Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Pria Brengsek
Ponsel Gilda bergetar, Gilda menghela nafasnya lalu berjalan menuju kasurnya untuk mengambil ponselnya.
"What.." pekiknya. Belum juga moodnya kembali seperti semula kini temannya mengirimkan sebuah foto yang membuat darahnya seolah mendidih. Tidak sabar ingin bertanya, Gilda lalu menghubungi nomor temannya itu.
"Aku akan ke sana sekarang juga," kata Gilda mematikan ponselnya.
Tanpa mengganti pakaian kantornya, Gilda mengambil tasnya dan mengambil kunci mobilnya. Ia kemudian keluar dari dalam kamar, berjalan menuruni tangga rumah mereka.
"Kamu mau kemana lagi sayang. Sebentar lagi kita akan makan malam," ucap Bella yang melihat putrinya sedang terburu-buru.
"Mom, aku akan makan malam di luar bersama Lucy," balas Gilda mengecup pipi Bella.
"Bye mom.."
"Iya, hati-hati.." pungkas Bella sambil melihat punggung putrinya sampai menghilang dari balik pintu.
Tak lama kemudian Bart muncul dari balik pintu. Pria 50 tahun itu melihat istrinya sedang berjalan menuju dapur. Dengan buru-buru ia melangkahkan kakinya, melemparkan tas kerjanya ke sofa dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Bella sedikit terkejut.
"Sayang.. kamu sangat wangi..." bisik Bart mengecup leher Bella dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Belle. Rasanya penatnya seketika hilang hanya dengan memeluk istrinya.
"Kamu membuat ku terkejut.." kata Belle.
"Sebaiknya kamu mandi dulu, kita akan makan malam," ucap Bella mengusap tangan suaminya.
"Aku tidak mau. Aku ingin seperti ini terus," tukas Bart.
"Sayang.. ingat usia. Ayo lepaskan. Aku tidak ingin pekerja di rumah melihat kita seperti ini," kata Bella.
"Hei... tidak ada larangan untuk orang tua bermesraan. Asalkan dengan istrinya. Kalau itu perempuan lain baru salah."
"Terserah kamu saja. Ayo cepat lepaskan, aku ingin menyiapkan makan malam kita," kata Bella menggoyangkan bahunya agar Bart melepaskannya.
"Baiklah... baiklah. Ngomong-omong, putri kita mau kemana? aku berpapasan dengannya saat di gerbang."
"Gilda ingin menemui Lucy.." jawab Bella. Bart mengangguk. Mereka mengenal Lucy karena wanita itu adalah teman dekat putri mereka dan sering berkunjung ke rumah mereka.
"Berikan aku satu kecupan sebelum aku pergi," kata Bart melepaskan tangannya dari pinggang istrinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya.
"Sudah sana pergi mandi," ucap Bella setelah memberi satu kecupan pada suaminya. Bart dengan wajah senangnya kemudian pergi. Semakin hari pria itu semakin mencintai istrinya. Ia bahkan tidak bisa melirik wanita lain hanya karena istrinya telah mengambil semua cintanya. Bukan sekali dua kali wanita di luar sana mendekatinya. Bahkan diusianya yang sudah 50 tahun saja masih ada wanita yang ingin mendekatinya bahkan secara terang-terangan menggoda. Tapi di matanya mereka tidak berarti, hanya ada istrinya. Ia memiliki komitmen dalam dirinya hanya mencintai istrinya Bella.
Gilda tiba di salah satu restoran mewah dan berkelas yang ada di New York. Ia berjalan masuk, mencari keberadaan Lucy.
"Lucy.." panggil Gilda. Lucy yang sedang memotong daging di piringnya sontak mendongak, melihat Gilda berjalan mendekati mejanya.
"Astaga.. Gilda kamu lama sekali," kata Lucy.
"Aku terjebak macet," balas Gilda mendaratkan bokongnya di atas kursi.
"Frank baru saja pergi dengan wanita itu," ucap Lucy.
"Aku sudah pesan makanan untuk mu, ayo kamu makan dulu," ujar Lucy.
"Aku tidak lapar, aku ingin menghajar pria itu sekarang juga," balas Gilda menahan rasa marah dan kecewanya.