"Surat nikah mu akan aku tukar dengan sumsum tulang belakangku."
Demi menyelamatkan nama keluarganya, Charllote mengajukan syarat pernikahan sebagai penyelamat Sean Smith yang mengidap penyakit kanker darah, karena Charllote memiliki sumsum tulang yang cocok.
Akankah pernikahan itu akan menjadi cerita bahagia selalu dan selamanya atau sebaliknya, menjadi ajang saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NATURAL DAN BEGITU INDAH
Bab 32
Charlotte mengeluarkan ponsel nya lalu berkata, "Berapa nomor rekening nya, aku akan mentransfer sekarang."
Meski Sean merasa Charlotte bukan siapa-siapa bagi nya, tetap saja dia adalah Nyoya Smith. Jika di bully maka itu sama saja membully diri nya.
Sean mengambil ponsel Charlotte seraya berkata, "Kalian tidak akan mendapatkan sepeser pun."
"Apa kau ini mau jadi pahlawan nya?" tanya salah satu dari berandalan itu lagi.
"Jika berani maka pukul saja aku, maka aku aku akan pastikan kau dan seluruh keluarga mu akan hidup di jalanan," ujar Sean memberikan ancaman nya.
Mendengar nada serius Sean maka kedua pria itu sedikit takut, di tambah mereka melihat penampilan Sean yang terlihat sangat kaya. Maka mereka pun memutuskan mundur seraya berkata kepada Charlotte, "Ini belum selesai!" ujar salah satu dari mereka.
Setelah kedua pria itu pergi, Sean memegang dagu Charlotte, memperhatikan bekas tamparan di wajah istri nya lalu menarik nya masuk ke dalam hotel. Kebetulan Sean belum melakukan Check Out dari terakhir dia pergi meninggalkan Quaint hotel.
Sean langsung saja membawa masuk Charlotte ke kamar suite nya, dia pun langsung ke kamar mandi mengambil handuk kecil. Lalu membuka kulkas mengambil botol air mineral kecil.
Sean membungkus air mineral yang membatu dingin itu dengan handuk kecil. Lalu dia bersimpuh di depan Charlotte dan menempelkan air mineral dingin berbalut handuk kecil itu ke pipi Charlotte.
Kompres air dingin bisa mengurangi pembengkakan pada area wajah dan pipi. Sekaligus, ini pun upaya untuk menghilangkan rasa sakit serta meredakan sensasi cenut-cenut di sekitar pipi.
"Aku bisa melakukan nya sendiri," ujar Charlotte ingin mengambil air mineral itu. Tapi, sean malah menepis tangan Charlotte.
Sean pun melakukan kompres dingin ke pipi istri nya itu selama 10 menit dengan rutin langsung ke kulit tanpa kain.
Selama 10 menit mereka saling bungkam. Setelah nya Sean pun berdiri lalu bertanya seraya bersedekap tangan "Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya Sean.
Charlotte sedikit meragu, Sean bukan nya tidak tahu jika Charlotte di kejar-kejar oleh rentenir. Hanya saja dia ingin istri nya ini datang sendiri meminta bantuan nya.
Kedua mata Charlotte memerah, dia hanya berkata, "Bolehkah aku bersandar sebentar saja di bahu mu?" pinta nya dengan nada sedikit sendu.
Mendengar nada suara Charlotte yang terdengar ringkih itu, dengan reflek Sean pun duduk di samping istri nya itu lalu membiarkan dia bersandsr di bahu nya.
Sekali lagi mereka diam dalam keheningan untuk beberapa saat. Pada saat ini sesuatu terjadi di hati kedua nya. Charlotte merasa tenang, sementara Sean merasa lebih gundah dari sebelum nya.
Pada saat ini Sean mencoba memberanikan diri untuk bicara, "Malam itu ..."
Belum juga Sean selesai bicara, Charlotte berdiri lalu berkata, "Aku tidak akan mengingat nya, dan aku sudah memastikan jika aku tidak akan hamil," ujar Charlotte seraya merapikan seragam nya. Lalu dia berkata lagi, "Tuan smith terima kasih atas bantuannya, aku pamit melanjutkan pekerjaan ku dulu."
Charlotte pun pergi meninggalkan kamar suite yang Sean sewa. Meninggalkan suami nya itu dalam kelimbungan. Hati nya pun semakin bimbang.
Dia mengambil ponsel dari saku nya lalu menghubungi Enzo, "Apa sudah mendapatkan hasil?"
"Masih belum, tapi tenang saja. Pasti akan mendapatkan hasil," janji Enzo.
"Aku ingin kau temukan hasil itu secepat nya!" perintah Sean lagi.
Dia pun menutup sambungan ponsel nya itu, lalu pergi menemui Andrew Smith. Begitu pintu di buka, Vicky Smith langsung saja memeluk Sean.
"Wah lama tak bertemu, kau sudah semakin tinggi saja," ujar Sean kepada adik sepupu nya itu.
"Papa ku memberi aku makan, jelas saja aku tumbuh menjadi tinggi."
Sean pun mengusap kepala Vicky, lalu duduk di sofa dan berbincang dengan paman dan istri paman nya itu.
Vicky memberi kode kepada Papa nya itu, lalu Andrew Smith pun terbatuk-batuk dan berkata, "Aku dengar kau menjadi sponsor utama di acara pergelaran busana yang akan di adakan di hotel ini?"
"Iya, apakah ada masalah yang mengganggu tentang ini?" tanya Sean.
"Tentu tidak, bukan itu maksud ku," jawab Andrew Smith.
"Lalu?" tanya Sean lagi.
Vicky merasa tidak sabaran lalu langsung saja berkata, "Apa bisa membawa ku menemui Lilbeth?" tanya Vicky.
"Lilbeth, apakah maksud nya Nyonya Grifin," pikir Sean.
"Apa kau salah satu penggemar nya?" tanya Sean.
"Tentu saja, aku adalah penggemar berat design-desig nya," jawab Vicky.
"Sayang jangan terlalu bersemangat, ok!" ujar Rose, Mama nya Vicky.
"Ayo saat nya minum obat," ujar Rose seraya menarik putri nya itu. Merasa sedih melihat Vicky yang ceria tapi malah terkena sakit parah, maka dia pun berjanji, "Aku akan mempertemukan Vicky dan Lilbeth."
Andrew Smith pun tersenyum, semenjak Vicky kecil, Dean memang sangat menyayangi nya. Meski jarak memisahkan, tapi komunikasi mereka selalu terjaga.
Di koridor hotel, Charlotte bertemu lagi dengan Willy. Kali ini pria nyentrik itu telah menemukan salep yang cocok untuk meredakan memar dan bengkak di pipi Charlotte.
Melihat pipi cahrlotte yang bertambah bengkak, Willy pun semakin bingung, "Siapa lagi yang menampar mu?" tanya nya.
"Hantu," jawab kesal Charlotte yang merutuki dalam hati betapa sial nya dia hari ini.
Willy mengambil tangan Caharlotte seraya berkata, "Ini olesi dengan ini, maka akan membantu pemulihan pipi mu itu."
"Aku tidak akan mengganggu lagi, jadi teruskan saja pekerjaan mu," ujar nya seraya berlalu pergi.
Sedari tadi sebetulnya dia mencari-cari Charlotte hanya karena ingin memberikan salep mujarab itu.
Willy berbalik dan berkata, "Jika tidak hilang juga maka kekuatan make up akan membantu mu."
"Sampai ketemu nanti malam ok, kita latihan lagi," ujar Willy setengah berteriak.
Cahrlotte memilih pergi ke kamar nya, memgolesi pipi dengan salep lalu merebahkan diri seraya berpikir, "Mengapa akhir-akhir ini, hotel nya terasa ricuh hanya karena kehadiran dua pria itu," pikir Charlotte yang merasa jika kedua pria itu hanya menyusahkan nya.
Malam pun tiba, pada saat ini Sean menemani paman dan keluarga nya untuk makan malam di restoran hotel. Setelah selesai makan malam, sean berkeliling hotel untuk mengecek persiapan pergelaran busana nanti. Dia masuk ke dalam aula pergelaran, lalu dia berdiam diri di salah satu sudut yang agak gelap, memperhatikan Charlotte berjalan di atas panggung.
Di atas panggung wajah Charlotte nampak sombong dan arogant, berjalan lalu berputar beberapa kali, dan berpose dengan elegan. Semua terlihat sangat natural dan begitu indah.