NovelToon NovelToon
Seni Perang Dalam Cinta

Seni Perang Dalam Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Enemy to Lovers / Si Mujur / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Dwiki

Theresa Coldwell adalah ratu tak tertandingi di sekolahnya—lidahnya tajam, kepercayaan dirinya tak tergoyahkan. Tak ada yang berani menantangnya… sampai Adrien Valmont datang. Santai, tak terpengaruh, dan sama pintarnya, dia membalas sarkasme Theresa dengan komentar tajam tanpa ekspresi, membuat setiap pertemuan mereka jadi ajang adu kecerdasan dan ego. Dari debat di kelas hingga persaingan di seluruh sekolah, ketegangan di antara mereka semakin terasa. Tapi ketika sesuatu yang tak terduga mengancam untuk memisahkan mereka, akankah mereka akhirnya menurunkan ego masing-masing, atau justru terjebak dalam perang kata-kata yang tak berujung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jenius yang Tak Terusik

Theresa Coldwell tidak bisa menerima kekalahan dengan baik.

Bukan berarti dia kalah, tentu saja. Dia hanya membiarkan Adrien menang satu kali agar dia terlena dalam rasa aman yang palsu. Anggap saja ini sebagai pemanasan.

Tapi ada satu masalah.

Adrien Valmont benar-benar tidak peduli.

Tidak peduli apa yang Theresa lakukan—sarkasme, sindiran pasif-agresif, hinaan dramatis—Adrien menerimanya begitu saja. Tidak ada reaksi. Tidak ada kejengkelan. Hanya ekspresi tenang yang menjengkelkan, seolah-olah Theresa hanyalah kelinci percobaan yang menarik.

Dan itu tidak bisa dibiarkan.

Maka, Theresa Coldwell memulai Operasi: Buat Adrien Kehilangan Ketenangannya.

Upaya #1: Drama Shakespearean

Sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela kelas saat Theresa menjatuhkan diri dengan dramatis ke meja Adrien, menghela napas seperti tokoh utama dalam drama tragis.

“Oh, Adrien,” dia meratap, meletakkan tangan di dahinya. “Betapa kejamnya dirimu meninggalkanku dalam keadaan seperti ini. Pengkhianatan! Patah hati! Kepercayaan diriku yang dulu tak tergoyahkan kini hancur, semua karena satu kesalahan sesaat.”

Adrien, tanpa mengangkat pandangannya dari buku: “Kedengarannya berat. Kau akan bertahan.”

Theresa membuka satu mata. Tidak ada reaksi?

Dia mengerang dan merosot lebih jauh ke mejanya. “Ayolah, Adrien. Setidaknya pura-pura peduli dengan penderitaanku?”

Adrien dengan tenang membalik halaman. “Kau harus berakting lebih baik dari itu.”

Dasar kurang ajar.

Theresa langsung duduk tegak, menatapnya tajam. “Maaf? Itu tadi layak mendapat penghargaan.”

Adrien akhirnya menatapnya, mata hazel-keemasannya terlihat geli. “Mm. Mungkin jika kau ingin terlihat seperti anak teater yang terlalu dramatis karena gagal dapat peran utama.”

Theresa terperanjat. “Aku selalu jadi peran utama, Adrien.”

Dia menyeringai. “Tidak hari ini.”

Menyebalkan.

Upaya #2: Menghilang

Saat makan siang, Theresa menjalankan Tahap Dua: Menyebalkan Lewat Ketidakhadiran.

Dia meminta anak buahnya—eh, teman-temannya—menyebarkan satu rumor penting ke seluruh sekolah.

"Theresa Coldwell mengabaikan Adrien Valmont."

Saat Adrien duduk di kafetaria, separuh murid sudah mulai berbisik-bisik.

“Kau dengar?” salah satu siswa berbisik. “Theresa belum bicara sepatah kata pun pada Adrien hari ini.”

Yang lain mengangguk. “Ini serius. Minggu lalu, dia bikin Charles galau hanya karena tulisan tangannya.”

Namun, Adrien tetap santai menikmati sandwichnya, seolah tidak peduli.

Theresa mengamati dari beberapa meja jauhnya, menyeruput tehnya seperti penjahat yang sedang merancang rencana jahat. Sebentar lagi, dia akan menyadari betapa membosankannya hidup tanpa gangguan Theresa.

Adrien menghabiskan sandwichnya.

Adrien bangkit.

Adrien berjalan melewati mejanya.

Saat lewat, dia melirik santai. “Akhirnya. Sedikit ketenangan.”

BOOM. HEADSHOT.

Theresa hampir tersedak tehnya.

Begitu Adrien menghilang dari pandangan, dia meletakkan cangkirnya dengan kasar. “Aku menarik kembali setiap kata sedikit baik yang pernah kukatakan tentang dia.”

Camille, sahabatnya, mengangguk bijak. “Bisa dimengerti.”

Upaya #3: Perang Catatan

Keesokan harinya, Theresa meningkatkan level permainannya.

Karena Adrien tidak bisa dikalahkan lewat kata-kata, dia beralih ke serangan tertulis.

Awalnya, serangan itu kecil. Satu sticky note di loker Adrien:

➡ Rambutmu 3% lebih berantakan dari biasanya. Tragis.

Adrien tidak bereaksi. Dia hanya menariknya dan membuangnya.

Keesokan harinya, muncul catatan lain:

➡ Dasi longgarmu bikin kau terlihat seperti karakter utama rom-com yang galau. Jijik.

Adrien melirik catatan itu, sedikit menyeringai, lalu melanjutkan langkahnya.

Theresa menyipitkan mata. Baiklah. Kalau dia tidak mau merespons, Theresa akan memaksanya.

Pagi berikutnya, Adrien membuka lokernya dan menemukan sepuluh sticky notes yang semuanya berbunyi:

➡ Aku menang.

Seluruh kelas menunggu dengan penuh antisipasi. Kali ini pasti dia bakal bereaksi.

Adrien mengambil satu catatan, meneliti sebentar, lalu dengan tenang mengeluarkan pena dan menulis sesuatu sebelum menempelkannya di loker Theresa.

Ketika dia tiba, hanya ada satu catatan menunggunya:

➡ Usaha yang lucu. Coba lebih keras lagi.

Theresa mendidih.

Adrien berjalan melewati, tangannya di saku, meliriknya dengan ekspresi paling santai dan menyebalkan yang pernah ada.

Theresa menunjuknya dengan jari gemetar penuh kemarahan.

“Ini belum selesai, Valmont.”

Adrien hanya menyeringai. “Memang tidak pernah.”

Kesimpulan Akhir: Adrien Valmont, 3 – Theresa Coldwell, 0.

Tapi Theresa Coldwell?

Dia tidak kalah.

Dia hanya merencanakan strategi baru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!