Menjalani Takdir Pernikahan yang Begitu Rumit Untuk Sania..
" Katakan Apa Salah Ku Sehingga Kau Memberikan Aku Ujian Seberat Ini! " Sania Terduduk Pilu Saat Menyadari Takdir Pernikahan Nya Tidak Sesuai Dengan Semua Nya....
Mampukah Sania Bertahan Atau Ia Akan Memilih Pergi....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal-31
( terkadang Kita Harus Berkorban Untuk Seseorang Yang Kita Cintai )
Aditya Tidur Di Bawah Mengunakan Tikar, Serta Satu Bantal Dan Selimut, Sementara Sania Tidur Di Atas Ranjang memeluk Guling.
Sania Perlahan Memejamkan Mata Nya, Karena Besok Ia Akan Mengantar Pesanan Kerupuk Mentah Ke Tetangga Desa, Dan Sore Nya Langsung Otw Ke Kota.
Sementara Sania Sudah Terlelap Aditya Belum Juga Terjaga, ia Mendongak Ke Atas Melihat Sania Yang Sudah Tertidur Pulas, Dengkuran Lirih Karena Lelah Terdengar Pelan.
Hati Aditya Merasa Tersayat Bukan Hanya karena Ia Tidak Pernah Menemukan Sifat Karina Di Diri Sania.
Tinggal Besok Atau Entah Kapan? Dirinya Akan Mempersiapkan Diri Berbicara Yang Sejujur Nya Kepada Karina Dan Kelurga Nya.
Udara Dingin Di Desa Tiga Sari Semakin Terasa, Sania Tidak Mengunakan Selimut, ia Hanya Mengunakan Kain Tapih Untuk Menutup Tubuh Nya, Karena selimut Nya ia Berikan Pada Aditya.
Aditya Yang Melihat Tubuh Sania Mengigil Kedinginan, Ia Segera Beranjak Dari Tempat Nya Dan Memberikan Selimut Itu Pada Sania.
" Aditya Jangan Pergi...." Mata Nya Terpejam Sementara Bibir Nya Mengigau menyebut-Nyebut Nama Nya.
Nafas Sania Menderu seperti Merintih, Aditya Terseyum Getir Ia Faham Sania Sedang Memimpikan Dirinya.
Aditya Kembali Lagi Berbaring Di Bawah, hingga Sampai Jam Setengah Satu Aditya Baru Bisa Tidur, Karena Udara Yang Cukup Dingin Ia Juga Tidak Memakai Selimut.
Menjelang Pagi Setelah Selesai Shalat Subuh, Sania Sudah Sibuk Di Dapur Tangan Nya Sibuk Membungkus Kerupuk Yang ia Masukan Kedalam Plastik Prapatan.
" Bu Maidah Pesan Berapa Banyak Nak?" Ujar Bu Lastri, Dirinya Juga Sedang Memasak Menu Masakan Andalan.
" Sepuluh Bu, Sama Bu Wiwin Juga Kemarin Pesan Dua Lagi " Ucap Sania, Tangan Nya Masih Sibuk Mengemasi Kerupuk.
Setelah Selesai Sania Beranjak dari Duduk nya, Sementara Bu Lastri Meminta Sania Membangunkan Aditya Karena Makanan Sudah Siap.
" Nak' Bangunkan Suami Mu... Biar Kita Makan Siang Bareng " ujar Bu Lastri
" Iya Bu " Tanpak Sania Sudah Tidak Cemberut Seperti Awal Aditya Datang
Sania Masuk Kedalam Kamar Melihat Aditya Masih Tertidur Memiringkan Badan Nya, Sania Menepuk Pelan Lengan Aditya Yang Kekar " Pak... pak Aditya, Ayo Bangun Sarapan dulu " Ucap Sania Menepuk Lengan Sang suami Pelan.
" Iya..." Aditya Mengucek Mata Nya Perlahan.
" Saya Tunggu Di Luar Yah Pak " Sania Hendak Beranjak, Namun Aditya Menarik Tangan Sania Dan Sania Terjatuh Lagi.
" Kita Keluar Bareng Yah San..." Aditya Menutup Mulutnya Yang Menguap.
Perlahan Aditya Beranjak, Aditya Menggandeng Tangan Sania, Seperti Biasa Saat Berdekatan Hati Sania Selalu Berdebar Kencang, Namun Ia Segera Menepis Perasaan Itu.
Sesampainya di Ruang Tamu, Bu Lastri menarik Bangku Untuk Menantu Dan Putri Nya, Terlihat Raut Bahagia Terpancar Pada Wajah Bu Lastri.
" Kita Makan Dulu Pak... Setelah Ini Bapak di Rumah Saja Jagan Kemana-Mana, Soalnya Saya Mau Kembali Berjualan " Ujar Sania Sambil Menungkan Nasi Kedalam Piring Aditya.
" Saya Mau Ikut " Ucap Aditya
Bu Lastri Menatap Sania Dengan Senyuman Yang Sulit Di Artikan.
" Jagan Bapak Dirumah Saja " Sania Menekan Ucapan Nya.
" Kita Makan Dulu Saja Yah... Sania Biarkan Saja Jika Nak'Aditya Mau Ikut, Lagi Pula Ia Kan Juga Bukan Bayi Yang Harus Di Gendong Nak' Aditya Bisa Jalan Sendiri " Ujar Bu Lastri
Sania Menahan Tawa, Berbeda Dengan Aditya Yang Langsung Tersentak Mendengar Ucapan Ibu Mertua Nya.
Akhirnya Sania Mengalah, Selepas Makan Aditya Ikut Berkeliling Ke Desa.
Setelah Itu Sania Kembali Memasukan kerupuk Kedalam Ember Besar, ia Hendak Mengendong Nya Namun Aditya Melarang, Ia Langung Memungu Ember Besar Itu Ke
Atas Bahu Nya, Otot-Otot Kekar Aditya Langsung Terlihat
Sania Juga Tidak Percaya Kalau Aditya Sama Sekali Tidak Merasa Gengsi. " Pak Kau Serius... itu Sangat Berat " Sania Melarang Namun Aditya Tetap Kekah.
" Ayo Sudah Kita Jalan " Aditya Meminta Sania Berjalan Mendahului
Sania Tersenyum Getir Saat Melihat Tangan Kekar Suami Nya, Mereka Berdua Berjalan Beriringan. Sania Juga Sesekali Menoleh Ke Arah Belakang Memastikan Pak Aditya Sambil Tersenyum.
" Istirahat Dulu Pak Kalau Berat "
" Tidak Apa Sania, Kita Akan Kerumah Siapa Dulu? " Keringat Mulai Menetes, Karena tubuh Mereka Terkena Sinar Matahari Pagi.
" Rumah Bu Wiwin Pak, Ngak jauh Kok Itu Di Depan " Unjuk Sania Di Depan Sana
Setelah Samapi Sania Memberikan Dua Bungkus palstik Pesanan Kerupuk, Kebetulan Bu Wiwin Juga Sedang Menyapu Halaman Rumah Nya.
" Bi... Ini Kerupuk Pesanan Kemarin " Ucap Sania.
" Oh Iya Nok " Bu Wiwin Mengambil kerupuk Di tangan Sania, Sambil Dirinya Terseyum Ramah
" Makasih bi..." Sania Mengambil Uang Yang Di Berikan Bu Wiwin
" Itu Suami Mu Kan Yah? Datang Kapan Nok? "
" kemarin bi... yah Sudah Saya Pamit Dulu Yah Bi, Soalnya Mau ke Desa Sebelah " Sania Berpamitan Keluar Halaman Rumah Bu Wiwin.
" Iya Silahkan "
Aditya Langsung kembali berjalan Beriringan Dengan Sania, beruntung Saat Mereka Berdua Melewati Rumah Bu Septi Pintu Tertutup Rapat Nampak Sepi. " Syukur Lah " Sania Menarik Nafas Lega.
Karena Jika bu Septi Ada Pasti Mereka Berdua Akan Di Cibir Habis-Habisan.
.
.
Hari Menjelang Sore Seusai Membersihkan. Diri Sania Langsung. Memasukan Bajunya Kedalam Tas, Tadi Sehabis Pulang Dari Berjualan Sania Sudah Berbicara Dengan Ibunya Kalau Ia Akan Kembali Lagi Ke Kota.
" Sudah Dibawa semua Nak?" Bu Lastri Memasuki Kamar Sang Anak Yang Sedang Membereskan Baju Nya.
" Sudah Bu " Sania Menatap Bu Lastri Sendu.
" Jangan Khawatir ibu Akan Baik-Baik Saja " Bu Lastri mengusap Punggung Sang Anak Yang terlihat Sedih.
" ibu Hati-Hati Yah Di Rumah, ibu Ngak Perlu Panas-Panasan Lagi Nanti Setiap Bulan Nia Akan Kirim Uang Buat Ibu " Sania Membingkai Wajah ibunya.
Aditya mengetuk Pintu Kamar Sania " Permisi Saya Boleh Masuk? "
" Iya Silahkan " Bu Lastri Mengusap Pelupuk Mata nya, ia Tersenyum Ke Arah Aditya.
Aditya Berjalan Perlahan Saat sudah Sampai Di Depan Bu Lastri Ia Mengulurkan Amplop Coklat Berisi Uang, Aditya Baru Saja Kembali Dari ATM ia Berniat Memberikan uang Itu Pada Ibu Mertua Nya.
" Apa Ini Nak?" Bu Lastri Kaget Saat Aditya Mengangkat Tangan Bu Lastri Meminta Bu Lastri Menerima Pemberian Nya.
" Maaf Bu Bukan Nya Lancang Dan Saya Tidak Bermaksud Apa Pun... Terima Uang Ini Yah Bu, " Ujar Aditya Memberikan Uang Sepuluh Juta ke Tangan Bu Lastri
Tangan Bu Lastri Gemetar Selama Hidup Nya Ia Belum Pernah Melihat Uang Sebanyak Itu.
" Pak Apa Kau Tidak Sedang Bercanda? " Sania Menatap Aditya Heran.
" Tidak Nia, Saya Ikhlas Memberikan Nya Pada ibu, Ibu Bisa Pakai Uang ini Untuk Perbaiki Rumah Yah Bu, biar Lebih Nyaman Lagi " Ujar Aditya Lembut
Sania Terharu Ia Tidak Percaya Di Balik diri Aditya Tersimpan Sebuah kebaikan Yang Sungguh Luar Biasa.
.
.
.
" Bersambung "