NovelToon NovelToon
Transmigrasi Dewi Pembunuh

Transmigrasi Dewi Pembunuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Balas Dendam / CEO / Identitas Tersembunyi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: less22

🥉Juara 3 lomba Wanita Kuat.
IG= Erna Less22
FB= Erna Liasman

EKLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN ATAU DENGAN AKUN BERBEDA BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!!

Dewi Maha Putri adalah nama seorang wanita yang jago bela diri, kuat, tangguh dan dingin, ia punya pengikut yang banyak. Ia sudah terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tidak mengenalnya?

Ia sering mengikuti kompetisi-kompetisi bergengsi Internasional, bahkan tuan rumah di setiap Negara memanggilnya master. Baik itu preman jalanan, geng kecil maupun besar menjulukinya sebagai Dewi pembunuh, karena ia sangat kejam. Ia bahkan pernah mengusir teroris dari suatu negara di pukul mundur di buatnya dan ia juga pernah membantai bos mafia besar hanya dengan dirinya sendiri.

Sayangnya, ia mati di jebak oleh musuhnya yang tidak ia kenali. Akan tetapi di dalam mobil itu ternyata terpasang bom alarm, di situlah ia mati dengan tragis.

Dewi di beri kesempatan kehidupan kedua dan ia pun berpindah ke tubuh seorang gadis malan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Sesampainya di rumah, Dewi melihat keluarga bahagia itu sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Dewi, kemari!" panggil Ayahnya. Dewi mendekat layaknya anak penurut.

"Tadi kamu pulang dengan siapa?" tanya Ayahnya saat Dewi masuk ke dalam rumah. Dewi diam tidak menjawab pertanyaan Surya, ia hanya menatap ayahnya dengan tatapan tak biasa.

"Jawab! Kamu pulang dengan siapa!" Bentak Surya dengan suara keras.

"Sendiri," jawab Dewi singkat.

"Kamu jangan bohong! Anita tadi melihat kamu sedang bersama pria nakal, lihatlah bajumu yang kusut dan rok mu yang robek itu, biasanya kau pulang dengan pakaian yang tidak pernah kusut seperti ini, sejak kapan kau berubah menjadi anak nakal!" sungut Surya marah-marah.

Dewi melihat ke arah Anita yang melihatnya tidak suka. 'Anak ini, lihat saja nanti, aku akan membuatmu kapok karena berani mengusik ku,' ucap Dewi dalam hati. Ia menatap Anita dengan tatapan membunuh.

"Anda di hasut olehnya sehingga Anda buta tidak bisa melihat kebenarannya," ucap Dewi enteng.

Surya sangat terkejut dengan ucapan Dewi. Ia sangat heran sejak kapan anak yang terkenal penurut dan pendiam itu pandai berbicara.

"Kamu … sejak kapan pandai melawan begini?" tanya Surya datar, ia mengerutkan dahinya.

"Sejak kapan? Tidakkah kau pernah menyadarinya jika tubuh ini sering di tindas, di aniaya dan di siksa?" ucap Dewi mendalami perannya.

"Tidak ada yang menindas mu, itu hanya perasaanmu saja," jawab Surya yakin.

"Begitukah? Hanya perasaan ku? Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu, aku harap kau membuka matamu lebar-lebar agar tidak terpedaya oleh siluman," ucap Dewi tegas

"Kurang ajar! Beraninya kau bilang aku siluman!" teriak ibu sambung dengan mata terbelalak dan ia terlihat sangat marah dan tidak terima atas ucapan Dewi.

"Aku tidak mengatakan mu, kenapa kau yang tersinggung? Karena kau merasa, jadi memang kau lah silumannya," ucap Dewi menaikkan alisnya.

"Jaga ucapan mu Dewi!" bentak Surya geram.

'Jika dia bukan orang tua Dewi, sudah ku patahkan lehernya,' batin Dewi sambil melipat kedua tangannya di dada dengan wajah kesal.

"Sekarang kau sudah pandai melawan! Aku tidak menyangka sifat ibumu yang kurang ajar itu benar-benar menurun kepadamu! Kembali ke kamarmu! Renungkan perbuatan mu! Sebagai hukuman, sebulan ini kau tidak boleh kemanapun kecuali ke kampus, apa kamu mengerti!" ucap Surya mengintimidasi.

"Hey! Kau jangan mengatai orang yang sudah meninggal, seharusnya kau menyalahkan dirimu yang payah itu karena menjadi Ayah yang tidak becus! Cih! Sungguh menyebalkan!" ucap Dewi langsung nyelonong pergi naik ke anak tangga menuju kamarnya tanpa peduli perasaan mereka saat ini.

"Kamu…!" ucapan Surya terhenti, ia tak bisa berkata-kata.

"Apa! Kau ingin memukulku? Tunggu kau sudah menjadi kuat, baru kita akan one by one," tantang Dewi menuju masuk ke dalam kamarnya.

"Aku benar-benar di buat kesal oleh anak yang tak tau di untung itu!" ucap Lena mendengus kesal.

"Dia sudah mendapat hukuman, dia akan merenungi kesalahannya," ucap Surya menenangkan Lena.

"Bagaimana jika melakukannya lagi!" ucap Lena tak terima.

"Aku yakin dia tidak melakukannya lagi, jika dia melakukannya lagi maka aku sendiri yang akan menghukumnya," jawab Surya mengelus punggung istrinya agar ia tidak marah lagi.

"Huh! Semoga saja begitu!" Lena benar-benar kesal di buatnya.

"Kenapa dia terlihat seperti biasa dan tidak mengalami trauma? Heh! Kalau begitu, besok aku akan mengajak teman-teman ku untuk menghajarnya lagi," ucap Anita mengengam erat tangannya.

"Heh! Siapa yang peduli dengan larangan mu itu, aku bisa pergi kemanapun aku mau, di dunia itu tidak ada yang bisa membuat ku terikat, karena aku punya 1000 cara untuk membuat diriku bebas, termasuk membuat kalian menyesal seumur hidup." Dewi tersenyum sinis lalu membuka pintu kamar milik Dewi Larasati.

Dewi melihat sekeliling kamar itu penuh dengan warna pink, Dewi memeriksa semua yang ada di kamar itu, termasuk laci dan lemari.

"Astaga! Dia sangat feminim, bahkan bajunya semua dress dan rok, apa dia tidak suka pakai celana?" tanya Dewi berpikir. Dewi pun memilih baring di kamar dan melepaskan lelahnya dan tidur.

Beberapa jam kemudian, Dewi bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 19:20 menit.

"Hm … aku rasa tidurku sudah cukup, sebentar lagi Bik Inah pasti mengantar makanannya dan setelah itu aku pergi keluar untuk mencari udara segar, di rumah ini hanya penuh hawa sumpek, akan menjadi penyakit bila menghirupnya," ucap Dewi duduk di sisi ranjangnya. Dewi berdiri dan mengambil handuknya lalu ia pun mandi.

"Nona, Nona!" panggil pembantu rumah itu mengetuk pintu kamar Dewi, karena tidak ada jawaban, pembantu rumah itu pun masuk, lagian pintu juga tidak terkunci.

"Di mana Nona ya?" tanya Bik Inah melihat kamar itu kosong. Dewi keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di tubuhnya.

"Eh Nona, rupanya mandi, saya pikir entah kemana, ini makan malam untuk Nona," ucap Bi Inah meletakkan makanan di atas.

"Baik Bi, terima kasih," ucap Dewi. Bibi mengundurkan diri dan keluar dari kamar Dewi. Dewi mengganti pakaiannya dan ia pun segera melahap makanannya dengan cepat.

"Saatnya mencari udara segar," ucap Dewi berjalan mendekati jendela yang terlihat sayup kebawah karena kamarnya ada di lantai 2.

Hanya lantai 2 itu tidak akan menghalanginya, ia bahkan pernah melompat dari lantai 10 asalkan tau tekniknya itu tidak masalah. Dewi mengunci pintu kamar dari dalam lalu melompat dari lantai 2.

Dewi mendarat dengan anggun dan berjalan meninggalkan rumah tersebut.

"Aku harus mencari penyebab kematian ku, lihat saja nanti, jika aku tau siapa orangnya maka aku akan menyiksanya seumur hidup dengan sadis," ucap Dewi geram.

Pada saat Dewi berjalan menyusuri tepi jalan, ada sebuah mobil yang terparkir, tapi tidak ada orangnya. Saat Dewi berjalan maju sedikit, Dewi melihat seorang pria yang terluka di kelilingi oleh 20 orang di sebuah gang kecil dengan membawa senjata api.

"Hey! Berhenti kalian!" teriak Dewi. Para pria itu melihat ke arah Dewi. Wajah mereka tertutup dengan penutup kepala agar tidak ada yang mengenalinya.

"Siapa kamu!" ucap salah satu pria itu berbalik badan menatap Dewi.

"Tidak perlu tau siapa aku, lepaskan dia sekarang juga sebelum aku menghabisi kalian semua!" perintah Dewi dengan suara keras.

"Dasar penganggu kecil, mati saja kamu sana," ucap salah satu pembunuh bayaran itu mengarahkan senjata apinya ke arah Dewi.

Dor!

Sebuah peluru melayang, dengan sigap Dewi menghindarinya, ia berlari cepat ke arah para pembunuh bayaran itu lalu menghajar mereka.

Pria itu bernama Zeiro yang memperhatikan Dewi dari jarak jauh, ia bukan hanya melihat wanita itu menghajarnya dengan kejam, Zeiro juga memperhatikan raut wajah yang tak kenal takut itu sambil tersenyum.

Dewi menarik tangan pria yang ingin mendekatinya itu lalu menghantam dengan lututnya. Dewi melompat lalu menendang kepala teman pria itu lalu menarik tangannya dan menghempas ke tanah lalu meninjunya dengan kuat sehingga tulang pipi pria itu patah.

Yang lain juga ingin menyerang menendang ke arah Dewi, dengan sigap Dewi menarik kakinya memuatnya kebelakang lalu mematahkannya.

Krak!

Suara patahan tulang yang membuat ngilu bagi yang mendengarkannya. Pria itu menjerit kesakitan yang teramat sakit. Yang lain juga datang dan ingin menembak Dewi, Dewi melompat lalu menendang pergelangan tangan pembunuh itu hingga senjata apinya terlepas, Dewi mengambilnya dan ia salto belakang lalu menembak ke arah mereka

Dor! Dor! Dor!

Beberapa orang mati di tembak Dewi tepat di bagian kepala mereka karena Dewi adalah penembak jitu. Masih tersisa 3 orang, mereka terlihat ketakutan dan ingin melarikan diri.

"Aku … aku tidak ikut-ikutan," ucap salah satu pria yang ketakutan dan ia berusaha lari, tapi Dewi menangkap bajunya lalu membantingnya ke tembok, ia menarik kembali pria itu lalu melemparnya menumpuk dengan temannya yang lain, sedangkan duanya lagi, Dewi menghempaskan lalu menarik kaki dan tangannya lalu mematahkan tulangnya.

Krak! Krak! Krak!

Dewi berdiri melihat apa mereka masih ada yang bergerak, karena ia akan menghabisinya.

Dewi mendekati pria yang terluka itu dan menghampirinya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Dewi melihat keadaan pria itu.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah membantuku," ucap Zeiro itu mengangguk. Dewi membantunya berdiri meninggalkan tempat itu dan membawanya ke dalam mobil.

"Kamu," lirih Dewi mengenalinya. Ia ingat jika pria itu adalah CEO besar yang terkenal. Semua orang juga tau jika pria itu terkenal dalam sepak terjangnya di dalam dunia bisnis, ia tak mudah tertipu oleh iming-iming kerja sama yang tidak menguntungkan, perusahaannya tersebar di berbagai wilayah, ia juga membangun perusahaan terbesar di Asia, pria yang sangat di dambakan para wanita, dia adalah pria sempurna, di usianya muda ia bisa menaklukkan dunia bisnis, semua ada di genggamannya. Namanya adalah Zeiro Alfero.

Zeiro menekuk alisnya. "Kamu mengenalku?" Tanya Zeiro.

"Eh, siapa yang tidak mengenali pria hebat seperti Anda, bahkan semut di dalam tanah juga mengenali Anda," jawab Dewi. Zeiro tersenyum.

"Lalu kenapa Anda bisa ada di sini? Ini bukan tempat seharusnya Anda berada," ucap Dewi memeriksa luka Zeiro.

"Itu karena aku mendapat sebuah pesan singkat dan datang ke sini, ternyata aku di jebak oleh musuh bisnisku," jawab Zeiro.

"Di jebak? Ngomong-ngomong aku juga di jebak, alasan aku keluar untuk mencari tahu masalah ini," ucap Dewi dalam hati.

"Ini luka mu tidak terlalu parah, pelurunya masuk ke dalam daging namun tidak mengenai daerah vital, kau cepatlah telpon pengawal mu suruh mereka menjemputmu," ucap Dewi berdiri di samping mobil mengamati sekitar.

Para pengawal Zeiro datang setelah mendapat telpon dari Zeiro.

"Pengawal mu sudah datang, aku pergi dulu," ucap Dewi meninggalkan Zeiro yang masih penasaran dengannya.

"Siapa namamu!" teriak Zeiro.

"Dewi Larasati," jawab Dewi dan ia terus berjalan.

"Tolong selidiki wanita itu untuk ku," perintah Zeiro.

"Baik Tuan," angguk pengawalnya dan mereka meninggalkan tempat tersebut.

Tak sengaja ia melewati sebuah toko yang di dalamnya ada tv, ia mendekat dan melihat berita tentang kematiannya. Ia menyadari sesuatu. Saat sebelum pergi, ada beberapa anak buahnya yang mengantar kepergiannya sebelum naik mobil. Di saat itu ada puluhan orang yang datang, akan tetapi ia memang melihat wajah yang asing, ia berpikir jika pria itu adalah pengikut barunya dan tidak mempermasalahkannya.

"Sial! Ternyata benar! Ada seseorang yang menjebak ku, aku sudah mengingat wajahnya dan akan aku cari dia sampai dapat," ucap Dewi geram.

Dewi memilih pulang setelah mendapat petunjuk itu karena ia yakin, masih ada orang lain di balik itu semua, pria itu tidak mungkin asal membunuhnya jika tidak ada masalah lain.

Setelah sampai di rumah, Dewi memanjat rumah itu, karena ia terbiasa panjat tebing, baginya rumah itu bukan apa-apa baginya, ia naik ke atas dengan mulus tanpa kesulitan.

"Apa anak nakal itu sudah tidur?" tanya Surya kepada pembantunya.

"Sepertinya sudah Tuan, karena tidak terdengar suaranya," jawab pembantu itu.

"Baguslah jika begitu, jika dia masih membuat kekacauan itu lagi, aku harus baik-baik memberi dia pelajaran," ucap Surya. Ia melakukan itu agar bisa membuat hati istrinya tenang.

"Cih! Ingin mengajariku? Aku yang akan baik-baik menghajar mu," ucap Dewi kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

Percakapan itu terdengar karena tepat di depan pintu kamarnya. Dewi menarik selimut dan memilih untuk tidur lagi, ia harus punya tenaga untuk menghadapi keluarga yang menyebalkan itu.

1
tessa arum
Luar biasa
Amelya Ratulangi
gimana dgn papa sama mama, adek tirinx Thor kok ngk ada kelanjutanx sihh
kurnia rahayu
Luar biasa
yudi yudi
Lumayan
yudi yudi
Biasa
kurnia rahayu
Luar biasa
Nurul Pky
ganti nama dgn dewi penolong
Hanie Soemieatie
sangat bagus
Nurul Pky
Luar biasa
Ambia affan Ambia
mantap
Retno Nining
Luar biasa
PALESTINAAAAA 🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸
jiwa nya yang kuat tubuh nya belum pernah bela diri, ini langsung...
Jio
Luar biasa
Nay
🗿🗿🗿 ga gitu juga konsepnya dewiii 🤧🤧🤣🤣🤣🤣🤣 ngelawak juga nih
Nay
Wah 2 ini pembunuhnya,. Kyknya ada bau2 main selingkuh nih,.
Nay
Aish aish aish baru diteriak gitu aja udh ngompol,.
Nay
Lha ngaku dianya padahal ga ditunjuk lho 😆😆
Nay
Bangun2 bukan jd idiot malah jd pencabut nyawa kalean nih 😁
Nay
Kriminal ini
Nay
Onde mande tusdey, baru nongol udah dikagetin aja,. 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!