Allea Laticia Braine, siapa yang tidak mengenal gadis cantik, pintar dan seksi dengan sejuta pesona itu. Terlebih semuanya ditunjang oleh statusnya yang sudah menjabat sebagai Presdir Muda.
Semua pria tentu sangat mengincar gadis itu. Mereka selalu berlomba-lomba untuk mendapatkan hati seorang Allea. Tapi tidak satupun yang berhasil.
Hingga suatu hari, dengan bodohnya Lea terjebak oleh permainan seorang pria yang notabenenya adalah rekan kerjanya.
Lalu apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ONWMR-25
Alex datang ke kamar calon istrinya dengan bahagia, pria itu membawa sebuket bunga yang sangat indah di tangannya. Dan sebuah paperbag berisi dress cantik maha karya seorang desainer ternama di Paris.
Pria itu mengetuk pintu dengan tidak sabar tapi entah sudah ketukan yang keberapa, Lea sama sekali tidak menunjukan batang hidungnya. Bahkan seperti tidak ada kehidupan di dalam kamar hotel itu.
"Apa wanita itu kembali menghindariku?" geramnya sangat yakin.
"Maaf Tuan, kamar itu kosong. Sepertinya anda salah kamar" terang seorang Cleaning Servis yang baru saja keluar dari kamar sebelah.
Alex mencengkram buket bunga itu dengan kuat, bahkan sampai melemparkannya di lantai lalu menginjaknya kesal. Membuat sang Cleaning Servis melongo melihatnya karena setelah ini maka pekerjaannya akan bertambah.
"Apa kau tahu pemilik kamar ini pindah kemana?" tanya Alex dengan suara beratnya.
"Ti-tidak tahu Tuan, saat saya datang kemari kamarnya sudah kosong"
"Ck, brengsek!" pria tampan itu akhirnya pergi meninggalkan kekacauan yang ia perbuat.
"Astaga!" Cleaning Servis itu mengusap dadanya terkejut karena Alex berteriak seperti orang kesetanan.
Begitulah sifat Alexander Smith yang sesungguhnya, dia adalah pria tampan berpenyakit tempramental. Dia juga termasuk orang yang sangat ambisius. Semua yang diinginkan pasti akan dia dapatkan.
Alex berjalan tergesa menuju ke meja resepsionis untuk menanyakan kamar atas nama Allea Laticia Braine. Tapi pihak hotel tidak memberitahunya sama sekali, tentu saja karena permintaan Lea yang ingin kamarnya diprivasi.
Brak.
"Dasar tidak berguna!" maki Alex kesal. Dan semua itu tidak luput dari pengawasan Justin, pria itu menyeringai tipis.
...---...
Malam ini Rells berencana untuk mengunjungi salah satu club, pria itu sudah sangat rindu dengan tempat ini. Bagaimana tidak, selama hampir 2 bulan belakangan dia terlalu fokus dengan perusahaan hingga melupakan kebiasaannya yang selalu keluar masuk club malam.
"Bos, mau kemana?" tanya Sam yang kebetulan baru saja kembali dari bawah.
"Club" jawab Rells singkat.
"Wah, ikut bos!" sahut Sam antusias.
"Oke gass"
Tak berselang lama mobil yang mereka tumpangi kini sudah sampai di halaman sebuah club elite Paris. Rells mengedarkan pandangannya ke semua penjuru club, berharap akan keberadaan seseorang.
"Ayo Dude, kau kebanyakan melamun!"
"Ck, biasanya kau paling malas jika aku ajak ke tempat seperti ini"
"Diamlah jangan membahas yang biasa-biasa!"
Saat tiba di pintu masuk, petugas keamanan langsung menghadang keduanya. Mereka meminta bukti member club karena memang tidak sembarang orang bisa masuk. Dengan santainya Rells menunjukan kartu membernya yang entah ia dapat darimana.
"Biarkan dia masuk, dia temanku" ujar Rells seraya menunjuk Sam dengan tatapannya.
"Silahkan Tuan"
"Darimana kau mendapatkan kartu membernya? Bukankah ini kunjungan pertamamu?" tanya Sam saat mereka sudah duduk di dekat meja bar.
"Ck, diamlah! Cepat pesan minumannya" teriak Rells karena suaranya kalah oleh dentuman musik yang menggema.
Sam mengangguk mengerti, dia memanggil bartender untuk menyiapkan minuman terbaiknya. Satu teguk, dua teguk, tiga teguk, entah sudah yang keberapa tegukan yang jelas kedua anak manusia itu sudah mulai sedikit mabuk.
Rells turun ke dance floor bergabung bersama para pengunjung club yang lain disaat sang DJ memberikan musik terbaiknya.
Tapi Rells tiba-tiba berhenti saat mendapati seorang wanita yang sangat ia kenal tengah diganggu oleh tiga orang pria. Wanita itu terlihat mabuk karena matanya yang sayu. Rells melangkahkan kakinya dengan tegas menghampiri mereka yang membuat sang wanita terlihat tidak nyaman.
"Sedang apa kalian?" suara berat itu berhasil menyita ketiga pria itu.
"Mau bergabung bersama kami Tuan? Sepertinya wanita ini sedikit sulit untuk diajak bersenang-senang" sahut seorang pria yang sedari tadi bersikeras merayu wanita itu.
Brak.
"Enyah kau, jangan ganggu wanita ini!"
"Yang menganggu disini itu adalah kau, memangnya kau ini siapa hah?" sahut seorang pria lagi.
"A-aku.. Aku kekasihnya jadi cepatlah pergi sebelum aku menghajar kalian semua!" ancam Rells dengan tatapan mematikan membuat ketiganya lari terbirit-birit sebelum membuat masalah semakin runyam.
Sementara wanita yang diselamatkannya terlihat tidak sadar dengan kedatangannya, wanita itu mencoba untuk membuka kedua matanya supaya bisa melihat jelas siapa pria yang telah menolongnya dari ketiga kecoa tadi.
"Apa yang kau lakukan disini? Bersama siapa kau kemari?" tanya Rells tak habis pikir, seorang wanita yang ia kira adalah wanita baik-baik ternyata bisa datang ke tempat seperti ini.
