbert, akhirnya Emily terpaksa mengatakan hal itu.
"Masuk lah, hari sudah sore. Kamu harus mandi," ujar Emily dan masuk ke dalam rumah.
Revin menatap kepergian ibunya, dia merasakan kesedihan Emily ketika dia membahas tentang daddy nya.
"Buna cedih telus, eum ... apa Levin jemput daddy aja yah? Levin juga punya potona daddy." Gumam Revin.
______
BANTU BERI DUKUNGAN KARYA TERBARUKU YAH, DENGAN CARA LIKE, KOMEN, HADIAH DAN VOTENYA😍😍😍
!!CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, MERUPAKAN KARANGAN AUTHOR. BUKAN KENYATAAN!!
Semakin di dukung, semakin rajin up loh🤭🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
karyaku
hi kak kekasih misterius jangan lupa mampir y kk
2024-12-01
0
ly
jarang" Nemu novel yg awalannya bukan one night stand
2024-11-26
1
Nanik Kusno
Awal yang menggemaskan.....Levin ya.....👍👍👍🤣🤣🤣
2024-11-08
0