Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Hancur
***
Duarr..!!
Bagai tersambar petir di siang bolong, wajah
Sherin langsung saja memucat. Jelas terlihat
kalau dia sangat terkejut dengan kabar ini.
"A-apa tunangan, Brian dan Stella.? Apa aku
tidak salah dengar.?"
Sherin berucap gemetar sambil kemudian
berdiri, membagi tatapan tajam pada semua
orang yang ada di tempat itu.
"Sherin..! Jaga sopan santun mu.! Kita sedang
berhadapan dengan keluarga terhormat.!"
Tuan Hendrik membentak setengah emosi.
Sementara Nyonya Kinar hanya bisa terdiam,
menatap dan memegang tangan Sherin dengan
sorot mata penuh dilema.
"Ohh, jadi ini maksud kalian menyuruhku
datang ke tempat ini.? Agar aku melihat dan mendengar sendiri semua rencana besar ini.?"
Sherin seolah tidak mendengarkan bentakan
ayah tirinya itu, dia meraih tas nya. Kemudian
menatap tajam ke arah Brian dan Stella.
"Tuan Brian O'Neil Mcknight..apa kau sudah merencanakan semua ini.? Jadi kau sudah
tidak menganggap keberadaan ku.?"
Sherin bertanya dengan tatapan yang berubah
sinis. Brian tampak berdiri, keduanya kini saling menatap kuat. Ada sedikit keraguan di mata
pria itu, tapi dia mencoba menyamarkannya.
"Sherin..aku merasa, hubungan kita selama ini
tidak lah sehat. Kau selalu membuatku kecewa.
Kau berkhianat di belakangku dengan semua
kasus dan skandal mu.!"
"Apa.?? Ya Tuhan..Aku tidak percaya kalau kau
sendiri yang mengatakan semua ini Brian.!"
"Itu kenyataannya Sherin. Maaf, aku rasa kau
bukanlah wanita yang tepat untuk jadi menantu
di keluarga Mcknight.! Nama baikmu sudah
sangat tercemar.!"
Wajah Sherin kini memucat, dia mundur dua
langkah. Tubuh nya hampir saja limbung saat
mendengar perkataan Brian barusan. Tatapan
matanya yang tajam kini semakin menghujam
wajah pria yang selama 4 tahun ini selalu setia mengisi seluruh ruang di dalam hatinya itu.
"Brian..aku benar-benar tidak menyangka,
kau tega mengatakan semua ini padaku.!"
"Sudahlah Sherin, kita akan membicarakan
semua masalah ini besok di kantor."
"Setidaknya, kalau kau merasa jadi pria sejati,
sebelum memutuskan semua ini, perjelas dulu
hubungan kita Tuan Brian yang terhormat..!!"
Tegas Sherin dengan wajah yang terlihat mulai
memerah menahan serbuan berbagai rasa yang
memenuhi dadanya. Air mata kini sudah mulai
mendesak ingin keluar. Tapi sekuat tenaga dia
mencoba menahannya.
"Woww..putri sambung mu sungguh tidak punya
attitude Tuan Hendrik.! Saya jadi percaya pada
isu yang beredar, kalau dia memperoleh semua
popularitas nya dengan jalan yang tidak benar.!
Untung saja putraku segera tersadar kalau dia
bukan pilihan yang tepat.!"
Lagi-lagi, jantung Sherin seakan di robek dan di
toreh benda tajam mendengar ucapan Nyonya
Laila yang jelas-jelas menghina dirinya. Sherin
memejamkan matanya rapat menahan desakan
air mata yang seolah protes ingin terjun keluar.
"Maaf Nyonya Besar Mcknight.. Saya mungkin
tidak berattitude..Tapi sebagai seseorang dengan
kehormatan yang sangat tinggi, saya sarankan
sebaiknya anda menjaga lisan dan ucapan anda
terlebih dahulu agar tidak menyakiti orang lain."
"Hei.. lancang kamu ya.! Sampai kapanpun aku
tidak akan sudi menerima calon menantu yang
tidak bisa menjaga diri dan kehormatannya.!"
Sentak Nyonya Laila dengan wajah memerah
menahan emosi. Tuan Adam segera menarik
tangan istrinya itu dan menenangkannya.
"Tante, aku mohon tenanglah..Tante tidak boleh terbawa emosi. Tante adalah wanita yang sangat terhormat. Saya atas nama Kak Sherin mohon
maaf karena telah bersikap lancang."
Stella berucap lembut dengan raut wajah yang
terlihat sangat sedih dan menyesal. Nyonya Laila tampak berubah tenang, dia memaksakan diri tersenyum ke arah Stella .
"Sungguh.. kalian berdua bagai langit dan bumi.
Kau begitu lembut dan sopan Stella sayang.."
Ucapnya kemudian sambil melirik sinis ke arah
Sherin yang lagi-lagi hanya bisa menarik nafas
berat. Adiknya itu benar-benar ratu drama. Dia mencoba untuk menekan dirinya agar tetap kuat
dan meredam emosi sekaligus menahan rasa
sakit yang kini mencabik jiwanya.
"Baiklah Brian, kalau ini pilihanmu, aku tidak
akan pernah menghalangi. Silahkan, teruskan.!"
Akhirnya Sherin berucap tegas sambil kembali
menegakkan tubuhnya. Untuk sesaat dia tampak
membagi pandangan pada semua orang yang
terlihat membisu, menatap diam ke arahnya.
Setelah itu dia membalikan badan, mengambil
langkah seribu, kemudian berlalu pergi keluar
dari tempat itu.
"Sherin.. tunggu ! kamu mau kemana.?"
Nyonya Kinar bangkit, tapi di cegah oleh Tuan
Hendrik. Begitupun dengan Brian, dia terlihat
bergerak ingin menyusul Sherin, namun Stella
segera mencegah dengan menarik tangannya
dan memeluknya dari belakang.
"Sudahlah sayang.. urusan kita lebih penting.
Nanti saja kita urus masalah Kak Sherin."
Lirih Stella sambil mengelus bahu Brian penuh
dengan kelembutan dan kehangatan membuat
Brian terpaksa duduk kembali dengan tampang
wajah yang tidak terbaca.
Sherin melangkah cepat keluar dari restauran itu
tanpa memperhatikan lagi lingkungan sekitarnya.
Dan tanpa sengaja dia bertubrukan cukup keras dengan seseorang begitu mencapai pintu depan. Karena dalam posisi tidak siap, tubuhnya tampak terhuyung ke belakang, untung saja sosok yang di tabraknya sigap. Dia segera menangkap pinggang ramping Sherin, dan kini posisi mereka mirip
adegan dalam film romantis.
Untuk sesaat mata mereka saling berbenturan
tatap. Seakan terhipnotis, keduanya tidak bisa melepaskan pandangan itu begitu saja. Sayang
sekali wajah pria itu tertutup masker. Jadi, yang terlihat kini hanya mata elang nya saja. Mata
yang memiliki tatapan setajam ujung pedang
hingga mampu merontokkan iman seorang
wanita dalam sekali pandang saja.
"Maaf Tuan..saya sedang terburu-buru. Sekali
lagi maafkan kecerobohan saya."
Akhirnya Sherin yang tersadar duluan. Dengan
gerakan cepat dan ringkas dia menegakkan
badannya. Setelah itu menundukkan kepalanya
sedikit di hadapan sosok tinggi itu. Kemudian
tanpa basa-basi lagi, dia kembali berjalan keluar
dari area restauran meninggalkan sosok tinggi
itu yang kini menatap lurus ke arah kepergian
Sherin. Ada sorot aneh yang tergambar jelas
dari tatapan matanya.
"Tuan Muda, anda tidak apa-apa.?"
Tanya seseorang yang baru saja datang menyusul
pria tinggi itu setelah selesai memarkir mobilnya.
Pria tinggi gagah itu tampak mengibaskan jas nya,
lalu memakai kembali kacamata hitam nya tanpa
melepas masker yang menutupi wajahnya.
"Aku tidak apa-apa.! Kita masuk sekarang. Apa
kau sudah memastikan kalau Mom sudah ada
di tempat ini.? Aku tidak ingin membuang waktu "
Sahut pria itu dengan suara baritonnya sambil
melangkah tenang masuk ke dalam restauran
itu dengan aura kehadiran yang sangat kuat.
"Sudah Tuan muda, Nyonya Besar sudah ada di
dalam. Hanya saja Tuan besar tidak bisa datang, karena Tuan sepuh sedang kurang sehat."
"Besok pagi aku akan mengunjungi nya."
Kembali sahut si pria tinggi. Tiba di dalam, dia
di sambut oleh manager restauran yang datang
dengan tergopoh-gopoh.
"Tuan Muda, selamat datang di restauran kami.
Sebuah kehormatan anda sudi berkunjung ke sini. Mari, saya akan mengantar anda ke ruangan."
Sambut manager restauran dengan sikap yang
sangat hormat dan segan. Pria itu tampak datar
saja, dia kembali berjalan tenang menuju ruangan sesuai dengan petunjuk dari sang manager.
Tiba di dalam ruangan khusus, pria itu tampak
terdiam sesaat. Dia melihat, di sana sudah ada seorang wanita setengah baya dengan tampilan
super elegan. Dan ada seorang gadis cantik
berkulit putih, berambut panjang yang sedang
duduk anggun tumpang kaki, memperlihatkan
betis indahnya yang sedikit terbuka di balik
gaun mewahnya.
"Ohh Devan putraku, selamat datang sayang."
Sambut sang wanita elegan sambil merangkul
erat pria muda itu yang kini membuka masker
penutup wajahnya. Dan mata indah gadis cantik
tadi tampak terkesima begitu melihat bagaimana
rupa asli dari pria muda itu. Dia seakan hilang
kendali diri begitu melihatnya.
Mata elang si pria muda langsung jatuh pada
sosok cantik yang kini berdiri menyambutnya
dengan senyum menawan nan menggoda dan
tatapan yang terlihat begitu mendamba.
"Apalagi yang Mom lakukan.?"
Tanya pria itu atau Devan dengan suara yang
sangat berat sambil mengangkat tangannya
saat melihat gadis tadi kini mendekat padanya.
Sontak saja gadis itu langsung membeku di
tempat dengan raut wajah yang terlihat kecewa.
"Devan sayang duduklah dulu, kita bicarakan
ini baik-baik. Kenalkan, dia adalah Miss Vania,
putri rekan bisnis Mom dari Singapur.."
"Mom, bukankah aku sudah menegaskan, soal
jodoh biar aku sendiri yang menentukan.!"
"Mom tahu sayang, tapi sekarang, kamu sudah
tidak muda lagi. Umurmu saat ini sudah sangat
pantas untuk berumah tangga."
"Mom, jangan pernah melakukan apapun lagi.!
Atau aku tidak akan menikah sama sekali.!"
"What.? Devan..yang Mom lakukan selama ini..
semuanya demi kebaikanmu ke depan sayang.
Mom hanya ingin kamu mendapatkan wanita
terbaik yang menjadi pendamping mu.."
"Cukup sampai disini saja Mom. Aku tidak akan
pernah memberi toleransi lagi.!"
Tegas Devan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat dingin penuh rasa tidak suka atas apa
yang di lakukan oleh ibunya itu. Wajah Nyonya
elegan itu tampak sangat kecewa. Semuanya
ternyata sia-sia saja. Sudah berpuluh-puluh
wanita ia bawa ke hadapan putra nya ini dengan harapan akan ada satu diantaranya yang terpilih
untuk menjadi calon pendamping hidupnya.
Namun hasilnya nihil, putranya itu seolah tidak
tertarik sama sekali pada semua gadis mumpuni
yang telah di sodorkannya. Padahal para gadis
itu bukanlah gadis-gadis sembarangan.
"Dev sayang, Mom mohon..untuk yang terakhir
kali..Cobalah untuk menghabiskan waktu satu
jam saja dengan Vania. Dia sudah jauh-jauh
datang ke sini loh. Kasihan dia sayang."
Nyonya elegan itu meraih tangan Devan dengan
raut wajah penuh permohonan. Tapi ekspresi
wajah Devan malah semakin terlihat dingin.
"I'm so sorry Mom..Aku tidak punya waktu untuk mengurusi masalah seperti ini. Maaf Nona Vania,
kau harus kecewa. And.. for you Mom, don't do
that again.!"
"Devan, wait.. Devaan..!"
Nyonya elegan tadi berteriak memanggil Devan
yang berlalu acuh keluar dari ruangan yang
sudah membuatnya merasa pengap itu.
"Apa yang Mom inginkan sebenarnya. Ini gila.!
Aku lelah menghadapi semua perbuatannya.!"
Geram Devan sambil kembali memakai masker
dan kacamatanya. Sang asisten tampak berjalan
di belakangnya, mengikuti langkah Tuan nya
yang sedang terbakar emosi.
Sementara itu, Sherin saat ini berjalan menyusuri
trotoar jalan yang hanya di terangi lampu-lampu
temaram dan berhias gegapnya pohon cemara
serta hembusan angin malam yang menembus
kulit tubuhnya. Saat ini dia hanya berbalut setelan berbahan tipis tanpa jaket. Dia berjalan dengan
menundukkan kepala, mencoba menahan segala
rasa sakit dan kecewa yang kini mematahkan
hati dan jiwanya. Namun dia tidak menangis.
"Brian.. Aku benar-benar tidak menyangka kalau
kamu akan melakukan semua ini padaku. Aku
kira selama ini hatimu tulus menyayangiku. Tapi ternyata, kau sama saja dengan laki-laki lain.!"
Sherin bergumam sambil menendang apa saja
yang ada di depannya untuk meluapkan segala
rasa sakit yang kini menghancurkan jiwanya
hingga tanpa sadar menimbulkan bunyi benturan keras memecah keheningan. Tak jarang ada bunyi
klakson yang terdengar ketika ada kendaraan
yang lewat dan terkena lemparan barang yang
di tendangnya. Namun ada juga yang mencoba
menawarkan tumpangan.
Dia benar-benar tidak menduga, kalau malam ini
akan menjadi malam kehancuran bagi hubungan
nya dengan Brian yang sudah di bina nya selama
4 tahun ini. Selama ini hubungan nya dengan
Brian memang tidak seperti kebanyakan
pasangan lain, karena dirinya terlalu sibuk di
dunia modeling.
Namun, Brian tahu pasti, semua kegilaannya
pada dunia kerja semata-mata dia lakukan untuk
kemajuan perusahaan dan nama besar Starlight
Management.. hingga bisa seperti sekarang ini.
Selama ini dia sudah mengorbankan seluruh
masa mudanya, tanpa kesenangan, tanpa hura-
hura, tanpa memory indah sebagai remaja hanya
demi membangun nama besar agensi model
milik Brian di kancah dunia. Tapi.. sekarang,
rasanya semua pengorbanannya itu percuma
saja, semua sia-sia saja bagi dirinya.
"Hallo Nona cantik.. kenapa malam-malam
begini sendirian saja.? Bagaimana kalau kami menemani mu.?"
Sherin terperanjat dan seketika menghentikan langkahnya saat mendengar ada suara serak di depannya. Dia mengangkat wajah, dan melihat
ada 4 sosok pria jalanan dengan penampilan
yang sangat kacau serta mulut berbau alkohol
yang kini sedang berdiri setengah sempoyongan mengurung dirinya.
"Ikutlah dengan kami Nona cantik. Kita akan
bersenang-senang malam ini. Kita bisa saling
memberi kehangatan.."
Kembali salah seorang dari 4 pria jalanan itu
berucap dengan seringai kecil di bibirnya yang
tiada henti menenggak minuman dari botol
yang di pegang nya..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻