Cinta akan menemukan pemiliknya. Sebuah ketidaksengajaan, keterpaksaan, dan perjodohan, bisa menjadi jalan untuk menyatukan dua hati yang berbeda.
Seorang gadis SMA bernama Aira, terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang duda bernama Affan yang merupakan ayah sahabatnya, Faya.
Mengapa pernikahan itu bisa terjadi?
Akankah pasangan beda usia itu bisa saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ria aisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Kedatangan Affan
Faya, Aira, dan Anggie duduk dihadapan Bu Siska di ruang bimbingan konseling. Mereka terdiam dengan kepala yang menunduk. Keberanian mereka menguap, tidak seperti ketika sedang beradu mulut di dalam kelas.
"Apa yang membuat kalian bertengkar? Kalian para wanita seharusnya memiliki sifat yang lembut dan penuh kasih sayang, bukan malah bertengkar seperti seorang preman pasar." Suara Bu Siska memecah keheningan di ruangan itu.
Tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka untuk menjawab pertanyaan Bu Siska.
"Faya, mengapa kamu menampar Anggie?" tanya Bu Siska.
Mereka tidak mungkin menjawab pertanyaan kolektif. Menanyai mereka satu persatu adalah solusi untuk mengatasi masalah ini.
"Saya terpaksa melakukannya, Bu, karena dia telah menghina ayah saya," ungkap Faya jujur.
Bu Siska menatap Anggie untuk mencari kebenaran dari ucapan Faya.
"Apakah itu benar, Anggie?" tanya Bu Siska.
Anggie mengangkat wajahnya. Dia tidak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya.
"Aku hanya memperingatkannya saja, Bu. Ayahnya telah melakukan kesalahan dan aku memberitahunya," jelas Anggie sambil melirik ke arah Aira.
"Kesalahan? Kesalahan apa yang kamu maksud, Anggie?" Bu Siska menatap Anggie tajam.
Anggie mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan video yang direkamnya pada Bu Siska. Sepintas video itu tidak ada yang aneh. Pria yang diduga sebagai ayah Faya itu terlihat sedang mengobrol dan bercanda dengan Aira.
"Apa yang aneh dengan video ini, Anggie?" tanya Bu Siska meminta penjelasan.
Sebelum kejadian ini, Anggie sudah memiliki dendam pribadi terhadap Aira. Dia merasa tersaingi dalam segala hal olehnya. Kepopulerannya sebagai siswi terpandai kian meredup sejak kepindahan Aira di sekolah itu.
"Tidakkah Anda melihat kedekatan mereka, Bu? Selama ini Aira dikenal sebagai wanita yang selalu menjaga dirinya, apakah pantas memperlihatkan hal yang seperti itu di depan umum?" Anggie terlihat begitu bersemangat untuk menjatuhkan Aira.
Bu Siska kini beralih menatap Aira. Orang yang ditatapnya itu terlihat sedih. Tubuhnya berguncang karena dia terisak dan menangis.
Faya merangkul Aira dan menenangkannya. Apa yang terjadi pada sahabatnya semua di luar kemauannya. Tidak ada yang menginginkan sebuah pernikahan paksa seperti yang dialami olehnya.
'Mungkin setelah ini aku akan menanggung malu dan dijauhi oleh semua orang. Hal yang terburuknya mungkin aku akan dikeluarkan dari sekolah. Ya, Allah berilah hamba kesabaran. Ujian Nasional tinggal tiga bulan lagi, haruskah aku merelakan pembelajaran tiga tahun yang telah aku lalui.' Pikiran Aira berkecamuk.
Bu Siska melihat kedekatan antara Faya dan Aira. Dia berpikir jika ayah Faya dekat dengan Aira karena dia bersahabat dengan putrinya. Bukan kedekatan spesial seperti yang dituduhkan oleh Anggie.
"Anggie, kamu tidak bisa mengatakan jika ayah Faya buruk hanya berdasarkan video ini. Mungkin saja mereka memang dekat seperti seorang ayah dan anak." Bu Siska mencoba menengahi masalah ini.
Seseorang diam-diam telah mengunggah video pertengkaran antara Faya dan Anggie ke media sosial. Affan yang sedang meeting di dekat sekolah itu segera pergi ke sekolah Faya untuk mengetahuinya apa yang sebenarnya terjadi.
Saat ini Affan dan Bimo sudah berdiri di depan pintu ruang bimbingan konseling.
Bu Siska berjalan menghampiri pintu saat mendengar pintu itu diketuk dari luar. Wajahnya terlihat pucat ketika melihat kedatangan Affan. Antara segan dan bingung, hatinya bertanya-tanya mengapa orang tua Faya tiba-tiba muncul di sini.
"Assalamualaikum, Bu. Apakah benar jika anak saya sedang tersandung masalah di sekolah ini?" tanya Affan.
"Wa'alaikum salam. Mari silahkan masuk, Pak. Kita akan membicarakannya di dalam."
Ada beberapa guru dan siswa yang melintas di hadapan mereka. Bu Siska tidak ingin mengundang perhatian orang dengan mengobrol di luar ruangannya.
Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di kursi yang diambilkan oleh Bu Siska. Sofa yang ada telah diduduki oleh Faya, Aira dan Anggie.
Anggie terlihat salah tingkah. Dia tidak menyangka jika Affan akan datang ke sekolah. Keadaannya akan menjadi sulit karena merekam video tanpa ijin tidak dibenarkan di dalam undang-undang ITE.
Hati Affan seperti teriris ketika melihat kesedihan di wajah Aira. Istri kecilnya itu tidak henti-hentinya menerima perlakuan tidak adil dari dunia.
Bu Siska menjelaskan masalah yang terjadi di antara ketiga murid wanitanya itu kepada Affan dan Bimo. Dia juga menunjukkan video rekaman di ponsel Anggie pada mereka berdua.
Affan menatap Bimo seakan meminta pendapatnya. Setelah pernikahannya dengan Aira terbongkar maka keadaan Aira di sekolah ini akan semakin sulit. Namun, Affan juga bukan orang yang suka berbohong meskipun dalam keadaan terjepit.
'Aku tidak mungkin berbohong pada Bu Siska. Mungkin ini berat tetapi kejujuran adalah yang terbaik. Aku akan memikirkan solusi untuk Aira jika dia tidak diterima lagi di sekolah ini.' Affan bergumam dalam hati.
"Sebelumnya saya meminta maaf atas keributan yang ditimbulkan oleh anak saya. Saya juga meminta maaf atas kesalahan Aira karena mungkin telah melanggar aturan di sekolah ini. Saya tidak bermaksud untuk menyembunyikan sebuah kebenaran tentang hubungan kami. Tidak ada kesalahan di dalam video itu baik dari saya maupun Aira karena kami adalah pasangan suami istri yang telah menikah secara sah di mata hukum dan agama," jelas Affan.
Bu Siska tampak syok dengan jawaban Affan. Dia tidak menyangka jika orang tua Faya itu menyukai daun muda. Namun, jika menilik sikap jujur dan sopan santun Affan, Bu Siska percaya pria dihadapannya itu memiliki sebuah alasan untuk menikahi muridnya.
Anggie menatap Aira tidak percaya. Semuanya berada di luar bayangannya. Dia semakin yakin jalannya untuk menyingkirkan Aira akan semakin mudah.
"Saya tidak bisa memutuskan masalah ini sendiri, Pak. Untuk bagaimana kelanjutan tentang masalah Aira, saya akan membicarakannya dengan para guru dan kepala sekolah. Sangat disayangkan jika Aira keluar dari sekolah sementara ujian nasional akan diadakan sebentar lagi." Bu Siska tidak bisa memutuskan masalah ini.
"Terimakasih atas perhatiannya, Bu. Sepertinya saya akan mengalihkan pendidikan Aira ke home schooling saja. Setelah kejadian ini pasti akan banyak orang yang merundungnya di sekolah ini. Untuk Faya, aku akan memberinya pilihan untuk tetap sekolah di sini atau ikut home schooling bersama Aira." Affan langsung memberinya
"Aku akan tetap bersekolah di sini, Ayah. Tidak masalah jika ada siswa yang mengejekku, bagiku ayah adalah pria terbaik di dunia ini." Faya tidak ingin pindah dari sekolahnya yang sekarang.
"Baiklah." Affan kembali menoleh pada Bu Siska lalu menunduk.
"Mohon maaf, Bu. Saya akan membawa Aira pergi dari sini hari ini juga. Assisten saya ini yang akan mengurusi kepindahannya. Terimakasih, saya harus segera kembali meeting dengan klien."
Affan berdiri setelah mengucapkan kata pamit.
Bu Siska meminta Anggie dan Faya untuk saling meminta maaf dan kembali ke kelas. Sementara Aira diijinkan untuk mengambil tasnya di kelas bersama mereka.
****
Bersambung ....
Sambil menunggu aku update, silakan mampir ke novel karya temanku, ya, kak .... Terimakasih ....