Yang Qing Xia di bunuh secara kejam oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Belum puas melihat kematian adiknya, sang kakak melempar tubuh Qing Xia ke sebuah hutan yang terkenal sebagai sarang serigala.
Sebuah jiwa dari alam lain tiba-tiba terbawa dan masuk ke dalam tubuh Qing Xia. Jiwa itu menyadari keberadaannya di dalam hutan dan saat ini dia di kelilingi oleh kawanan serigala yang sedang kelaparan.
"Haruskah ku bunuh kalian semua?"
"Wanita yang benar-benar menarik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Pembunuh
Qing Xia merasakan aura permusuhan dari balik punggungnya, dia berbalik dan menatap jauh untuk melihat siapa yang sedang memperhatikannya.
"Buram, tidak terlihat sama sekali!" benak Qing Xia. "Hawa ini, sangat mirip dengan hawa yang aku rasakan di detik-detik kematianku. Siapa orang yang begitu membenci gadis muda ini?" benak Qing Xia.
Han Ze Xin menatap Qing Xia yang berbalik ke belakang, dia mengikuti arah mata Qing Xia memandang. "Fang Ai Li?" gumamnya tanpa sadar, membuat Qing Xia melihat ke arahnya.
"Fang Ai Li? Kau mengenal siapa orang itu?" tanya Qing Xia kepada Han Ze Xin.
"Dia hanya wanita gila yang suka mencari masalah!" jawabnya yang merasakan firasat buruk secara tiba-tiba. "Ayo masuk!" ajak Han Ze Xin sambil menuntun langkah Qing Xia.
Sesampainya di sebuah paviliun, Qing Xia di minta untuk duduk menunggu. Han Ze Xin menyiapkan jarum akupuntur, sementara dia menyuruh seorang pelayan untuk membawakan teh hangat dan cemilan.
Beberapa waktu kemudian, Han Ze Xin berkata kepada Qing Xia, "Nona, ini akan sedikit terasa sakit. Jika anda tidak bisa menahannya, tolong angkat tangan kanan anda. Jika anda merasa masih bisa meneruskan terapi ini, angkat tangan kiri anda."
Qing Xia mengangguk tanda mengerti, tanpa berlama-lama, Han Ze Xin segera melakukan terapi akupuntur untuk mengobati mata Qing Xia. Dia mulai menusuk jarum jarum halus ke wajah wanita itu.
Meskipun terasa menyakitkan, Qing Xia bisa menahannya dengan baik. Perlahan-lahan, penglihatannya yang buram semakin jelas. Meski belum kembali seperti sedia kala, kini penglihatan Qing Xia sudah bisa mengenali wajah orang-orang dengan baik.
"Terima kasih!" ucapnya ketika Han Ze Xin selesai melepaskan semua jarum dari wajahnya.
Han Ze Xin mendekat, dia lalu berbisik sambil tersenyum. "Jangan lupa, kau harus membayar dengan tubuhmu nanti!"
Segera, tangan Qing Xia mengepal erat. Ingin rasanya dia memukuli wajah laki-laki itu jika tidak ada Lee dan Xiao Yen di sana. Han Ze Xin tertawa girang dalam hati, melihat kemarahan yang di tahan oleh Qing Xia.
"Menggodanya benar-benar membuatku senang!" batin Han Ze Xin.
Tiba-tiba saja pria itu mengingat sesuatu di benaknya, dia menatap wajah Qing Xia kemudian bertanya, "Nona Yang, apakah akhir-akhir ini, anda merasa sakit di sekitar perut bawah?"
Qing Xia langsung menjawab dengan cepat, "Benar, apakah anda tau apa penyebab rasa sakit itu?"
"Gawat, sepertinya racun itu sudah mulai melukai organ tubuhnya. Apa yang harus ku lakukan? Haruslah aku memberitahu kepadanya?" tanya Han Ze Xin dalam pikirannya.
"Tuan Tabib!" panggil Qing Xia karena tidak mendapat jawaban.
"Lupakan saja!" jawab Han Ze Xin.
"Lagi pula, dia juga tidak akan mempercayai apa yang akan aku katakan! Di dunia ini, mana ada orang yang akan percaya, ada racun yang harus diobati dengan berhubungan badan. Bisa-bisa, aku di anggap cabul nanti." pikirnya.
Qing Xia semakin kesal dengan Han Ze Xin, dia mengira akan mendapat jawaban atas rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, tapi malah mendapat jawaban seperti itu dari Han Ze Xin.
"Ayo pulang!" ucap Qing Xia dengan wajah kesal.
Lee dan Xiao Yen segera mengangguk, mereka lalu berpamitan. Han Ze Xin menatap kepergian kereta kuda, dia lalu menyuruh Yu untuk menyiapkan kuda.
Sementara itu, di sebuah lorong sepi yang jarang di lalui oleh orang-orang. Fang Ai Li menunggu di sana bersama puluhan laki-laki berpakaian serba hitam. Mereka membawa pedang di tangan masing-masing dan memakai penutup wajah.
"Bunuh wanita itu!" perintahnya kepada kumpulan laki-laki berpakaian hitam.
Tak lama kemudian, kereta kuda kediaman Yang melewati lorong. Kereta kuda itu langsung di sergap, kusir kereta mati dalam 1 tusukan pedang. Lee keluar untuk melawan para pembunuh, sementara Xiao Yen dan Qing Xia masih berada di dalam kereta kuda.
"Nona, jangan keluar!" jerit Lee dari luar.
Lee sedikit kewalahan melawan puluhan orang pembunuh yang memang sudah terlatih. Beberapa kali dia mendapat sayatan di tubuhnya, namun Lee masih tetap bertahan.
"Aku akan kehilangan tenaga jika terus melawan mereka seperti ini! Sebaiknya aku membawa kabur Nona Qing Xia." pikir Lee.
Lee mengecoh para pembunuh, dia lalu melompat ke atas kereta dan memacu kuda dengan cepat. "Nona, pegangan yang erat!" jerit Lee dari luar kereta kuda.
Xiao Yen ketakutan hingga menangis, dia memeluk erat tubuh Qing Xia sehingga gadis muda itu terpaksa memeluknya kembali.
"Jangan takut, aku akan melindungi mu!" ucap Qing Xia sambil menepuk pelan pundak Xiao Yen.
Seorang pembunuh berhasil mengejar, dia melompat ke atas kereta kuda. Pedangnya lalu di tancapkan ke dalam, ujung pedang mengenai bahu Xiao Yen.
"Kyaaaaaaaaa!" Xiao Yen menjerit dengan keras, membuat Lee panik begitu juga dengan kuda-kuda yang menarik kereta.
Kereta kuda tidak dapat dikendalikan, dua ekor kuda yang terikat di depan kereta itu menggila secara mendadak. Kedua kuda itu berlari kencang tanpa bisa di kendalikan.
Karena situasi mendesak, Lee melompat turun dan mencoba menarik kereta kuda agar tidak terbalik. Namun ternyata kekuatannya tidak bisa menahan kekuatan dari dua ekor kuda yang menggila.
Qing Xia menyadari keadaannya yang sudah berbahaya, dia membawa Xiao Yen melompat dari kereta sebelum kereta itu terbalik lalu jatuh ke sebuah jurang.
Lee tampak syok melihat kereta kuda itu meluncur ke bawah. Dia menyesali ketidak-mampuannya untuk melindungi Nona Mudanya.
"Hei Lee, apa yang kau tangisi? Aku masih hidup!" bentak Qing Xia yang berdiri di belakang Lee.
"No... Nona, anda baik-baik saja?" tanya Lee yang segera menghampiri Qing Xia.
"Aku baik-baik saja, cepat bawa Xiao Yen pergi dari sini. Mereka sepertinya menargetkan aku, kalian pergi saja dari sini!" perintah Qing Xia yang lalu berlari masuk ke dalam hutan.
"Nona...!" Lee hendak menolak, namun ternyata langkah kaki Qing Xia bahkan tak terlihat olehnya. Nona Mudanya itu seakan lenyap begitu saja di udara.
Lee merasa kondisinya tidak akan membantu Qing Xia, dia menuruti perkataan Nona Mudanya. Xiao Yen yang sudah pingsan lalu di bopong dan di bawa berlari. Dia berniat kembali ke kediaman Yang untuk meminta bala bantuan.
Sementara itu, Qing Xia sudah berada di dalam hutan. Dia bersyukur penglihatannya sudah banyak membaik. Dalam kisaran 2 meter, dia masih bisa melihat dengan jelas. Membuatnya tidak sulit menghindar dari ranting dan akar pohon yang bertebaran di atas tanah.
Dua ekor kuda terdengar berlari kencang ke arah yang sama. "Lebih cepat lagi!" teriak laki-laki itu dengan wajah khawatir.
^^^BERSAMBUNG...^^^