Karena hukuman, akhirnya Eighar harus di pindahkan ke sekolah aneh yang berisi orang-orang yang aneh pula. Sekolah macam apa yang di maksud?? Tak ada yang khusus, kecuali murid-murid serta sistem sekolahnya yang terbalik. Lalu, apa yang mengganjal dari hal itu??
Baca lah sendiri!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan di Mulai
Riiiiiiiiiiiiiiing.....
Bunyi dering di speaker menyebar ke seluruh sekolah, berserta dering smart watches pun yang ikut andil memenuhi kebisingan yang ada. Eighar kebingungan, sambil mendongakkan kepalanya ke atas, tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
Bersamaan dengan suara tersebut, Japi di tangan Eighar langsung memancarkan cahaya yang benderang, dimana rekaman permainan langsung terpampang jelas di hadapan matanya bak hologram. Matanya berbinar dan berkilauan terkena sinar.
Di samping itu, Brian yang duduk di singgasananya menatap datar seluruh peserta yang sedang bermain. Yang ia nantikan bukanlah orang-orang yang kesetrum dan pingsan seperti biasanya, tapi ia menantikan apa penyerangan yang akan mereka lakukan pada anak baru sok jago yang ia temui di gedung UKS kemarin.
Para peserta berlari sekuat tenaga ketika melewati garis halaman sekolah. Masing-masing dari mereka tertuju pada bendera-bendera di hadapan yang berbaur.
Langkah kaki mereka begitu lebar, sebagiannya ingin mendapatkan uang tunai, sebagiannya lagi berusaha melindungi diri sendiri dari sengatan listrik yang bisa membuat mereka tak sadarkan diri.
Persaingan ketat terjadi. Dua orang yang berlari dengan kecepatan yang sama mengincar satu bendera yang berada di hadapan mereka. Salah satunya melangkah panjang, menyulurkan tangannya hampir mendekati bendera, melihat hal itu, seorang yang bersaing dengannya pun terkesiap, ia menyenggol tubuh peserta di sebelahnya hingga orang tersebut jatuh tersungkur dan terguling.
Beberapa orang yang berlari di belakangnya pun tak menduga kalau ia akan jatuh. Kecelakaan pun tak bisa dihindari. Pijakan dan tendangan terjadi, membuat seseorang yang terbaring tadi kesakitan dan terluka cukup parah karena terinjak oleh banyak orang.
Eighar yang menyaksikan itu mengernyit, merasa ikut kesakitan melihatnya. Eighar menggelengkan kepalanya, melihat orang-orang tak peduli dengan orang-orang yang berjatuhan. "Mereka gil a?" Ia memisahkan kalimat yang mungkin saja akan terkena sensor oleh Japi. "Mereka yang jatuh bisa mati." geramnya lagi.
Genggaman tangan kuat meraih tangkai bendera, dan yang mendapatkannya langsung mengangkat bendera tersebut ke atas sambil berteriak. "Yah!! Gue dapat!!" pekiknya dengan lantang, hingga urat lehernya keluar.
Angin kencang membuat tubuhnya oleng, namun dengan sigap ia menguatkan kakinya. Angin itu berasal dari lajunya lari orang-orang yang baru saja melewatinya untuk berebutan bendera.
Eighar berdecak heran, bukan kagum. Pasalnya orang-orang ini bermain seperti sedang kesurupan saja. Apa bagi mereka, satu juta itu adalah uang yang besar? Sepertinya tidak cukup besar jika di samakan dengan nilai nyawa seseorang.
Tiga orang berlari kencang, dua perempuan dan seorang lagi lelaki. Mereka memperebutkan bendera yang sama hingga saling tarik menarik. Meski begitu, tenaga laki-laki tentu lebih besar daripada perempuan, lelaki berbadan besar itu mengangkat bendera ke atas, membuat dua perempuan tadi ikut terangkat dan kaki mereka mengambang di udara. Selepas itu, si lelaki berbadan besar membanting tubuh mereka ke bawah, membuat dua orang perempuan tadi seketika pingsan dan tidak sadarkan diri di tempat.
Eighar terperangah, tubuhnya yang bersender di sebuah pohon pun lansung mencondong ke depan. Keringat mengalir dari pelipisnya, bukan karena kepanasan, tapi karena ia terlalu tegang menyaksikannya.
Perebutan bendera terus terjadi, banyak orang sudah mendapatkan bendera, dan tentu lebih banyak lagi yang belum mendapatkannya. Sisa bendera semakin sedikit, dan lama-kelamaan pun jumlah bendera semakin menipis. Belum lagi yang gugur karena cedera semakin bertambah, otomatis peserta semakin berkurang tanpa mendapatkan sengatan listrik dahulu.
Dalam ketegangan yang ada, seseorang yang berlari melewati Eighar pun menoleh dan memberikan aba-aba, "Elu, lari!!" ucapnya di tengah keramaian yang bising. Ya, dia adalah Leon, lelaki yang di ajak Eighar bicara tadi.
Kelihatannya dia yang tak bersemangat tadi mendadak menjadi berambisi. Leon tak ingin uang, keluarganya sudah berkecukupan. Ia hanya tak mau tersengat listrik. Tubuh cekingnya tanpa lemak, membuat listrik terasa langsung menghantam tulangnya, tanpa menembus daging terlebih dahulu.
Eighar mendengar arahan dari Leon agar dirinya pergi, tapi.. sepertinya lelaki ini tak ingin beranjak meskipun ia tahu akan jadi target berikutnya.
"Bendera semakin menipis. Tersisa seratus bendera lagi." suara seseorang yang seperti pedagang boraks terdengar. Eighar bingung suara jelek milik siapa ini, tanpa tahu kalau itu adalah visual dari suara Japi yang setiap hari chat dengannya.
"Bendera tersisa lima puluh lagi."
Dari kejauhan, Leon sudah menggenggam sebuah bendera di tangannya yang terluka dan lebam. Ia melirik, mencari sosok Eighar yang mulai berdiri ketika mendengar sisa bendera tidak banyak lagi.
"Ngapain dia melongo disitu sih? Bukannya kabur juga!" gerutu Leon kesal.
"Bendera tersisa sepuluh lagi, sisa waktu masih banyak. Silakan gunakan kesempatan dengan baik. Sepuluh sisa bendera silakan di cari dengan teliti. Kami menyembunyikannya di tempat yang tidak kalian ketahui."
Mendengar hal itu, Leon menggunakan kesempatan ini untuk menghampiri Eighar. Anak itu tidak tau saja kalau dalam permainan, target pasti selalu dalam bahaya.
"Woi!!" Leon langsung menggeplak lengan Eighar saking kesalnya. Eighar menoleh kaget, sambil mengusap tangannya. "Lu bukannya kabur atau sembunyi, malah jadi batu. Kena sumpah mak malin kundang lu?!" bentaknya, membuat Eighar mengernyit.
"Buat apa gue sembunyi?"
Leon menggelengkan kepalanya. "Ya buat nyelametin diri lah. Lu kira gak bahaya apa jadi target?!"
"Kalaupun nanti gue sembunyi, sebanyak itu orang yang nyari gue emangnya gak bakalan ketemu?"
"Ya salam! Patah semangat bener nih orang. Ya seenggaknya lu punya waktu buat nyelametin diri, kan. Sana lari ong ong (oon)!" bentak Leon sambil mendorong tubuh Eighar.
Tapi lelaki ini masih saja enggan beranjak dari tempatnya berdiri. "Lari apaan sih! Gue gak bakalan lari."
Leon terkejut mendengarnya. "Hah? Bukannya kemarin lu lari dari sekolah, ya?"
Eighar terkikik. "Itu kan kemarin, sekarang beda. Sekarang gue gak mau jadi pengecut lagi."
Leon langsung menjambak rambutnya sendiri. "Ya salam!! Ini mah bukan masalah pengecut lagi. Lu mau jadi manusia geprek apa begimana dah? Ngeyel banget dibilangin! Gue ngasih tau elu, karena ini bukan kali pertama gue ikut game ini. Udah sering. Jadi gue udah tau orang-orang kayak apa peserta disini."
Eighar hanya terdiam. Bukan karena ngeyel atau tak menganggap game ini hal yang enteng. Hanya saja, ada sesuatu lain yang ia rencanakan, dan kalau sampai ia lari.. rencananya itu tak akan memberikan power untuk ia gunakan nantinya.
"Jadi, orang kayak apa peserta disini?" tanya Eighar datar.
"Si anj malah nanya! Orang-orang disini, gak ada yang main-main dalam permainan. Kalau udah fix jadi peserta maka pilihannya adalah bertarung atau kesakitan."
Eighar menatap Leon. "Jadi, ini alasannya, lu yang kelihatannya gak kompetitif jadi berambisi buat menang."
Leon mengangguk. "Gue udah pernah kalah, dan setrum sampai pingsan itu adalah mimpi buruk buat gue. Gue gak mau lagi, jadi gue harus menang apapun yang terjadi. Ini bukan soal uang, tapi soal mental dan fisik. Sekali kalah, maka berikutnya lu bakal di incar terus-menerus sama peserta yang lain. Game ini.. adalah mimpi buruk, dan gue.. udah muak sama leader di sekolah ini, dan juga game yang ia bikin."
Eighar menarik napas panjang ketika menyadari kalau mata Leon memerah dan berkaca saat mengatakannya.
Riiiiiiiiiiiiiiing.....
Dering panjang itu kembali berbunyi. Leon dan Eighar sama-sama menengadah ketika mendengarnya, lalu saling berpandangan dengan mimik wajah yang berbeda. Eighar datar, dan Leon.. ketakutan.
"Permainan selesai!!"
Blaaaaaaarrrrr!!!
Eighar terbelalak ketika melihat, orang-orang yang gagal mendapatkan bendera, semuanya jatuh terkapar beramai-ramai akibat setrum tinggi. Mereka semua bergelimpangan bak mayat dari bencana alam yang mati.
Sementara yang memegang bendera, menatap lurus ke arah Eighar dari kejauhan.
"Game berikutnya, tangkap dan seret Eighar Riantama!" pekik Brian.
"Siulan (Sialan)." geram Leon.
Sementara itu, Eighar membalas tatapan mereka, seolah siap menantang mereka.
Bersambung...
semoga puasa kita smw lancar dan di terima Allah 🤲🤲
selamat berpuasa semua 🥰🥰
Mgkn ini mksd Author, musuh sebenarnya eighar. /Smile/
Next Thor...