Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 31 COFFEE
Semester dua dimulai ketika musim semi di Dublin. Musim semi biasanya ditandai dengan cuaca yang lebih hangat dan cerah. Suhu yang lebih nyaman memungkinkan orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan, menikmati keindahan taman.
Sepanjang jalan banyak sekali daun maple yang berguguran. Berbagai jenis bunga juga bermekaran, menambah warna dan keindahan taman. Bunga-bunga ini akan menarik perhatian serangga dan burung, menambah keragaman kehidupan di taman.
Taman kota menjadi tempat yang populer untuk piknik, berjalan-jalan, atau sekadar bersantai. Orang-orang dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan udara segar sambil berinteraksi dengan alam.
Banyak orang menghabiskan hari pada taman yang terletak di tengah kota. Mereka menikmati nya dengan berjalan santai di taman, menikmati keindahan alam, dan menghirup udara segar.
Musim semi juga merupakan waktu yang bagus untuk bersepeda di taman, menikmati angin segar dan pemandangan indah.
Biasanya di taman kota banyak mengadakan acara khusus di musim semi, seperti festival bunga, pertunjukan seni, atau pasar malam.
Banyak orang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil foto di taman, terutama di depan bunga-bunga yang indah.
Selepas mengikuti tiga perkuliahan disore ini, kami berinisiatif untuk bersantai pada taman itu. Anya Menyandarkan kepalanya padaku. Menikmati Segelas Coffee yang kami beli saat akan menuju kesini. Sedangkan aku hanya membeli sebotol air dingin.
"Anya...Hari ini kau sudah minum coffe terlalu banyak loh". Aku melihat nya bibir nya mengerucut. Tanda bahwa ia tak terima dengan apa yang ku ucapkan. Aku mengganti gelas coffe Anya dengan Air minum yang ku beli tadi.
"Kau tahu aku tidak suka diatur Liam? Jangan berlebihan deh". Anya beranjak dari duduknya. Aku menarik tangannya agar ia tidak menjauh.
"Bukan itu maksudku sayang, Kau belum makan apa pun loh dari pagi, aku tau itu badanmu, aku tidak berhak mengatur nya. Tapi bagaimana jika kau sakit sayang, kau tau kan kalau kau sakit aku bagaimana, Aku tidak mau kau sakit". Jelasku padanya. Ia pun kembali duduk didepan ku.
"Maaf"..Ucap Anya. "Hari ini panas sekali Liam, Rasanya matahari ada diatas ku. Wajar kan jika hari ini aku banyak minus es Coffee, Lagian juga kau tidak tahu saja bagaimana rasanya Coffee, kalau kau sudah mencoba nya pasti kau akan ketagihan dibuatnya". Tambah nya lagi.
"Yang namanya coffee jelas pahit nya, aku tidak menyukai nya. Jelas kau tahu itu kan". jawabku.
"Coffee ku kali ini tidak pahit Liam, ku tambahkan susu didalamnya tadi, cobain dulu coba". Pinta Anya.
"Cobain dulu, jangan bilang tidak enak sebelum mencobanya, itu kan yang kau ucapkan jika aku tidak mau makan sayur". Anya mencoba bernegosiasi dan memberikan Coffee nya padaku.
"Jangan gini dong sayang, aku minum air putih saja yah ini". Aku mencoba menyingkirkan gelas coffee Anya. Ia mencoba duduk dipangkuan ku. Aku merasa risih ketika banyak pasang mata yang melihat kami.
"Duduk yang benar ya sayang, kita ditempat umum ini, nanti kau malu". Aku masih membuat Anya menjauh dariku
Anya merebut sebotol air putih dingin ku, dan diletakannya pada karpet kami. Lalu Anya meminum coffee nya seteguk dan menempelkan bibirnya pada mulutku. Lidahnya yang nakal bergerak masuk kedalam mulutku dan menyalurkan sedikit cairan coffee itu ke dalam mulutku. Aku diam tak berkutik, Setelah berhasil memasukkan sedikit cairan Coffee itu Anya mengakhiri nya dengan sebuah kecupan singkat nya.
Cup...
"Kau nakal yah". Aku menggelitiki perutnya. Hingga ia tak berhenti tertawa. Banyak pasang mata yang melihat kami. Mereka ikut tersenyum melihat kami berdua tertawa.
"Sudah cukup Liam, aku sungguh tidak sanggup". Setetes air mata jatuh dipipinya.
"Kau bahagia setelah melakukan itu Anya?". Aku bertanya pada nya.
"Aku Sangat bahagia, bibirmu sungguh menggoda, siapa coba yang tidak mau mencicipi nya". Ditempat umum seperti ini ia mencoba menggoda ku.
"Jangan membangunkan singa yang tertidur Anya, kalau tidak kau akan menyesal nantinya". Jawabku penuh tanya.
"Jangan dong Liam, nanti kalau kakek tau kau akan dikubur hidup-hidup olehnya". Dari jawaban Anya aku tahu dia takut. Dasar..suka menggoda orang giliran digodain balik malah kicep.
"Makanya jangan nakal, kalau tidak mau aku buat kau menyesal setelah nya". Ujarku.
"Memang nya kau mau apa?". Tanya nya menggoda.
"Akan ku buat kau ketagihan dan terbujur lemas dikamar tidur". Aku menjawab sambil tertawa dan meraup wajahnya menggunakan tanganku dengan lembut.
"Sudah jangan berpikiran tidak-tidak, Aku tidak akan melakukan hal itu. Aku akan mencoba menjagamu, Karena kau adalah wanitaku". Ujarku. Aku mengecup rambutnya dan membelai nya dengan lembut.
"Sampai kapan hubungan kita akan seperti ini Anya, Aku tidak enak sering membawamu keluar sedangkan orang tua mu tidak tahu". Tanyaku pada Anya
"Aku belum memikirkan nya, Aku takut Ayah marah. Kau tahukan hubungan kita ini bagaimana, Aku takut berpisah dengan mu Liam". Jawab Anya penuh ragu.
"Seiring berjalannya waktu juga pasti semua keluarga akan tau Nya, bukan kah lebih cepat mereka tahu itu akan lebih baik". Jelasku lagi.
"Aku belum siap Liam, kau belum tau Ayahku bagaimana". Anya terdiam.
"Justru itu Anya, karena aku tau Ayahmu bagaimana makanya aku ingin berterus terang saja pada Nya, kita tidak tau apa yang akan terjadi setelah nya, tapi aku berjanji aku akan selalu bersama mu". Jelasku.
"Bagaimana jika Ayah tidak menyetujui hubungan ini Liam, Apa kau akan meninggalkan ku?". Anya bertanya dengan pelan.
"Tentu saja tidak, akan ku buktikan bahwa aku bisa menjaga mu dan menyayangi mu dengan sepenuh hati". Jawabku lagi.
"Semua nya tidak semudah itu Liam, jangan membahas ini lagi. Aku tidak suka". Anya mendengus pelan. Ia menarik tanganku dan meletakkan didadanya.
"Sungguh Liam, apa pun yang terjadi nanti biarkan itu menjadi masa nanti, untuk sekarang tolong biarkan hubungan ini mengalir apa adanya, biar kan mereka mengetahui nya sendiri. Aku sungguh ingin menjalani kisah ini bersama mu sebelum Ayah menghancurkan nya. Aku takut dirimu terluka Liam. Sungguh aku sangat mencintaimu". Anya memelukku sambil menangis tersedu.
Hatiku sakit mendengar Anya menangis, Salahkah aku yang hanya ingin keluarga kami menyetujui hubungan ku dengan nya.
"Maafkan aku sayang, Aku berjanji ini terakhir kali aku bertanya seperti ini. Sudah yah sayang jangan menangis lagi.
Aku membawa tubuh Anya didepanku. Ku tatap Matanya dan menghapus air mata dipipinya. Matanya sedikit bengkak karena menangis terus sedari tadi.
"Sudah yah jangan menangis, Nanti kau flu sayang. Terus cantiknya aku nanti hilang". Anya tersenyum padaku.
"Aku mencintaimu Sayang, dengan segenap hatiku". Ucapku.
"Aku juga mencintaimu mu Liam, tolong jangan pernah tinggalkan aku". Jawab Anya
"Selama aku masih bernafas cinta ku hanya untuk mu, aku tidak aku pergi jika bukan kau yang mengusirku". Aku memeluknya erat. Seakan ingin menyalurkan perasaan tulus ku padanya. Biarkan waktu yang menjawabnya.
Semoga perjalanan cintaku ini direstui sang pemilik semesta dan semua keluarga menyetujui nya.
Aku mencintaimu mu Anya..seumur hidupku.
dari novel Alice Celestia Dalian, jngn lupa mampiirrr 😉