Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Bab 1

Gwenara Seyren, seorang gadis berumur 17 tahun mengayunkan langkah demi langkah di malam yang begitu dingin.

Gwen terus melangkah dengan gontai menyesal tidak membawa motor kesayangannya saja, sesekali dia menyentak kakinya tanpa peduli banyak genangan air di pinggir jalan telah membasahi celana panjangnya.

Tiba-tiba gadis yang memiliki mata hazel coklat berhenti di depan persimpangan. Matanya terus menatap dua jalan persimpangan itu. Gadis itu tampak ragu memilih jalan yang mana untuk menuju ke rumahnya.

" Pilih yang mana ya? Kalo gue pilih terus ke depan maka lama dong sampeknya" Menolog Gwen pada diri sendiri sembari mengarahkan pandangannya ke arah sampingnya. " Kalo gue belok ke kiri bakal cepet, tapi gang ini sempit, gelap lagi,"

Gwen terus menimang nimang keputusannya, jujur kini bulu kuduknya tiba-tiba berdiri hanya menatap lorong kecil sebelah kirinya. Gadis itu menghembuskan nafas sebelum memilih melangkah ke arah lorong sempit itu.

"kenapa ya malam ini lorong ini tampak beda?" gumamnya.

Saat Gwen menelusuri lorong itu secara cepat sontak ia mengerem sepedanya secara tiba-tiba karena dari kejauhan ia menatap seorang pria bermasker berpakaian serba hitam menodong pistol ke arah seorang pria paruh baya yang sudah gemetar.

Gwen mengigit telunjuknya karena gugup. Namun seketika itu ia meringis karena gigitannya terlalu kuat.

" Sembunyi!"

Dor

Belum sempat Gwen melangkah ketempat persembunyian terlebih dahulu suara tembakan masuk ke pendengaran gadis itu. Sontak gadis itu membulatkan matanya saat melihat pria yang di todongkan pistol sudah tergeletak di tanah dengan berlumuran darah di kepala pria itu.

Gadis yang masih di selimuti rasa terkejut itu seketika celingukan ke sekitarnya. Ia melihat sebuah bak sampah cukup besar. Tanpa berpikir panjang lagi gadis itu bersembunyi dibalik bak sampah itu.

Tak lama dari suara tembakan, Gwen mendengar suara derap kaki dari beberapa orang mendekat ke tempat itu.

" Kaparat! Kau tak bisa kabur lagi" Ucap seorang lelaki dengan suara berat namun cukup menakutkan bagi Gwen. Tapi gadis itu mengernyitkan keningnya kala mendengar suara itu yang tampak familiar baginya.

" Jangan bunuh saya! Saya janji tidak akan mengacau lagi, tuan" Ujar seseorang dengan suara yang terdengar gemetar. Gwen yakin orang itu tengah terpojokan oleh seseorang saat ini.

" Saya akan mengabulkan permohonanmu, tapi saya terlanjur turun tangan. Saya tidak mau waktu yang Saya lewatkan untuk mengejarmu terbuang sia-sia. Jadi, selamat tinggal "

Dor

Brukk

Gwen membulatkan matanya saat melihat seseorang pria tergeletak di depannya dengan kepala yang di penuhi darah segar. Melihatnya seketika membuat gadis itu memejamkan matanya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Rasanya benar-benar mual.

" Urus mayat-mayat itu" Titah seorang laki-laki dengan suara berat tadi.

" Baik tuan muda! " Jawab beberapa orang bersamaan.

Mendengar itu Gwen semakin diam di tempatnya. Ia mundur perlahan hingga punggungnya mengenai tembok. Semoga orang-orang tadi tidak melihat keberadaannya. Kalau tidak, ia yakin nasibnya pasti akan sama seperti pria barusan.

Dua orang pria bersetelan serba hitam tampak berjongkok di depan mayat tadi. Mereka sepertinya tidak menyadari keberadaan Gwen. Hal itu seketika membuat dada gadis itu terasa sedikit lega. Walaupun kenyataannya gadis itu masih merasa ketakutan.

Namun tak lama Gwen merasa sesuatu menggelitik permukaan tangan kanannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang merayap di sana.

Spontan Gwen melirik ke arah tangannya. Ia melihat sebuah benda hitam berkumis panjang tengah merayap di sana.

" Aaaa! Kecoa! " Jerit Gwen sambil melompat keluar dari persembunyian. Tepatnya, ia berdiri di depan tempat sampah itu. Tidak lupa dengan tangan ia sentakan ke udara. Seketika saja membuat makhluk kecil itu jatuh dari tangannya.

Sedetik kemudian Gwen terdiam, ia merutuki kebodohannya. Kenapa ia keluar dari persembunyian?

Dengan gerakan kaki, Gwen menengok sekitarnya. Dapat ia lihat dengan jelas, dua pria yang berjongkok tadi sudah berdiri menatapnya waspada. Tangan mereka terangkat ke atas Gwen. Menodongkan pistol yang sepertinya sudah siap di tembakkan ke arahnya.

"Om, saya orang baik-baik! " Gwen bercicit sambil mengangkat tangan ke udara.

Mata Gwen bergulir lagi ke arah lain. Ia melihat beberapa pria dengan pakaian sama seperti dua pria tadi yang menodongkan pistol kepadanya. Mampus! Gwen terkepung.

" Siapa kamu? " Tanya salah satu pria dari para pria berbaju hitam tadi.

" Gu-gue.. " Ucap Naomi terputus. Gadis itu meremas jemarinya, mengepalkan telapak tangannya yang terasa begitu basah. Perlahan Naomi mundur. Mencoba menjauh dari orang-orang yang tampak mulai mendekatinya. Sampai...

Duk

Punggungnya terasa menabrak sesuatu yang keras. Tapi ia yakin itu bukan tembok.

" Wah! Sepertinya ada kucing kecil yang tersesat! "

Glek

Gwen menelan ludahnya susah payah. Suara itu, suara berat yang sama seperti yang ia dengar tadi dan tentunya ia sangat mengenali suara berat itu. Untuk memastikan dugaannya benar, Gwen membalikkan badannya. Ia melihat seorang lelaki tinggi bersetelan jaket serba hitam. Gwen mendongak menatap lekat wajah lelaki itu namun wajahnya masih tertutup dengan masker hitam.

Gwen sempat tertegun melihat warna mata lelaki itu berwarna biru sontak ia membulatkan matanya saat mengenal siapa pemilik mata biru itu.Tatapan keduanya seketika saling bertumpuk. Sorot mata lelaki itu terlihat tajam, tapi begitu dalam ke arah Gwen. Hal itu sejenak Gwen terhanyut.

" Turunkan pistol kalian! Segera urus mayat-mayat itu" Intruksi lelaki itu membuat Gwen kembali sadar dari lamunannya melihat orang yang berada di depannya.

Seketika mereka semua pergi membawa mayat-mayat itu atas intruksi pemuda yang ada di depan Gwen. Melihat itu seketika gadis itu menghela nafas lega dan matanya kembali mendongak pemuda di depannya.

" Hai kak Nio! " Ucap Gwen melambaikan tangannya ke udara sembari memamerkan deretan gigi putihnya begitu melihat sang pujaan hati yang ia kejar selama ini berada di depannya.

Arsenio menaikan sebelah alisnya menatap Gwen yang berusaha menyembunyikan ketakutannya.

Yap!

Gaillard Arsenio Ghaazy yang berumur 22 tahun. Anak bungsu dari pasangan Vincent dan Ellie.

Gwen segera membalikkan tubuhnya berniat ingin melarikan diri, namun kerah baju belakangnya tiba-tiba terangkat oleh sebuah tangan kekar.

"Mau kabur?" tanya Arsenio dengan suara serak tepat dk kuping sebelah kanan Gwen.

Seketika Gwen merinding, perlahan membalikkan tubuhnya kembali menghadap Arsenio yang sudah membuka maskernya. "Maaf kak, aku tadi gak sengaja lewat. Jangan bunuh aku ya, aku janji ga bakal bilang sama siapa-siapa deh."

Arsenio mengangkat sudut bibirnya ke atas, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Gwen, hingga hidung mereka saling bersentuhan.

Gwen meneguk ludah dengan kasar, tangannya gemetar menatap mata elang milik Arsenio. Sedangkan, Arsenio kembali memajukan wajahnya menatap dalam mata penuh ketakutan Gwen.

"Lain kali jangan nekat pergi sendiri kayak gini, kalo bukan aku yang di sini, kamu ga akan selamat little kitten," bisik Arsenio di depan wajah Gwen. Jika terjadi satu dorongan kecil saja, otomatis bibir itu saling bersentuhan.

"Sekarang pulang, jangan berkeliaran lagi," lanjutnya melepaskan tangannya di pinggang kecil Gwen, mundur satu langkah.

Gwen hanya mengangguk kaki tanpa berani menatap Arsenio. "Maaf kak, lain kali aku ga akan lewat jalan ini lagi," ucapnya.

Kemudian, tanpa basa-basi lagi, Gwen langsung mengambil langkah seribu meninggalkan Arsenio yang menatapnya datar.

"Pastikan gadis itu pulang dengan selamat," titah Arsenio kepada anak buahnya yang berdiri agak jauh dirinya.

"Baik tuan muda,"sahut bodyguard itu dengan patuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!