Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Arjuna
"A-Apa ma-maksudmu?"
Srikandi tak bisa menyembunyikan kepanikan serta ketakutannya, ia bahkan tergagap karena rahasianya di ketahui adiknya sendiri.
"Kakak, kakak. Kau pikir aku tidak tau berapa lama Kakak menyembunyak kebenarannya? Kadang aku kasihan kepada Arjuna, keponakan angkatku itu selalu kakak manfaatkan untuk kepentingan kakak sendiri. Cih,, dalih berbakti itu sungguh memuakan. Tidakkah kakak kasihan kepada yatim piatu itu?" Sarkas Yudha.
"Sejahat-jahatnya aku, aku tetaplah memiliki hati kak. Tidak seperti kakak-"
"Hentikan ucapanmu Yudha! Diamlah."
"Kenapa? Apa aku benar?" Yudha menyunggingkan senyuman sinis di sudut bibirnya.
"Akui saja kak!"
"Ya, Arjuna memang bukan anak kandungku. Tapi aku menyayanginya, aku menginginkan yang terbaik untuknya." ujar Srikandi.
Tidak mereka ketahui jika Arjuna menguping pembicaraan keduanya di balik pintu. Tadinya Arjuna berencana menemui ibunya karna ia begitu merindukan ibunya karna sosok itu tidak Arjuna peluk selama 4 tahun. Namun kerinduannya seakan di patahkan begitu saja. Kenyataan tentang dirinya bukan anak ibunya seakan memukul mundur dirinya ternyata Arjuna bukanlah keturunan Barata. Lantas anak siapakah dirinya?
"Benarkah? Terbaik dari sisi mananya? kau bahkan tega menghancurkan rumah tangga Arjuna demi menikahkan Arjuna dengan Aida yang mana wanita itu merupakan Anak kandungmu, benar begitu kakak?" Yudha melemparkan beberapa bukti ke arah meja di hadapan mereka.
Tidak hanya Mama Sri yang terkejut, Arjuna bahkan sudah bergetar menahan tangis yang siap meledak kapan saja. Sebegitu burukkah dirinya sampai orang terdekatnya membohongi dirinya begitu dalam. Sungguh jika Arjuna boleh memilih Arjuna benar-benar tak ingin berada di posisi ini. Akan lebih baik jika dirinya tidak mengetahui ini sama sekali. Jauh-jauh ia pergi dari kota tempatnya tinggal untuk menemui ibunya namun kenyataannya ia menemukan kebenarannya ternyata ia bukan anak kandung dari ibunya, keluarganya bahkan sudah tiada sejak ia bayi.
Dan kenyataan lain yang membuatnya semakin terpuruk adalah mantan istrinya Aida adalah putri kandung dari Mama angkatnya. Benar-benar menakjubkan, selama puluhan tahun Mama Arjuna menyembunyikan identitasnya. Pantas saja Mama begitu menginginkan Aida untuk menjadi istrinya. Rupanya Aida adalah anak kandung mama Angkatnya.
"Mama juga tega melukaiku dengan pot bunga waktu aku menyakiti Aida." Arjuna mengingat kembali kejadian empat tahun yang lalu.
"Apa yang kau inginkan?" ujar Mama Sri kepada adiknya.
"Tak banyak. Aku hanya ingin seluruh harta peninggalan Papaku. Bukankah sesuai wasiat jika yang akan mendapatkan hartanya adalah keturunan laki-laki, sedangkan dirimu tidak memiliki pewaris laki-laki." skak Yudha.
"Hartamu sudah banyak Yudha, lalu mengapa kau malah menginginkan harta Papa?. Kau juga berperan membantu menyukseskan Arjuana, apa alasanmu membantunya? Aku tau kau bukanlah sang dermawan yang memberikan kebaikan secara percuma." bagi Srikandi tidak ada yang percuma di dunia ini omong kosong dengan ketulusan. Nyatanya dirinya juga membutuhkan timbal balik sebuah bakti dari Arjuna karna sudah membesarkannya.
"Aku tulus membantunya. Dia koponakanku." ujar Yudha, dia melihat bayangan seseorang dan sekilas Yudha melihat Arjuna berada di sana. Kesempatan!
Arjuna tak tahan mendengar perdebatan mereka yang kembali memperebutkan harta. Dan di saat Arjuna ingin pergi ibunya malah mengatakan sesuatu yang cukup melukai hatinya. Sampai Arjuna berbalik dan meluapkan seluruh kekecewaan untuk ibunya.
"Omong kosong dengan ketulusan. Kau pasti memiliki maksud bukan? Jangankan dirimu aku juga kerap kali membutuhkan Arjuna berbakti kepadaku, aku tidak ingin membuang waktu dan materiku hanya untuk membesarkan anak pungut itu. Jika saja aku tau Arjuna akan memberontak mungkin aku akan melenyapkannya sedari dulu.Sialnya Arjuna malah jadi pembangkang-"
Arjuna berbalik dan berteriak. "Mamaaaa ..."
Rasanya kalimat yang di ucapkan Mamanya sangat tidak pantas di ucapkan dari mulut seorang wanita yang sudah bergelar sebagai Ibu.
Srikandi juga tersentak dengan keberadaan Arjuna di sana, ia bahkan sudah gemetar karna salah mengungkapkan sesuatu. Tadinya Srikandi berkata seperti itu hanya ingin memancing Yudha untuk mengatakan alasannya membantu Arjuna. Namun nyatanya hal itu malah menjadi dejavu untuk dirinya sendiri. Segumpal rasa penyesalan mencengkram paksa hati Srikandi.
Melihat wajah penuh kekecewaan yang di tunjukan Arjuna, terasa menikam dada Srikandi. Bola mata yang selalu memberikannya kasih sayang dan bakti kini di liputi amarah yang terpendam.
"Tega sekali Mama mengatakan itu." air mata Arjuna menyebrang seiring langkah kakinya yang kian mendekat. Sejak awal perasaan Arjuna memang lembut bahkan terkesan lembek.
"Mama tau meskipun banyak kesalahan yang Mama lakukan kepadaku. Meski banyak kekecewaan yang diri ini dapatkan dari Mama, tidak sedikitpun aku membenci Mama, bahkan di setiap sujudku, aku selalu mendo'akan kebaikan Mama, bukan-bukan setiap sujud, aku mendoakan Mama setiap waktu. Aku menyayangi Mama. Meski aku mencintai Elisa tapi Mama tetap menyinggahi tempat yang tidak akan tergantikan oleh siapapun. Aku selalu menyuruh orang untuk memastikan Mama dalam ke adaan baik. Aku bahkan diam-diam menemui Mama untuk mengobati rasa rinduku jepada seseorang yang ku anggap ibu. Pantas saja selama ini Mama selalu menuntut kesempurnaan baktiku sebagai anak. Mama bahkan selalu mengungkit apa yang Mama berikan kepadaku. Tau kah Mama aku menyayangimu dengan tulus meskipun aku hanya anak pungut." Suara Arjuna tercekat di tenggorokannya
Mama Srikandi mematung di tempatnya, entah apa yang harus ia lakukan ia sangat terkejut dengat apa yang terjadi. Meminta maafpun rasanya tak akan cukup untuk mengobati kekecewaan Arjuna padanya.
Bodoh, Sri sangat bodoh mengapa harus ia mengatakan kalinat yang tidak pantas terpikirkan sama sekali.
"Arjuna Mama tidak bermaksud." Elis juga turut menitikan air matanya. Meski tidak ia pungkiri jika ia ingin Arjuna berbakti padanya, Sri juga tak tega melihat putranya rapuh seperti ini.
Sebuah senyuman penuh kepuasan tergelincir di sudut bibir Yudha.
"Terlalu banyak kejutan yang Mama persembahkan untukku. Padahal ini bukan ulang tahunku." Suara Arjuna terdengar parau menyakiti rungu Mama Srikandi.
"Arjuna Mama tidak bermaksud. Mama hanya-"
Arjuna tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri sehingga ia melutut dan setengah terduduk di atas lantai, airmatanya terurai berhamburan menghujani wajahnya yang penuh kepasrahan.
"Hanya ingin melukaiku begitu? Meski aku bukan putra kandungmu ku pikir mulutmu bisa berbelas kasih sedikit kepada seorang anak yatim piatu ini. Nyatanya kau sangat kejam."
"Aku tak ingin memiliki hutang budi dengan siapapun. Katakan berapa aku harus membayar Mama? Karna Mama sudah bersedia membesarkanku. Bukankah Mama selalu mengungkit baktiku sebagai anak. Atau jangan-jangan Mama ingin menikahkanku kembali dengan Anakmu itu agar kau bisa mengusai harta kake dan Papa. Aku tak mengira jika Mama seserakah ini." Arjuna bukan hanya terisak, pria 34 tahun itu kini sudah meraung dengan suara memilukan.
"Aku hanya anak pungut." lirihnya di sertai tawa sumbang, yang tidak mengandung humor sama sekali.
"Maafkan Mama Arjuna."
"Cukup Ma. Cukup sekarang Mama tidak bisa mendesakku untuk berbakti lagi. Sehat selalu untuk Mama. Meski kau sudah berulangkali melukaiku nyatanya hati ini tidak bisa mendoakan keburukkan untukmu. Aku bahkan heran kepada Tuhanku mengapa dzatnya menciptakan perasaanku terhadap Mama setulus ini?" Setelah mengungkapkan semua kekecewaannya Arjuna bangkit dan segera berlalu meninggalkan Srikandi yang menangisi kepergian putranya.