Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Hadirnya Thalia Membuat Zayn Tenang
Aryo bagaikan ditelan bumi dicari kemanapun tidak ketemu tidak ada jejak sedikitpun yang Ia tinggalkan sudah seminggu pencarian Aryo dilakukan namun dari ujung kanan hingga ke ujung kiri Kota jejak Aryo sama sekali tidak ada, seluruh cctv di jalanan Kota di cek namun dimanapun jalan Aryo juga tidak terlihat terekam. Polisi juga mendatangi Melisa di rumah bekas Feri sang Ayah tinggal namun di rumah itu juga tidak ada. Bahkan juga mendatangi gudang tempat penyekapan Kakek Iskandar dan juga tempat terbunuhnya Feri secara tragis.
"Tok-tok-tok."
"Ceklek." Pintu terbuka dan menampakkan Melisa yang sudah rapi dengan sebuah koper besar disampingnya.
"Maaf, Kami dari kepolisian mau menggeledah rumah anda terkait tersangka Aryo yang menghilang." Salah satu polisi dengan menunjukkan identitas kepolisian nya meminta izin dengan formal.
"Silahkan." Melisa berkata dengan santai.
"Cepat cari jangan ada satupun ruangan yang terlewat." Ujar salah satu polisi teman Zayn yang memimpin.
Sekitar ada sepuluhan polisi masuk kerumah itu beserta anjing pelacak juga tentunya bergerak mengeledah seluruh ruangan tidak ada satu ruangan pun tidak di geledah. Melisa hanya berdiri bersidekap tangan sambil memandangi para polisi yang mondar-mandir dengan tatapan yang menunjukkan ketenangan. Sekitar lima belas menit semuanya sudah selesai di geledah dan hasilnya nihil.
"Sudah belum..maaf Saya buru-buru sebentar lagi pesawat Saya berangkat." Melisa berkata dengan nada yang sinis kepada Sakti yang mendekat.
"Em.." Sakti bergumam.
"Bos bagian belakang kosong." Salah satu mendekat dan melapor.
"Gudang juga tidak ada."
"Diatas juga kosong."
"Disemua kamar tidak ada."
Semuanya menyahut, dan beberapa saat kemudian semuanya pergi dari rumah itu dengan membawa sebuah kekecewaan.
"Baiklah Kita pergi sekarang, maaf mengganggu waktu anda dan terimakasih telah memberi izin." Santi berkata dengan formal meskipun dirinya menaruh rasa kecurigaan dan melangkah keluar.
"Um, Anda mau bepergian dalam waktu yang lama ya, kemana." Baru selangkah Sakti berbalik dan bertanya saat melihat satu koper tergeletak dalam ukuran yang besar.
"Itu urusan Saya mau pergi kemana dan berapa lama." Melisa melangkah pelan mendekati kopernya dan segera membuka koper miliknya dengan nada sinis Ia memperlihatkan isi koper miliknya.
"Ouh maaf, permisi." Sakti yang tidak enak kemudian berpamitan.
Melisa hanya mengangguk dengan pandangan yang sinis dan saat Sakti sudah pergi menjauh Ia menunjukkan senyum menyeringai penuh arti dan tidak ada satupun yang melihat senyuman itu. Sesaat kemudian ada sebuah mobil berwarna hitam masuk kehalaman rumahnya seorang pria dan seorang wanita keluar dari mobil tersebut.
"Apa ini Ibu Melisa?" Seorang laki-laki bertanya.
"Iya, silahkan melihat-lihat dulu." Sambil mengangguk.
Seorang Wanita istri dari laki-laki tersebut berjalan masuk dan beberapa saat kemudian keluar.
"Aku suka rumah nya honey Kita ambil saja." Berkata dengan senyum lebar.
"Baiklah, uangnya Saya transfer ya." Sambil mengeluarkan handphone nya.
"Baguslah kalau Kau suka." Kata Melisa.
"Sudah, sesuai kesepakatan Kita ya." Memperlihatkan handphone nya.
"Terimakasih, kunci rumah dipintu dan minta tolong angkatkan koperku." Ujar Melisa yang sudah masuk kedalam mobil miliknya.
"Oke." Laki-laki tersebut mengiyakan.
Melisa segera melakukan mobil miliknya kesebuah Bandara internasional Ia berencana tinggal diluar Negeri. Selama perjalanan kebandara Ia di buntuti sebuah mobil, Melisa melalui kaca spion tahu tapi Ia tetap santai.
Setengah jam kemudian Melisa tiba disebuah bandara Ia berjalan masuk menyeret koper, polisi pun juga membuntuti nya, tapi Melisa berjalan dengan santai.
***************************
Ditempat lain..
"Aduhhh...huhuhuhu...sakit sekali gigiku, Aku ingin Thaliaaa." Zayn berguling-guling diranjang sambil memegangi giginya yang bengkak Ia terisak.
"Diamlah Zayn, Aku pusing mendengarnya tau gini mending Aku ikut Zavier ke Hotel daripada menungguimu." Akbar berkata dengan sengit.
"Bangsat Kau ya! Kamu fikir tidak sakit." Zayn malah mengumpat.
"Aku ingin Thalia saja yang menemaniku." Rengek Zayn.
"Haduuuhhh, tobat-tobat-tobat." Keluh Akbar sambil menepuk dahinya.
"Drrrrttt." Handphone Akbar berdering.
"Halo, Iya..oke nanti Aku sampaikan." Jawab Akbar dan mengakhiri sambungan telepon nya.
"Zayn, Sakti bilang pencarian Aryo mulai menyebar ke luar Negeri." Ujar Akbar.
"Aku tidak peduli, aaaakkhhh sakitnya..bangsat! Anjing!" Zayn malah mengumpat.
"Huft, mending Kau suruh Aku menghajar orang Zavier daripada harus menungguinya." Akbar menggerutu sambil memegang dahinya.
Sesaat kemudian terdengar suara bel pintu berbunyi dan dibukakan oleh Akbar terlihat Thalia dengan sebuah kresek ditangan nya berisi obat sakit gigi yang Ia beli di sebuah apotek karena Zayn takut bila periksa nanti bakal disuntik, tentu saja Thalia datang karena Zavier yang menyuruh nya datang keapartemen Ia meminta seorang manajer untuk mengatakannya kepada Thalia dan Zavier berpura-pura bahwa dirinyalah yang sedang sakit gigi.
"Oh Kamu rupanya, akhirnya Kamu datang juga..sudah pusing Aku sedari tadi." Akbar mengatakan sambil berjalan bersama Thalia menuju kamar Zayn.
"Aduh sakit...aahhhh, bangsat!" Zayn berteriak Ia masih berguling-guling di ranjang.
"Tu liat, apa nggak pusing Aku serasa mau pecah kepalaku." Akbar memperlihatkan Zayn yang sedang berguling-guling diranjang sambil menggerutu.
"Haaaa...tadi di telfon terdengar biasa saja. " Thalia melongo ketika melihat Zayn yang dikenalnya sebagai Zavier berguling-guling diranjang sambil memegangi pipinya.
"Bangsat! Aduuuhhhh.." Zayn masih berteriak Ia tidak mengetahui bahwa Thalia kini melihatnya.
"Kamu uruslah Aku mau keluar dulu cari angin sekalian makan, Aku pergi dulu Tuan." Ujar Akbar segera melangkah keluar Ia berkata pelan.
"Hei! Jang.'' Zayn berteriak dan seketika menghentikan ucapannya ketika melihat ada Thalia yang sudah berdiri di depan pintu.
"Ini obat yang Anda minta." Thalia dudukdi tepi ranjang lalu membuka kresek yang berisi obat sakit gigi.
"Sejak kapan Kamu berdiri disana, ishh.." Zayn masih melongo sambil menyeringai menahan sakitnya.
"Sedari tadi." Ucap Thalia singkat sambil menahan tertawanya.
Zayn segera meminum obat yang dibawa oleh Thalia. Seketika Zayn tenang karena ada Thalia yang menemani alasanya juga karena Ia malu untuk berteriak dan berguling-guling seperti tadi.
"Kalau begitu Saya kembali lagi ke hotel ya Tuan masih ada pekerjaan." Berkata sambil beranjak saat Zayn kembali berbaring.
"Tunggu..temani Aku disini, kalau Aku umat lagi gimana." Zayn berkata sambil mencekal tangan Thalia.
"Tap-tapi.." Thalia berkata dengan lirih.
"Temani Akuu...isshhhk." Zayn menarik tangan Thalia hingga jatuh di pelukan Zayn.
Zayn memeluk erat Thalia yang berada diatasnya, beberapa saat kemudian Ia memindah posisi menjadi miring begitu juga dengan Thalia, Zayn memeluk tubuh Thalia dari belakang kemudian Ia tertidur lelap dengan tangan yang erat memeluk tubuh mungil itu dan tentu saja karena pengaruh obat yang Ia minum tadi.
Zavier menyuruh Thalia membeli obat sakit gigi yang dosisnya tinggi dan juga ada obat tidurnya, sekalian agar kembarannya meras tenang walau terselip sedikit ras cemburu tapi Ia biarkan. Thalia gadis mungil yang polos hanya dengan menatap mata dan sesekali berdekatan baik Zavier maupun Zayn langsung mengetahui bahwa Thalia adalah gadis baik-baik tapi memiliki kehidupan yang kurang beruntung maka dari itu si kembar tidak akan melepaskannya karena kebanyakan wanita yang dekat dengan mereka kebanyakan menilai dari segi materi.