Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan sahabat
"ASYH.." Seorang gadis belia berteriak memanggil Asyh dan melambaikan tangannya.
Asyh merenung sejenak untuk mengingat siapa yang memanggilnya dengan begitu heboh.
"Xela?" Asyh segera berlari menghampiri gadis itu.
"Aku kangen.." Gadis bernama Xela itu langsung memeluk Asyh dan berputar girang.
"Ini beneran kamu?" Asyh mencubit pipi Xela setelah Xela melepaskan pelukannya.
Xela mengangguk semangat.
"Seneng kan?" Xela mencolek gemas hidung Asyh.
"Xela...." Kini giliran Asyh yang heboh memeluk Xela.
"Kok bisa di sini?" Asyh bertanya penasaran setelah melepaskan pelukannya.
"Papaku dipindahkan ke New York. Makanya aku bisa cariin kamu sampe ke sini." Xela dengan semangat merangkul sahabatnya sejak SD itu dan mereka berjalan menyusuri koridor kampus Asyh menuju keluar.
"Oh..jadi kamu dan keluarga kamu bakal tinggal di New York dong?" Asyh bertanya girang.
"Yups...seneng kan?" Xela mengacak gemas rambut Asyh.
Asyh mengangguk semangat.
"Darling.." Suara Arlen membuat langkah kedua gadis itu berhenti saat hampir sampai di parkiran kampus.
Asyh dan Xela serentak berbalik.
"Babe.." Asyh melepaskan Xela dan menghampiri Arlen lalu menarik Arlen mendekat pada Xela.
"Kenalkan! Ini sahabatku, Xela. Xela, ini dosen sekaligus kekasihku, Arlen." Asyh memperkenalkan kedua orang itu bergantian.
"Xela Callista." "Arlen." Keduanya berjabat tangan singkat.
"Darling, kau ingin pulang sekarang?" Arlen bertanya dengan lembut pada Asyh.
"Em..apa boleh?" Asyh mengangguk seraya meminta ijin.
"Boleh. Tapi maaf, aku masih ada pekerjaan. Jadi aku terpaksa meminta Zerick, pria yang tadi pagi untuk menjemputmu." Arlen sambil merapikan helaian rambut Asyh yang menghalangi wajahnya.
"Tidak apa. Oh yah, bolehkah aku membawa Xela bermain ke kastilmu?" Asyh memasang wajah menggemaskan.
"Kastil kita, darling! Boleh saja, asal bukan pria atau ular berbisa yang kau bawa!" Arlen menatap Xela curiga.
"Kau tenang saja, babe. Dia sahabatku sejak kecil dan aku sudah sangat mengenalnya." Asyh dengan yakin menyakinkan Arlen.
"Baiklah, aku percaya padamu. Mobil Zerick sudah sampai. Hati-hati di jalan!" Arlen mengecup singkat kening Asyh setelah menunjuk ke arah mobil Zerick yang sudah terparkir di depan gerbang kampus.
"Kami pergi dulu." Asyh berpamitan dan menarik Xela pergi dari hadapan Arlen lalu masuk ke dalam mobil Zerick.
"Itu pacar kamu? Cakep banget." Xela memuji Arlen setelah mereka di dalam mobil.
Asyh mengangguk malu-malu.
"Gimana bisa kamu sekarang seleranya jadi bule dewasa gitu?" Xela menyenggol pelan lengan Asyh dengan niat menggoda sahabatnya.
Asyh pun mulai menceritakan semua tentangnya dan Arlen tanpa ada sesuatu yang disembunyikan dari sahabatnya itu. Mereka bercerita dengan seru tanpa mempedulikan Zerick yang sedari tadi mengamati Asyh dari balik kacamata hitamnya melalui kaca spion di atas kepalanya.
"Gadis ini benar-benar membuat darahku mendidih namun rasanya ingin memeluk dan melindunginya." Zerick membatin sambil fokus menyetir.
"Jadi gitu? Seru banget bisa punya pacar psikopat gitu..hehe." Xela terkekeh membayangkan bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan seorang pria psikopat.
"Kamu mau nyoba? Arlen punya adik enggak kalah gilanya." Asyh menawarkan Xello pada Xela.
"Enggak! Nanti aja kalo aku udah dibolehin pacaran sama Papa." Xela terkekeh geli.
"Yeh..kan cuma pacaran." Asyh mengacak gemas rambut Xela dari belakang.
"Nona-nona, bisa tidak bicara menggunakan bahasa yang bisa aku mengerti?" Zerick bertanya gemas setelah obrolan kedua gadis belia itu berhenti.
"Tapi kami tidak membicarakanmu Tuan Zerick." Asyh menyahuti perkataan Zerick.
"Ada atau tidak, hanya kalian yang tahu." Zerick mempercepat laju mobilnya.
Asyh dan Xela saling menatap bingung.
Tak lama mereka pun sampai di kastil Arlen.
"Woah...ini kastil mewah banget.." Xela terkagum-kagum melihat keindahan kastil raksasa itu.
"Dari luar mewah. Tapi kalo di dalam, bikin cepet mati. Bentuknya kayak labirin, suka bikin sesat." Asyh mendengkus kesal karena mengingat kembali bagaimana ia tersesat dulu.
"Masuk yuk.." Asyh menggandeng tangan Xela dan berjalan masuk ke dalam kastil itu meninggalkan Zerick.
Zerick nekat mengikuti kedua gadis belia itu terutama Asyh.
"Kamu tunggu di sini! Aku ganti pakaian dulu." Asyh menuntun Xela duduk di ruang keluarga yang sangat luas itu.
Asyh pun beranjak naik ke kamar Arlen setelah mendapat persetujuan dari Xela.
Tinggal Zerick dan Xela di ruang keluarga yang super luas itu.
"Kau berasal dari mana?" Zerick bertanya penasaran pada Xela.
"Indonesia. Kami berdua berasal dari Indonesia." Xela menjawab santai meski sedikit canggung.
Zerick hanya mengangguk dan tidak ada obrolan lagi diantara mereka.
Ponsel Xela tiba-tiba berbunyi dan Xela segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan menjawabnya.
"Hallo, iya Pa?" Xela memulai dengan pertanyaan.
"Kamu dimana? Ayo pulang sekarang! Papa udah di rumah. Katanya mau makan siang sama-sama?" Ayah Xela menjawab dengan pertanyaan.
"Oh iya, Pa. Tadi Xela ketemu sama Asyh. Bentar lagi Xela pulang." Xela menjawab jujur pada Ayahnya.
"Oh..Asyh apa kabar? Kapan-kapan ajak dia ke rumah. Papa juga udah lama enggak ketemu anak cerewet itu." Ayah Xela dengan kekehan kecil.
"Iya Pa, Asyh baik. Ya udah, Xela pulang sekarang Pa." Xela pun memutus panggilan setelah mendapat ijin dari Ayahnya.
"Tuan, boleh antarkan aku keluar dari kastil ini? Ayahku memintaku untuk pulang sekarang." Xela meminta tolong dengan sopan pada Zerick.
"Baik ... "
"Aku yang akan mengantarmu sekalian!" Suara Xello memotong Zerick yang hendak menjawab.
"Tidak perlu Tuan, aku bisa naik taksi. Aku hanya meminta diantar keluar dari kastil ini." Xela menolak dengan sopan namun ia seketika merasa takut saat melihat tatapan tajam Xello.
"Aku akan mengantarmu!" Xello langsung menarik tangan Xela dengan kasar.
"Kasar sekali." Zerick bergumam sambil menggelengkan kepalanya.
"XELA.." Asyh berteriak girang sambil menuruni setiap anak tangga.
"Dia sudah pulang. Xello yang mengantarnya." Zerick sambil menyalakan sebatang rokok lalu menghisap dalam rokok itu.
"Kau mengijinkan Xello membawa sahabatku begitu saja? Astaga..kenapa tidak memanggilku dulu?" Asyh bertanya kesal apalagi melihat sikap santai Zerick.
"Bukan urusanku. Tapi jika kau yang dibawa, aku akan melarang!" Zerick kini membuka kacamata hitamnya.
"Semoga saja Xela tidak apa-apa!" Asyh menundukkan kepalanya cemas.
Asyh seketika tertegun melihat kedua mata Zerick yang ternyata berbeda warna ketika ia mengangkat kepalanya.
"Kau memakai softlens?" Asyh bertanya penasaran melihat mata Zerick yang berwarna hijau dan biru.
"Tidak. Tapi kedua mataku adalah mata orang yang berbeda." Zerick menjawab dengan santai.
Asyh melongo mendengar jawaban Zerick.
"Ma maksudmu, matamu bukan lagi asli matamu?" Asyh bertanya sedikit takut.
Zerick mengangguk pelan dan kembali menghisap rokoknya.
Asyh bergidik ngeri mendengar jawaban yang ia yakini adalah kejujuran dari Zerick.
"Ya ya sudah! Jangan menggangguku. Aku jadi lapar karena lupa sarapan." Asyh berjalan meninggalkan Zerick menuju dapur.
Asyh sibuk mencari bahana makanan yang mungkin bisa ia olah untuk makan siang sekaligus sarapannya.
Setelah dapat, Asyh pun segera mengeksekusi bahan-bahan tersebut.
Sibuk dan serius memasak membuat Asyh menjadi tidak peka lingkungan hingga tidak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya lapar.
"Sayang.."
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel