Seorang Ratu yang dikenal bengis dan jahat mengalami kekalahan dimana suaminya sang Kaisar memutuskan untuk menceraikannya dan memengal kepalanya dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap wanita lain milik sang Kaisar
Apalagi sang Kaisar sudah memiliki wanita lain dan memutuskan untuk menikahinya.
Membuat hati Ratu sangat hancur dan di hari eksekusinya dia memohon kepada Tuhan untuk mengubah nasibnya.
Dia tidak bisa meninggalkan putri kecilnya yang besar tanpa seorang ibu...
Apa Tuhan bisa mengabulkan doa dari sang Ratu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reiza Muthoharah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangis Di Pelukannya
Annelise terus berjalan sampai tidak menyadari bahwa ada orang di depannya hingga membuatnya hampir jatuh jika saja tidak ada seseorang memeluk pinggangnya.
" Apa anda baik-baik saja, Lady?" tanya seseorang yang menayangkan keadaan Annelise.
Annelise yang tadinya memejamkan matanya kembali membuka nya dan bertapa terkejutnya melihat orang di depannya.
" Duke Norfolk." ucap Anne yang mengenali pria yang memeluk pinggangnya.
Pria itu yang mendengarnya terkekeh pelan melihat Annelise yang merasa menggemaskan menatap nya.
" Apa anda sampai tidak bisa berpaling melihat wajah tampan saya, Lady?" tanya nya lagi tapi kali ini mengeluarkan tawanya.
Annelise langsung menyadarinya dan segera mendorong tubuh Duke Norfolk. Hingga sedikit menjauh darinya wajah Annelise seketika pucat melihat wajah pria di hadapannya.
Oh Annelise tidak akan pernah melupakan pria di hadapannya. Mereka saling menatap sampai tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik pinggangnya.
" Sepertinya anda ada urusan dengan tamu saya, Duke Norfolk." ucap seseorang yang berdiri di belakang Annelise sambil tangannya melingkar di pinggang nya.
Tentu saja hal itu membuat Annelise merasa tegang melihat perasaan nya tiba-tiba saja merasa tenang dan tanpa sadar menyandarkan kepalanya di bahunya.
" Selamat pagi menjelang siang Kaisar Abraxas. Senang berjumpa dengan anda di sini." ucap Duke Norfolk sambil membungkuk hormat kepada Kaisar Abraxas.
Tapi Kaisar Abraxas hanya mendatarkan wajahnya mengacuhkan Duke Norfolk. Matanya melirik ke arah Annelise yang menyandarkan kepalanya di bahunya dan tampang wajahnya yang pucat membuat nya khawatir.
Tangannya tanpa sadar mengelus rambut Annelise dengan pelan.
" Senang bisa berjumpa dengan anda dan saya harus ada urusan penting yang harus di selesaikan. Jadi saya permisi dulu Duke Norfolk." ucap Kaisar Abraxas yang membalikan badannya membawa Annelise pergi.
Duke Norfolk yang melihatnya dari jauh hanya mendatarkan wajahnya.
" Saya tidak percaya ada seorang wanita yang cantik seperti itu dan sayangnya Kaisar sepertinya tertarik kepadanya." ucap Duke Norfolk sambil menyeringai.
Sedangkan Kaisar Abraxas membawa Annelise kembali ke tendanya. Membawanya untuk duduk di kursi.
Annelise hanya diam dengan wajah yang pucat. Duke Norfolk adalah pria yang membuat hidupnya hancur dia adalah salah satu sekutu Tania yang tergila-gila kepadanya. Dia sering mendekatinya dengan cara yang sedikit menakutkan. Apalagi Annelise tidak bisa berbuat banyak mengingat dulu hubungan nya dengan Kaisar Abraxas sedikit merenggang.
Satu kesalahan yang membuat Annelise kecewa adalah dimana Kaisar Abraxas memberikan posisi dewan penting kepada Duke Norfolk. Hubungan Kaisar Abraxas dan Duke Norfolk semakin erat begitu juga hubungannya dengan Tania.
Memikirkan itu semua membuat perasaan Annelise semakin terluka hingga tanpa menyadari ia mengeluarkan air mata.
Kaisar Abraxas yang melihatnya langsung memberikan pelukan nya kepada Annelise.
" Saya tidak tahu apa hubungan anda dengan Duke Norfolk hingga membuat anda merasa ketakutan. Tapi satu hal yang pasti anda boleh menangis di pundak saya Lady." ucap Kaisar Abraxas dengan lembut.
Benar saja tidak lama kemudian Annelise menangis di pelukan Kaisar Abraxas. Ia mengeluarkan semua lukanya di pelukan seseorang yang pembawa luka tersebut. Tapi Annelise sama sekali tidak mempermasalahkannya sebab dia merasa nyaman berada di pelukannya.
Kaisar Abraxas yang mendengar suara tangisan Annelise yang pilu membuat perasaan sakitnya kembali. Ia tidak menyukai Annelise yang terluka ia ingin selalu membuatnya tersenyum.
Countine....