Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-29
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Leon mengajak Aluna dan Alvaro makan serta Brayn dan Bara juga ikut. Biasanya Aluna berakhir pekan bersama Yura, Mira, Yandi, Bayu dan Rayyan. Tapi kali ini temannya sedikit berbeda.
"Kalian mau pesan apa sayang?". Tanya Aluna pada kedua putra angkatnya sambil membuka buku menu.
"Apa aja kita pasti makan. Apalagi disuapin Bunda". Sahut Brayn.
Aluna tersenyum hangat. Tangannya terulur mengelus kepala Brayn.
"Kak Leon. Kak Al, mau pesan apa Kak?". Tanya Aluna melihat kedua pria itu.
"Samain aja sama kamu". Jawab keduanya serentak.
Aluna mengangguk dan memesan makanan untuk mereka berlima.
"Kalian udah lama pacaran?". Tanya Leon.
"Satu bulan. Sejak aku pulang ke Indonesia". Sahut Alvaro.
Aluna mencebik dalam hati. Asal bicara saja Presdir nya itu. Baru satu bulan, dari China. Aluna saja tidak ingat kapan dia mengatakan Alvaro pacar pura-pura nya.
"Semoga kalian langgeng ya. Kalian cocok banget lho. Iya kan Lun?".
Dalam hati Aluna rasanya ingin muntah ketika Leon mengatakan dia dan Alvaro cocok.
"Iya Kak". Sahut Aluna terpaksa.
Alvaro tersenyum lebar. Entah kenapa hatinya senang saat Leon mengatakan dia dan Aluna cocok.
"Gak usah ge-er Pak. Kak Leon kadang bicara suka bener". Bisik Aluna pelan yang hanya didengar oleh Alvaro.
Alvaro mendelik, menatap gadis itu yang cekikikan menertawakan dirinya. Alvaro hanya menggeleng kepala saja. Lihat saja nanti, dia akan membuat Aluna bucin padanya. Setelah Aluna bucin, dia akan segera melamar gadis itu.
Sebenarnya Zein dan Jane sudah tidak sabar melamar Aluna. Tapi Alvaro meminta waktu, dia ingin membuat Aluna jatuh cinta padanya. Dia ingin Aluna menerima lamaran nya karena cinta bukan karena paksaan. Alvaro sudah memberitahu kedua orangtuanya tentang Aluna dan tentang hubungannya dengan Aluna.
Meski mereka sedikit tercenggang mendengar penuturan Alvaro, jika Aluna menyewanya sebagai pacaran. Namun mereka tetap menyukai Aluna. Bagi Jane, Aluna adalah gadis unik dan menggemaskan.
"Silahkan Tuan. Nona".
Tiga orang waiters membawa makanan pesanan mereka dan meletakkan nya diatas meja.
Alvaro dan Leon menelan ludahnya saat melihat makanan yang dipesan aluna. Meja sebesar itu penuh dengan makanan. Bukan hanya Alvaro dan Leon yang heran, Brayn dan Bara juga tercengang.
"Bunda kenapa banyak sekali makanan nya?" Tanya Bara bingung "Bala, bingung mau makan yang mana?". Imbuh Bara.
"Iya Bunda. Perut Brayn kecil. Memang nya muat makanan sebanyak ini?". Sambung Brayn.
"Udah kalian berdua tenang aja. Bunda yang bakal habisin kalau kalian gak muat diperut kalian". Celetuk Aluna "Mau disuapin atau makan sendiri?".
"Disuapin Bunda". Jawab keduanya serentak.
"Kamu ya kalau masalah makan rakus bangett?". Omel Alvaro menggeleng "Samson". Ujar Alvaro lagi.
"Udah Pak kagak usah protes. Mending Bapak sama Kak Leon makan aja, kalau gak habis serahin sama Aluna". Seru Aluna
Leon sedikit bingung, kadang Aluna memanggil Alvaro dengan panggilan Bapak, kadang juga dengan panggilan Kakak. Panggilan Alvaro juga tidak panggil sayang, sungguh tidak romantis sama sekali kedua manusia ini, pikir Leon.
Mereka semua makan. Aluna menyuapi Brayn dan Bara bergantian. Sesekali dia juga menyuapi dirinya. Sedangkan Alvaro dan Leon malah menatap Aluna salut. Sesibuk-sibuknya dia menyuapi kedua putra angkatnya masih sempat saja mencopot makanan yang lain. Luar biasa emang.
.
.
.
.
"Aluna kemana sih? Dia jadi datang gak yaaa?". Mira melihat arloji yang melingkar ditangannya.
"Kenapa sayang?". Tanya Yandi melihat kepanikan diwajah kekasihnya.
"Ini si Aluna. Aku lagi nungguin dia. Yura sama Bayu udah otw. Tapi Aluna sama Kak Ray gak ada kabar". Jawab Mira.
"Udah dihubungin?".
Mira mengangguk. Dia menantikan Aluna. Karena tanpa Aluna, dunia benar-benar terasa sepi. Mira juga sudah membeli banyak makanan untuk sahabat nya itu. Kalau Aluna tidak datang siapa yang akan menghabiskannya.
"Mir".
Yura dan bayu datang menghampiri Mira dan Yandi.
"Hei". Senyum Mira
"Selamat anniversary yang ke-3 ya. Langgeng terus sampai ke pelaminan". Yura memberikan pelukan hangat pada sahabat nya itu.
"Thanks Ra. Elu berdua juga yaaa". Balas Mira.
"Selamat Yan". Bayu juga memberikan selamat pada sahabat nya itu.
"Thanks Bro doanya". Sahut Yandi
"Belum dimulai Mir acaranya?". Tanya Yura melihat Mira dan Yandi malah berdiri didepan pintu masuk.
"Tuhhh lagi nungguin sohib yang suka bikin tensi naik itu". Jawab Mira ketus. Tanpa Aluna sepi boooo
"Ohh iya tumben tuhh anak lambat. Biasanya dia paling cepat". Sahut Yura.
"Sebenarnya hubungan Aluna sama Pak Al itu gimana sihh? Sejak dia pacaran sama Pak Al, kita gak pernah lagi nongkrong bareng?". Tanya Yandi sedikit penasaran.
Mira dan Yura menghela nafas panjang. Bagaimana pun mereka akan tetap mengatakan bahwa Alvaro dan Aluna tidak ada hubungan apa-apa.
"Sebenarnya.......".
"Sebenarnya apa sayang?". Potong Yandi.
"Aluna dan Pak Al tid.........".
"Hallo epribadehhhhhh".
Lengkingan suara itu serasa ingin memecahkan gendang telinga mereka.
"Ya olloh Lun, gak perlu teriak-teriak kali". Gerutu Yura mengelus telingannya. Yang lain mengelus dada sabar.
"Hehhe... Pasti lagi nungguin bidadari tak bersayap yaaaa?". Goda Aluna.
"Elu..........".
"Banyak makanan gak Mir?". Potong Aluna.
Mira mengendus kesal "Elu nanyain makanan duluan. Elu gak mau kasih selamat sama teman elu ini?". Sindir Mira.
"Ya ampun gueee hampir gak ingat". Aluna menepuk keningnya. Lalu mengambil sesuatu dalam tas kecilnya "Selamat ya Mir. Bang Yayan. Maaf cuma kasih segini, maklum belum gajian". Aluna menyalimi Mira dan Yandi sambil memberikan amplop berwarna putih. Yang isinya entah apa.
"Elu kebangetan Lun. Elu kira kondangan pake amplop segala". Protes Mira tapi mengambil amplop itu.
"Kagak usah protes Mimir. Syukur-syukur guee kasih. Anggep aja buat bayar makanan". Sahut Aluna tersenyum menggoda sahabatnya. Mira memutar bola matanya malas.
"Selamat ya Mir. Yan". Rayyan menyalimi kedua orang itu.
"Makasih Ray".
"Thanks Bro".
"Ya udah kita masuk yukkk. Acara udah mau dimulai". Ajak Yandi.
Mereka masuk kedalam rumah mewah Yandi. Ya acara itu dilangsungkan dirumah besar Yandi. Dia tinggal sendirian dirumah sebesar itu. Sedangkan kedua orang tuanya jarang dirumah karena sibuk dengan bisnis mereka.
Acara sederhana hanya dihadiri oleh mereka berenam. Setiap tahun Yandi dan Mira selalu merayakan anniversary mereka. Tak lupa juga mereka mengundang para sahabat.
"Tiup lilinnya. Tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga. Sekarang juga". Mereka bernyanyi, Aluna paling heboh sambil bertepuk tangan
Yandi dan Mira meniup lilin itu secara bersamaan.
"Yeiiiiiiiiiiiiiiiii".
"Potong kuenya Mir". Yura memberikan pisau dan piring kecil pada Mira dan Yandi.
Pemotongan kue mereka lakukan berdua dan mereka saling suap-suapan.
"Mir gueee juga mau disuapin". Pinta Aluna. Dia menelan liurnya melihat kue yang pasti enak dilidah ini.
"Buka mulut Elu". Dengan cepat Aluna menangkap kue itu dengan mulutnya seperti anak kecil makan blepotan.
Mereka hanya menggeleng gemes dan juga tak habis pikir, melihat tingkah Aluna yang jauh berbeda dari Mira dan Yura.
Bersambung........