Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Lepas! Kalian apa-apaan sih?!" Anita memberontak minta di lepaskan.
Namun mereka tidak mengerti apa yang Anita katakan. Dan terus menyeret Anita hingga keluar hotel.
Anita di dorong hingga jatuh ke lantai di luar hotel tersebut. Anita meringis karena lantai itu terbuat dari marmer.
"Aw sakit. Keterlaluan kalian!" Anita memekik memaki mereka. Tidak berapa lama Sekar dan Ridwan pun menghampiri Anita.
"Tahu begini aku tidak mengajak kamu, bikin malu saja," kata Ridwan sambil membantu Anita untuk bangun.
"Pa ...."
"Jangan di bela Ma! Kemarin bikin malu, sekarang bikin malu, entah besok-besok apalagi yang akan dia lakukan?" Ridwan memotong ucapan Sekar.
"Pa, waktu itu aku di jebak. Aku di ajak ke rumah itu, gak tahunya kami di ....'
"Cukup! Kamu pikir aku tidak tahu? Pantas saja Jovan seperti tidak ingin melihat mu. Sekarang aku mengerti kenapa Jovan memutuskan pertunangannya denganmu?"
Sekar terdiam dan Anita juga diam sambil tertunduk. Ridwan sudah cukup sabar menahan semuanya. Dari ditangkapnya Anita hingga hari ini. Dan akhirnya kesabaran Ridwan sudah pada batasnya.
"Kita kembali sekarang, aku tidak ingin berlama-lama di sini," kata Ridwan.
Akhirnya, hari ini juga mereka kembali ke tanah air. Ridwan tidak ingin reputasinya hancur karena ulah Anita.
Sementara di dalam aula pesta, pesta kembali tenang seperti semula. Kemudian seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun datang menghampiri Seruni.
"Kakak Seruni minta tandatangannya," ucap anak itu.
Seruni menoleh ke Jovan, karena Seruni tidak mengerti yang di katakan anak itu. Kemudian Jovan pun menterjemahkan nya dalam bahasa Indonesia.
"Tapi aku tidak punya tangan, bagaimana mau tandatangan?" tanya Seruni. Kemudian Jovan menterjemahkan dalam bahasa negara ini.
Anak itu tertawa sambil menutup mulutnya. Bukan maksud menghina, namun merasa lucu saja.
"Tapi baiklah, kakak akan beri tanda kaki," ujar Seruni. Kemudian anak itu tertawa lagi saat mendengar Jovan menterjemahkan nya dalam bahasa negara ini.
Anak itu meletakkan kertas di lantai, kemudian Seruni mencoret kan namanya di kertas itu. Jovan tertegun melihat coretan nama itu.
Nama Seruni, tapi terukir begitu indah. Sama dengan yang ada di setiap lukisannya. Dan dari situ, setiap lukisan Seruni tidak dapat di palsu kan.
"Terima kasih kakak. Namaku Erland, putranya Mr Thomas," ucap anak itu memperkenalkan diri.
Seruni menoleh ke Jovan, memang ada kemiripan dengan Mr Thomas, namun lebih banyak mirip ke madam Zie, terutama matanya yang sipit.
Seruni mengangguk, seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Erland. Seruni cuma menduga bahwa namanya Erland.
"Kamu mengerti?" tanya Jovan. Seruni menggeleng.
"Namanya Erland, putra dari Mr Thomas dan madam Zie," kata Jovan. Lagi-lagi Seruni mengangguk.
Pesta pun akhirnya berakhir, Seruni pun di minta untuk melakukan konferensi pers oleh Ferry. Karena para pencari berita sudah menantikan sejak tadi.
Dengan di dampingi Jovan sebagai penterjemah bahasa sekaligus menjadi tangan untuk Seruni.
Seruni pun di wawancarai oleh mereka yang ingin menulis berita tentang Seruni. Setengah jam Seruni di wawancarai, dan akhirnya para jurnalis pun merasa puas.
Mereka mengucapkan terima kasih sebelum membubarkan diri. Mereka tidak bisa bersalaman dengan Seruni dan hanya menunduk sebagai penghormatan.
"Namamu akan di kenal seluruh dunia, persiapkan diri untuk kedepannya," kata Ferry.
Ya, Ferry akan mendatangkan guru privat bahasa asing untuk Seruni, terutama bahasa inggris. Tapi Ferry akan mendatangkan guru privat yang akan mengajarkannya lima bahasa.
Ferry yakin jika Seruni orangnya cerdas. Melihat dari cara Seruni berbicara sudah membuktikan jika dia seorang yang cerdas.
"Maaf, izin tanya. Apa kamu sekolah?" tanya Ferry dengan hati-hati karena takut menyinggung perasaan Seruni.
"Tidak, karena sekolah di desa kami tidak menerimanya, jadi aku dan istriku mengajarinya secara otodidak agar Seruni tidak buta huruf. Sementara untuk ke sekolah khusus orang cacat cukup jauh," jawab Kosim menjelaskan.
"Tidak masalah, yang penting bisa membaca dan menulis," ujar Ferry dengan tersenyum.
Karena hari sudah sore, Jovan pun mengantar Seruni dan keluarganya pulang. Besok mereka akan kembali ke Indonesia.
"Oh ya Pak Kosim, besok kita akan kembali ke Indonesia," kata Ferry sebelum mereka masuk ke dalam mobil.
"Baik Pak Ferry," ujar Kosim.
"Pak Ferry, mereka pulang bersama ku saja, kebetulan aku juga akan kembali besok," kata Jovan.
"Baiklah kalau begitu, jadi saya tidak perlu repot-repot. Terima kasih Tuan Jo," ucap Ferry.
Jovan mengangguk, kemudian membukakan pintu mobil untuk Seruni. Kosim dan Sari pun mengucapkan terima kasih kepada Ferry dan istrinya, juga pada Mr Thomas dan keluarganya.
"Bagaimana kalau malam hari ini kita makan bersama, besok aku sudah akan kembali ke tanah air," kata Sari pada Saskia.
"Boleh, tapi di tempatmu ya?" ujar Saskia.
Sari mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil. Mobil pun bergerak perlahan keluar dari parkiran. Kemudian di susul oleh mobil milik Farhan.
Saat tiba di kediaman Sari dan Kosim, mereka pun di persilakan masuk. Kosim mengajak mereka untuk sholat ashar terlebih dahulu, kebetulan sudah masuk waktu ashar.
Kebetulan Sari memiliki mukena, jadi bisa meminjamkan nya kepada Saskia. Saskia merasa terharu, karena Seruni memiliki orangtua yang taat agama.
Akhirnya mereka pun sholat terlebih dahulu sebelum mereka memulai masak untuk makan malam.
Setelah selesai sholat, Sari, Saskia, dan Seruni pun ke dapur. Saskia memang jarang memasak, karena semua urusan di serahkan kepada pelayan.
"Maaf Sar, jujur aku kurang bisa memasak," kata Saskia.
"Tidak apa-apa, biar aku saja yang masak," ujar Sari.
Jovan yang penasaran pun ikut gabung ke dapur. Ia takjub melihat Seruni yang menggunakan kakinya untuk memotong sayuran dan juga bawang. Bukan jijik, tapi hanya merasa takjub saja.
"Maaf ya Mas, Tante," ucap Seruni.
"Tidak apa-apa, kami cuma takjub saja," ujar Saskia.
"Sini biar aku saja," kata Jovan.
Jovan yang tidak pernah ke dapur untuk memasak pun mencoba menggantikan Seruni.
Jovan meneteskan airmata saat mengiris bawang merah. Bahkan ingusnya juga ikut keluar dari hidungnya.
"Aduh Ma mataku perih," katanya.
Sari tersenyum, sementara Saskia tertawa melihat putranya yang sok kuat. Karena merasa tidak kuat, Jovan pun berhenti.
"Biar aku saja," kata Seruni. Akhirnya Seruni lah yang menyelesaikannya.
"Ternyata begini rasanya, tapi para pelayan di rumah kok bisa tahan ya?" gumam Jovan sambil mencuci mukanya.
Saskia memperhatikan Sari memasak. Dari awal hingga selesai. Akhirnya satu persatu hidangan pun siap.
Saskia merasa nyaman bersama Sari, padahal dari dulu dia tidak begitu kenal. Namun setelah mengenal Sari lebih dekat, ternyata asyik juga.
"Setelah sholat Maghrib, kita baru makan malam," kata Sari. Saskia pun mengangguk mengiyakan.
Kini saatnya mereka makan bersama, ini adalah kali pertama mereka berkumpul untuk makan malam bersama.
Dan mungkin kedepannya akan lebih sering lagi. Mengingat hubungan mereka semakin dekat seperti sahabat.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁