Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian
Rumah sakit Artanegara.
Pengunjung rumah sakit sangat lah padat, entah datang untuk berobat atupun menjenguk keluarga yang sakit, yang pasti di berbagai lorong nampak pengunjung berlalu lalang silih berganti.
Namun keramaian itu mendadak pecah ketika terlihat empat pria berjalan, para pengunjung langsung menyingkir memberi jalan untuk Tuan muda dan teman-temannya.
Di sepanjang lorong yang ramai mendadak hening, hanya terdengar suara langkah kaki Divan yang dengan semangat berjalan, sedangkan Rama, Exel dan Xelo nampak santai berjalan dengan gaya angkuhnya di belakang, membuat Divan bagaikan sang pangeran dengan tiga pengawal tampan.
"Ram emang gak papa kita kesini, entar ribut lagi elo?"Tanya Xelo memastikan tidak ada keributan yang kedua kalinya, pertanyaan nya bukan tanpa alasan dia takut mengganggu ketenangan pasien lain, dan juga takut kesehatan Nino semakin parah.
"Emang kenapa sih, ada yang kalian sembunyikan dari gue yaa?"Tanya Exel dengan penasaran, pasalnya dia baru pulang dari luar kota membuat dia ketinggalan beberapa moments yang sangat berharga.
"Cukup diam dan lihat apa yang terjadi"Ucap Rama dengan tatapan dingin membuat Xelo dan Axel terdiam, apalagi Axel pria itu memilih diam tak seperti biasanya dia takut Rama marah lagi dengan nya.
Tak butuh waktu lama, kini mereka telah sampai di depan pintu ruangan Nino, disana ada beberapa pengawal nampak berjaga menandakan sang nyonya Wijaya ada di dalam.
Rama nampak berhenti sejenak diikuti dengan Exel dan Xelo, namun tidak dengan Divan bocah itu dengan semangat 45 berteriak hingga menggema ke seluruh ruangan.
"Papaaaaaaa!!!!!!!!!!"Teriak Divan ketika melihat sang papa terbaring dengan lemas.
Wajah yang tadinya riang seketika berubah diiringi dengan tangisan, Risa yang terkejut dengan cepat bangkit dan menggendong sang putra, dan mendekatkan Divan ke arah Nino.
"Hey kenapa nangis little boy, it's ok papa baik-baik saja" Ucap Nino dengan senyum mencoba menenangkan sang anak, entahlah dia sangatlah bahagia Divan mengkhawatirkan nya.
"Papa kenapa?" Tanya Divan sedikit tenang mencoba membersihkan sisa-sisa tangisan.
"Papa hanya terjatuh mungkin sebentar lagi sudah sembuh, ohhh ya Divan kesini sama siapa?"Tanya Nino dengan penasaran, tidak mungkin juga bocah imut itu datang ke rumah sakit sendirian, kalaupun ada yang mengantar siapa and kenapa Divan disuruh masuk sendiri.
"Sama uncle lama, elo, sama jel" Ucap Divan nampak susah menyebutkan nama Rama and dua teman nya itu.
Semua mengerutkan keningnya berfikir dengan keras namun tidak dengan Maria, wanita itu segera beranjak dari duduknya dengan panik membuat semuanya juga ikut panik.
"Kenapa mah?"Tanya Nino melihat wanita yang dia anggap ibu itu nampak gelisah, Risa pun juga bingung namun dia memilih diam dan menunggu jawaban dari Maria.
"Divan di antar, sama uncle Rama, Exel dan Xelo?"Tanya Maria dengan panik segera di angguki oleh Divan, Maria pun bertambah panik membuat Nino dan Risa bertambah bingung, pasangan itu nampak tak paham dengan apa yang di takuti oleh CEO Wijaya group.
Tak berselang beberapa detik, pintu pun terbuka menampilkan sosok pengawal yang datang dengan tergesa-gesa.
"Mohon ijin nyonya, ada seseorang yang menyabotase ruangan nona Puput, mereka menyuntikan racun ke infus Nona Puput hingga beliau susah bernafas dan tutup usia" Ucap pengawal memberikan informasi atas kematian Puput.
Kaki Maria seketika melemas, padahal dia sudah menjaga dengan ketat ruangan itu, namun apa daya sang putra mahkota sangatlah jenius dalam hal seperti ini, membuat semua lawan akan bertekuk lutut dan mengakui kehebatan nya.
"Bagaimana dengan ruangan Richard dan Vanes?" Tanya Maria masih dengan raut wajah tegang, dia yakin Rama akan menuntut balas kedua nya.
"Aman nyonya, bahkan tuan Richard sudah sembuh dan akan pulang besok pagi, sedangkan Vanes sudah boleh pulang tadi pagi"Jelas sang pengawal membuat Nino bingung, dia tak tau dengan apa yang telah terjadi.
Dari Puput, sang papah hingga Vanes masuk rumah sakit, dia tak tau dan tak ada yang memberi tahu.
"Tan, apa anda bisa jelaskan?"Tanya Nino dengan raut wajah serius, berhasil membuat Maria sedikit ciut.
"Setelah Rama berhasil melumpuhkan mu, dia menyerang Richard, Puput dan Vanes, Rama menjatuhkannya dari atas balkon dan khusus untuk Puput, Rama menjatuhkan pot bunga hingga dia kritis, dan sekarang dia berhasil membunuhnya"
Darrrrrrrr.
Entah harus senang atau sedih Nino saat ini, dia senang sang perusak telah mendapatkan balasannya, namun dia merasa gagal menjaga sang papa dan juga cara Rama terlalu kejam, dia yakin papa pasti terpukul atas meninggalnya wanita paling dia sayangi itu.
"Papa Divan mau tidul situ boleh, ngantuk mau bobok"Ucap Divan di saat yang tidak tepat.
"Divan mau tidul sama papa"Rengek sang bocah membuat Risa kewalahan.
"Sini boy papa lagi butuh pelukan, berikan kekuatan padaku"Ucap Nino memberikan izin disambut dengan teriakan riang dari Divan.
suasana kembali riang dengan celoteh Divan, bocah itu memberi tahu Nino jika dia habis berantem sama Rama dan Xelo, bukannya marah Nino, Risa dan Maria malah tertawa dengan tingkah abstrak mereka.
Maria juga bersyukur Divan membawa perubahan kepada dua putranya, dan dia juga berharap kedepannya akan lebih baik lagi.
Flashback beberapa menit yang lalu.
Kini Rama,Exel dan Xelo masih setia berdiri di depan pintu masuk ruangan Nino, dari sana terdengar jelas suara Divan yang berceloteh dengan semangat, Rama nampak tersenyum melihat kedekatan Nino dan Divan namun di detik kemudian senyum nya seolah luntur.
"Dimana ruangan Puput berada?"Tanya Rama kepada salah satu pengawal yang ada disana.
"Ada di blok 1 kamar melati no 2 tuan"Jawab pengawal.
Tanpa menunggu lama, Rama menuju tempat yang telah diberitahukan dengan diikuti Exel dan Xelo di belakang nya, ruangan Puput sangat gampang ditemukan mengingat Maria juga memberikan fasilitas VVIP, untuk Richard, Puput dan Vanesa.
"Apa yang akan Lo lakukan?"Tanya Axel mencium gelagat tidak beres dari sahabat nya itu.
"Gue mau membalaskan dendam unty gue, Xelo mana barang yang gue inginkan" ucap Rama dengan tegas walupun ada lima pengawal ada di depan pintu Puput.
"Nih, Lo yang masuk gue sama Exel yang urus tuh kacung" ucap Xelo dibalas senyum sinis oleh Rama, sedangkan Exel dia nampak bingung dan hanya mengikuti apa yang diperintahkan.
Mereka bertiga berjalan menuju pintu masuk ruangan Puput, namun sayang perjalanan tak semulus apa yang diinginkan, lima pengawal itu nampak menghadang walupun mereka tau dengan ending yang akan menyakitkan.
"Hajar!!!!"Teriak Xelo membuat Exel dengan cepat mengerang kelima pengawal itu secara bersamaan.
Pertarungan Lima banding dua pun tak terelakkan, meskipun Exel dan Xelo kalah jumlah namun semangat jiwa muda mereka tak pernah luntur, mereka tetap kekeh dengan tujuan awalnya.
Berbeda dengan kedua temannya, kini Rama telah sampai di depan bangsal dimana Puput akan tertidur untuk selama lamanya, dengan cepat dia menyuntikan racun ke infus hingga berubah warna menjadi merah pekat.
"Welcome to hell, semoga kau tenang di neraka selamat tidur dengan penuh siksaan".
bersambung........
jangan lupa like coment and favorit