Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 Masa Lalu yang Belum Selesai
"Mommy, Mommy kenapa?"
"Mereka ...?"
Jika mereka tercengang melihat wajah Rean dan Rion, maka Raya dan Nina tercengang melihat wajah orang-orang itu.
Waktu seolah berhenti. Berhenti agar bisa membuat mereka mencerna semua ini. Apa ini hanya mimpi? Rasanya tidak. Mereka kembali mengingat kejadian di masa silam. Bukan hal yang menyenangkan, bahkan mungkin telah lupa.
Tapi ada bukti nyata yang kini hadir di hadapan mereka, dalam bentuk dua anak laki-laki berwajah sangat tampan dan menggemaskan.
Kedua anak itu ditatap dengan lekat. Sedangkan Rean dan Rion memegang tangan Raya dan Nina.
Tidak ada yang berani bicara. Untung saja jarak dari meja ke meja lainnya tidak terlalu dekat, karena memang menjaga kenyamanan para pengunjung restoran.
Seharusnya mereka sedang menikmati makan malam mereka dengan tenang. Wajah Raya semakin pucat karena ditatap oleh orang-orang itu. Bahkan Nina juga terlihat sangat cemas, dan takut melihat mereka.
Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa mereka semua terikat dengan benang merah yang saling berhubungan? Kalau pun begitu, pastinya bukan hubungan yang menyenangkan dan membanggakan, kan?
Raya dan Nina rasanya ingin kabur saja. Ternyata pelarian mereka masih kurang jauh. Atau karena takdir memang menginginkan mereka untuk bertemu karena masa lalu yang belum selesai?
Ya, masa lalu yang belum selesai, yang akan menjerat mereka semua dalam hubungan yang rumit dan menyakitkan.
"Mereka ... anakku, kan?"
Raya dan Nina menyembunyikan Rean dan Rion di balik tubuh mereka.
"Kamu menipu kami!" bentak seseorang.
Raya bahkan Nina merasa ketakutan saat ini. Keanu, Jenia, Justin, dokter Bian dan istrinya.
"Tidak, saya tidak pernah menipu siapa-siapa."
"Ma, Mom, siapa olang galak ini?" tanya Rion.
Justin langsung menatap wajah Rion, yang dibalas dengan tatapan tajam juga oleh anak itu.
"Jangan melihat adikku sepelti itu!" Kali ini Rean yang bicara.
"Jadi, ini mama kamu?" tanya Justin sambil menunjuk Raya.
"Bukan."
"Ya."
Raya menghela nafas lega.
"Ini mama kami," ucap Rean sambil memegang tangan Nina.
"Jadi, mereka anak kamu, Caren?" tanya Keanu.
Raya menatap Nina. Satu pikiran buruk ada di benak Raya saat ini.
"Ini mama kami, yang ini mommy kami. Kenapa tanya-tanya?" tanya Rean.
Sungguh, kedua anak ini sangat berani.
"Nina, apa pria ini yang menghamili kamu?" tanya Raya.
"Apa?"
Orang-orang terkejut dengan pertanyaan Raya, bahkan Nina sendiri sampai pucat.
"Tunggu, seharusnya kita tidak bicara di sini!" ucap dokter Bian.
"Tidak ada yang perlu kami bicarakan. Ayo."
"Kalian tidak bisa pergi begitu saja."
"Apa hak Anda melarang kami?"
Tapi nyatanya, mereka tidak bisa melawan, dan kini ada di ruangan VIP restoran itu.
"Caren, katakan yang sebenarnya, anak siapa mereka?"
Caren, atau yang Raya tahu dengan panggilan Nina, diam saja.
"Anak kami."
Brak
Raya dan Nina tersentak.
"Tenangkan dirimu, Justin."
"Kalian jangan bermain-main dengan saya! Atau saya akan menghancurkan kamu!"
"Anak saya, mereka berdua anak saya. Puas kalian semua, hah!" bentak Raya.
Pada akhirnya, dia harus mengatakan ini. Lagi-lagi demi keselamatan orang-orang di sekitarnya—yang kali ini adalah Nina.
"Tunggu Caren, bukankah seharusnya mereka anak kita?"
"Apa?"
Sungguh, keadaan ini membuat mereka semua sakit kepala.
"Nina, jadi siapa pria yang menghamili kamu itu? Apa pria itu?" tanya Raya menunjuk Keanu dengan dagunya. Keanu mendelik kesal pada Raya yang dianggapnya sangat tidak sopan.
Nina menggeleng pelan.
"Bukan, tapi Vindra."
Raya menghela nafas lega, dan itu terlihat jelas oleh mereka. Bukannya Raya cemburu, tapi setidaknya, dia dan Nina bukan dihancurkan oleh pria yang sama.
Kini orang-orang menatap Vindra, yang sejak tadi hanya diam sambil mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Caren, jadi mereka ini anak kita atau bukan?"
"Anakmu? Jangan ngaku-ngaku!"
Virza yang juga ada di sana, sejak tadi selalu memperhatikan Rean dan Rion.
"Bukankah kalian berdua yang ada di taman saat itu?" tanya Virza.
"Uncle pernah melihat kami?"
"Ya, kalian yang mengatakan ayah kalian digigit tikus, kan? Atau dikutuk jadi semut lalu diinjak raksasa?" Virza menahan tawanya sambil menatap Keanu dan Vindra.
"Uncle dengal? Papa kami pasti jelek, ya? Atau miskin, jadi menelantalkan kami?"
Virza berdeham pelan.
Keanu jadi teringat dengan mimpi-mimpinya. Apa ternyata ini arti dari mimpi itu? Apa ternyata anaknya masih hidup dan hidup susah?
Ya, sudah pasti hidup susah, kan?
Lihat saja, anaknya berpakaian biasa-biasa saja.
Tangan Keanu terkepal erat. Bagaimana bisa perempuan di hadapannya ini menipu dirinya?
Tapi tunggu, apa dia memang benar peduli dengan anak-anaknya? Atau hanya karena merasa harga dirinya saja yang disentil?
"Tidak, Daddy kamu bukan pria jelek. Bukan juga pria miskin," ucap Keanu.
"Belalti dia plia jahat?"