Aira harus menelan pil pahit, ketika Andra kekasih yang selama ini dicintai dengan tulus memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang restu oleh orang tua karena perbedaan keyakinan.
padahal Aira sedang mengandung anak dari kekasihnya.
apakah Aira akan mampu bertahan dengan segala ujian yang dihadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arij Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Waktu azan subuh sudah terdengar di musholla dan masjid masjid terdekat, waktunya memulai kembali aktivitas yang sudah terbiasa dilakukan oleh umatnya, tanpa terkecuali Aira.
Kegiatan pagi pun sudah mulai terdengar dirumah Aira, Mamak Aira mulai bangun untuk memasak sarapan yang akan dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Adik Adik Aira yang mulai beraktifitas pagi sebelum berangkat sekolah, Bapak yang sibuk dengan peralatan untuk pergi ke sawah. Sedangkan Aira masih bergulat diatas tempat tidur, masih bermalas malasan untuk keluar dari kamar. Apalagi dengan cuaca mendung yang mendukung Aira untuk tetap ditempat tidur.
"tok tok tok, mbak bangun mbak, sarapan sudah pagi," kata Adik Aira sambil mengetok pintu.
Tapi Aira tidak menjawab. Adiknya Aira Dina masih tetap berusaha untuk membuat kakaknya keluar dari kamarnya, dengan ketukan yang makin kencang Dina terus berusaha,
"Brak... Brakkk... Brak... Mbak bangun sudah pagi, ayo Kita sarapan," dengan sekuat tenaga.
Karena merasa terganggu dengan ulah Adiknya, dengan gerakan kasar Aira menarik selimutnya dan bergegas membuka pintu,
"ah brisik!, crewet banget sih jadi anak, tidak usah triak triak bisa kan, kayak di hutan aja," ucap Aira dengan sedikit membentak Adiknya.
"Abisnya kebo banget sih, susah banget suruh bangun, biasanya juga bangun sendiri, gak perlu dibangunin, lebay banget sih jadi orang," jawab Dina dengan ketus.
Tidak terima dengan perkataan Adiknya, Aira membalas perkataan Adiknya tak kalah ketusnya, "gak usah nyolot jadi anak, aku juga gak minta dibangunin, pagi pagi udah bikin ulah aja!."
Dengan muka yang sudah merah menahan amarahnya Dina kembali membalas kakanya, "Apa hah!, gak tau diri banget tau jadi orang, udah dibangunin bukannya bilang makasih malah marah marah gak jelas."
"sreeeettt..... Bbbrrraaakkkk," dengan gerakan cepat Aira menarik baju Dina hingga robek dan membenturkan tubuhnya ke tembok.
Karena tidak terima dengan perbuatan kakaknya, Dina akhirnya membalas apa yang kakaknya lakukan dengan cara yang sama, "srreeekkk,,,,,, dug...," menarik baju kakanya hingga mereka berdua jatuh ketanah dengan Dina yang dibawah Aira diatas, mereka saling Jambak menjambak
"aahhhhkkkk... sakit lepas sialan!," kata Aira dengan menahan rasa sakit dikepalnya.
"Aahhh... Bodo amat, biarin emang kamu aja yang sakit," jawab Aira dengan suara lantang dan gemetar karena merasa sakit diarea kepalanya.
tidak ada yang memisahkan mereka dari aksi Jambak menjambak itu, karena tidak ada yang berada didekat mereka, tapi tak lama kemudian Damar datang, kebetulan habis mandi melihat aksi kedua kakaknya, Damar berteriak dengan kencangnya berharap kedua kakanya berhenti,
"stop... hentikan... stop.... oooeeee stopp."
Tapi kedua kakaknya tidak menghiraukan teriakan Damar, malah semakin brutal. karena tidak dihiraukan, Damar akhirnya berlari dengan kencang dan mencari kedua orang tuanya agar keduanya bisa dipisahkan.
Dengan nafas memburu dan putus putus akhirnya Damar menemukan Bapaknya yang sedang sibuk didepan rumah dengan peralatan sawahnya, Damar menghampiri bapaknya,
"host... Host... Host... Bapak... Bapak... Bapak...," ucap damar.
"dalem, kuwe ki gene Le, kok yo mbloya-mblayu ki lo ( iya, kamu ini kenapa Nak, kok lari-larian )," jawab Bapak dengan rasa penasarannya.
Masih dengan nafas yang tersengal-sengal, setelah mengatur nafasnya Damar menjawab, "Bapak mbak Aira dan mbak Dina berantem, Jambak jambakan di belakang."
"Opo Le!, tukaran. Mamak neng ngendi emange mau, ayo cepetan ndang dipisahke mengko malah makin parah, ( apa nak!, berantem, Mamak kemana memangnya tadi?, ayo cepetan pisahkan, nanti malah makin parah !," ucap bapak dengan kencang sambil berlari menuju kebelakang.
Dengan tergesa gesa Bapak datang ketempat kejadian dengan kencang dan keras Bapak membentak kedua anaknya agar tidak berantem lagi.
" Aira, Dina wes stop, wes to, raksah do tukaran, ayo mandek wes, Aira, Dina! (Aria, Dina sudah stop, berhenti, tidak usah pada berantem, ayo sudah berhenti, Aira ,Dina! )"
Sedangkan Damar yang mengikut Bapak dari belakang ikut berlari mengejar agar tidak tertinggal oleh Bapaknya.
"Bapak tunggu Damar, ikut," ucap damar sambil berlari.
Karena tidak dihiraukan oleh kedua anaknya, bapak dengan mata merah menahan marah dan kecewa terus berteriak agar anaknya berhenti,
Stoopp Dina, Aira, Stooopppppp!"
Karena merasa lelah tidak dihiraukan, Bapak menyuruh Damar untuk memegang salah satu kakaknya,
"Damar pegang mbak Dina, tarik Dia, nanti Bapak yang pegang mbak Aira," ucap bapak.
"Baik pak," jawab Damar dengan cepat.
Mereka bersiap siap untuk melakukan tindakan,
"Damar Bapak hitung sampai 3, dalam hitungan ketiga, nanti Damar langsung tarik, ok," ucap bapak.
"siap pak, " jawab damar.
dengan menentukan posisi masing masing Bapak menghitung "satu, dua tiga, ayo Damar tarik," ucap bapak.
Dengan susah payah saling tarik menarik akhirnya Bapak dan Damar bisa memisahkan keduanya.
"Sudah stop Bapak bilang, kalian tidak dengar apa kata Bapak!"
"sudah dibilang stop kok malah masih dilanjut saja!" ucap Bapak dengan suara lantangnya saking marahnya beliau.
" Lepas Pak, biar Aku kasih pelajaran tu si Dina kurang ajar banget sama kakaknya," Ucap Aira dengan nafas yang memburu dan mengacungkan jari tangannya kedepan muka Dina sambil memberontak dalam pelukan Bapaknya karena tidak terima dipisahkan.
"Apa hah!"
"Aku gak takut ya sama Mbak, sini kalau bisa!" Jawab Dina dengan nada marah karena tidak suka dengan kata-kata kakaknya.
"Lepasin Mbak Damar," kata Dina sambil berusaha melepaskan pelukan damar yang sangat erat.
"Gak Mbak, nanti Mbak mulai lagi, memangnya Mbak Dina gak kasihan sama Mbak Aira, Dia kan lagi hamil," Jawab Damar dengan makin mengencangkan pelukannya.
Dengan suara keras Bapak berbicara kepada kedua putrinya
"Sekarang duduk ditempat masing masing!" Ucap bapak sambil menuntun Aira untuk duduk didekat kamar Aira, karena kamar Aira bersebelahan dengan meja makan.
"Nah gitu kan enak kalau udah nurut," lanjut Bapak.
Sambil menghentakkan kakinya Aira menuruti perintah Bapaknya, duduk dengan tenang sambil merapikan baju dan rambutnya yang berantakan karena aksi mereka tadi.
Dina pun melakukan hal yang sama, Dia digandeng Damar agar tidak berontak lagi. Mereka saling melempar pandang dengan tatapan yang marah kecewa dan sedih karena perbuatan mereka.
"kalian ini kenapa?"
"Kenapa saling berantem, gak baik sesama saudara saling berantem, apalagi sampai Jambak-jambakkan, guling-gulingan, kalau ada apa-apa diomongin baik-baik gak boleh seperti ini,"
"Paham kalian..." ucap bapak dengan suara pelan dan lembut.
Tapi Mereka hanya diam dan menunduk tanpa mau menjawab pertanyaan Bapaknya.
Damar pun sama hanya diam membisu tidak ingin ikut campur permasalahan kakak kakanya.
Karena saking marahnya, kecewa dan mata yang merah bapak menasehati panjang lebar tidak didengar dan tidak dijawab, akhirnya dengan nada yang keras bapak membentak
"Paham tidak Bapak ngomong!"
"Atau mau sekalian Bapak buatkan ring tinju didepan rumah, biar jadi tontonan orang-orang," sambung Bapak.
"Ngak Pak," jawab Mereka dengan kompak sambil menggelengkan kepalanya.
"Yakin?" Bapak bertanya kembali untuk memastikannya.
"iya pak," jawab keduanya dengan masih sambil menunduk, tidak berani melihat Bapaknya.
"Nah sekarang saling memaafkan ". Sambung Bapak lagi
" Mbak Aira, Dina minta maaf karena sudah membuat Mbak marah, Maafin Dina, Dina gak akan ulangi lagi, " ucap Dina sambil mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat kearah Aira , karena Dina tidak berani melihat Bapaknya, masih takut dimarahi bapaknya.
"iya Dina, maafin Aku juga..." jawab Aira dengan suara lirihnya.
" Nah gitu dong, pada baikan jangan berantem lagi, kita kan saudara, ayo pelukan," Ucap Damar dengan santainya. Damar berdiri kemudian menarik kakaknya Dina, untuk diajak berpelukan bersama.
Akhirnya drama dipagi yang cerah ini sudah berakhir dengan damai, mereka berpelukan bersama dan tersenyum kembali, walau masih sedikit rasa yang entahlah bagi mereka semua.
Untungnya rumah rumah dikampung mereka memiliki pekarangan yang sangat luas, jadi tetangga kiri kanan tidak akan mendengar pertengkaran mereka, coba saja kalau sampai mereka mendengar, pasti malu keluarga Aira jadi bahan tontonan pagi ini.
.
.
.
.
bersambung.......
Drama yang bikin kesal sekali ya!
Nah.... Apakah masih akan ada drama lagi.
Nantikan di bab selanjutnya ya! ✌️