Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 031. Sudah Resmi Putus Hubungan
Tidak ada yang bakal menyangka kalau Andreas begitu berani menyakiti seorang Leonard, putra kesayangan keluarga Hendrick Grayden di depan orang banyak seperti itu.
Menampar Leonard dengan kuat hingga pemuda yang menampakkan kebaikan dan kesopanan itu jatuh dengan menyedihkan ke lantai gedung ini.
Begitu berani tindakan pemuda itu, entah dia punya nyali berapa?
Hingga para hadirin menatap bergantian antara Andreas yang tampak tenang dan Leonard yang terkapar menyedihkan.
Hendrick Grayden menatap nyalang pada Andreas. Tampak tubuhnya gemetar karena menahan luapan kemarahannya.
Sedangkan Evelyne, beberapa saat lamanya dia menikmati keterkejutannya atas kejadian hebat yang berlangsung di depan matanya, hingga kedua matanya membelalak tidak percaya.
Namun sejurus berikutnya dokter cantik itu seolah tersadar akan situasi yang benar-benar mencekam ini, kemudian terdengar dia memekik kecil saking kagetnya melihat penderitaan yang dialami adik tersayangnya itu.
"Leon!"
Lalu cepat-cepat Evelyne menghambur ke arah Leonard. Begitu sampai di dekat pemuda licik itu, Evelyne langsung membangunkannya dengan segera, meski cukup susah payah.
Hampir bersamaan Nyonya Victoria yang sudah bisa menguasai dirinya juga datang menghambur pada Leonard, terus membatu Evelyne membangunkan Leonard.
Tampak bibir Leonard pecah hingga mengeluarkan darah. Wajah sebelah kirinya memerah bercap tapak tangan Andreas. Kepalanya yang tertunduk tentu saja terasa pusing dan wajahnya terasa panas akibat tamparan yang masih dirasakan sakitnya itu.
Kondisinya begitu lemah seakan tidak bisa berdiri tegak kalau tidak disanggah oleh Nyonya Victoria dan Evelyne.
Demi memandang kondisi putra kesayangannya yang begitu memprihatinkan itu, Nyonya Victoria jelas amat bersedih. Bersamaan dengan itu dia amat marah atas perbuatan Andreas yang keterlaluan.
Seolah melupakan keberadaan Andreas, Nyonya Victoria langsung menanyakan keadaan Leonard yang sepertinya membuat dirinya seolah amat mengenaskan.
"Ka-kamu nggak papa, sayang?"
"Tenang saja, Ma..., Leon nggak papa," sahut pemuda itu membuat suaranya demikian lemah agar Nyonya Victoria dan yang lainnya merasa kasihan akan kondisinya.
Leonard memang amat pandai berakting. Dia memang amat merasakan penderitaan, namun dalam kondisi begitu dia masih bisa mengelabui orang-orang agar dirinya benar-benar memprihatinkan.
Lalu meminta mamanya dan Evelyne agar mendudukkannya di kursi. Dan langsung dipenuhi oleh Nyonya Victoria.
Sedangkan Evelyne sebenarnya hendak mendamprat Andreas, tapi dia menolong Leonard dulu baru bertindak terhadap Andreas, rencananya.
Sementara Andreas, tanpa perduli dengan nasib Leonard yang pasti merasakan sakit yang sangat sekaligus dendamnya semakin menggila meski pemuda licik itu masih bisa berakting....
Tanpa perduli dengan tatapan tajam dari Evelyne yang pasti amat murka melihat adik kesayangannya dipecundangi begitu rupa....
Andreas melangkah menuju ke hadapan Hendrick Grayden sambil mengeluarkan secarik kertas dari balik jasnya. Langkahnya dan keadaan dirinya begitu tenang, seakan tidak pernah melakukan apa yang baru dilakukan tadi.
Begitu sampai di hadapan lelaki tua yang menatap tajam terhadapnya, Andreas memperlihatkan kertas itu di depan Hendrick, lalu berkata dengan tenang tanpa luapan emosi dan kemarahan.
"Ini adalah surat pernyataan saya, hitam di atas putih, yang menyatakan bahwa saya, Andreas telah memutus hubungan keluarga dengan keluarga Grayden yang Anda banggakan itu...."
Hendrick Grayden seketika terhenyak mendengar ucapan Andreas yang kalem dan tenang itu, seolah-olah dia baru saja terbangun dari mimpi buruk.
Kemudian Hendrick Grayden kembali menatap nyalang pada Andreas, penuh sorotan kemurkaan. Lalu sebentar memandang kertas bertulis yang masih terpegang di ujung jari Andreas, terus kembali menatap tajam pemuda yang amat dibencinya itu sambil berkata penuh kegeraman yang sangat.
"Kau memang sudah benar-benar keterlaluan, perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan lagi, kau telah menuduh aku dan Leon dengan tuduhan gila...."
"Hah...! Begitu pandai kau bersandiwara, anak sialan," lanjut Pak Hendrick semakin mendengus marah. "Apa kau pikir orang-orang yang ada di sini percaya akan kegilaanmu itu, anak durhaka?"
"Saya mengatakan sesuatu yang memang harus saya katakan," kata Andreas tetap tenang, bahkan sekarang dia tersenyum tenang. "Tidak perduli orang mau percaya atau tidak dengan ucapan saya."
"Sudahlah, pak tua..., tidak usah berbelit-belit lagi," kata Andreas selanjutnya bagai sudah tidak sabar ingin cepat-cepat keluar dari gedung ini. "Saya harap Anda cepat menanda tangani surat pernyataan ini, biar tidak jadi masalah nanti di kemudian hari."
"Kau pikir surat pernyataan murahanmu itu berarti bagiku?" dengus Hendrick makin murka. "Sekarang aku benar-benar sudah tidak menganggapmu lagi sebagai anak setelah kekacauan yang kamu buat di acara ini."
"Jadi...."
Hendrick Grayden langsung merebut kasar surat pernyataan dari tangan Andreas tanpa Andreas berusaha mencegahnya. Lalu Pak Hendrick merobek-robek surat itu menjadi beberapa bagian, terus melemparkannya di depan Andreas dengan penuh penghinaan dan peremehan.
"...surat pernyataan murahanmu itu sama sekali tidak berlaku bagiku karena kau bukan anakku lagi. Kau menjadi gelandangan di luar sana, aku dan keluarga Grayden sudah tidak perduli. Dengar itu, anak sialan!"
Nyonya Victoria hanya diam saja menyaksikan adegan itu, tanpa bermaksud mencegah pernyataan suaminya. Dia sudah amat sakit hati pada Andreas yang sudah berbuat diluar batas terhadap Leonard.
Biarkan saja Andreas dan deritanya itu yang sudah tidak dianggap anak lagi oleh suami. Kata maaf memang sudah tidak ada lagi baginya. Biarlah itu sebagai pembelajaran bagi anak durhaka itu.
★☆★☆
Sementara Stephanie, bukannya melihat keadaan anak kesayangan Hendrick Grayden, dia malah menatap Andreas dengan sedih, semakin sedih.
Entah kenapa dia tidak marah kepada Andreas saat pemuda itu menampar Leonard di depan orang banyak? Dia malah mengkhawatirkan keadaan Andreas yang pasti mendapat kemurkaan dari keluarga Grayden.
"Saya sudah menduga kalau Anda akan merobek surat pernyataan yang saya buat itu, Tuan Hendrick," kata Andreas tetap tenang.
"Sebenarnya saya tidak jadi masalah juga, karena sejak saya lahir hingga sekarang Anda memang tidak pernah menganggap saya sebagai anak," lanjutnya masih kalem dan tenang.
"Tapi... Anda perlu ketahui, dalam pertarungan dunia bisnis nanti, besar kemungkinan kita akan ketemu," kata Andreas lagi seolah mengingatkan. "Bukan sebagai mitra bisnis, tapi sebagai musuh."
"Saya takutnya..., setelah Anda kalah bertarung dengan saya, terus perusahaan Anda seketika menjadi bangkrut, lalu Anda datang kepada saya merengek-rengek minta bantuan dengan dalih kalau saya adalah anak Anda, saya harus bagaimana, Tuan Hendrick?"
"Sedangkan Anda tidak mau mengukuhkan surat pernyataan yang saya buat. Sementara orang-orang yang ada di gedung ini sudah terlanjur mengetahui kalau saya adalah putra Anda."
"Sekarang kau sudah bisa sombong karena bekerja sama dengan si Anderson itu hah?!" dengus Pak Hendrick benar-benar meremehkan ucapan Andreas. "Kau itu tidak ada bedanya seperti semut kecil yang hendak menggigit gajah."
"Jangan pernah bermimpi ingin berkompetisi denganku dalam dunia bisnis, bocah rendahan," lanjut Pak Hendrick semakin merendahkan, "karena kau tidak layak melawanku...."
"Dan kamu harus ingat! Aku tidak akan pernah mengemis minta bantuan kepada anak rendahan sepertimu yang sama sekali tidak punya kemampuan apa-apa, karena kamu sudah bukan anakku lagi! Pecamkan itu!"
"Apa Anda sudah yakin dengan semua yang Anda katakan itu, Tuan Hendrick?" tanya Andreas seakan ingin mengetes.
"Ya, aku sudah yakin dengan seyakin-yakinnya!" sahut Pak Hendrick dengan berapi-api.
"Baiklah, saya memegang ucapan Anda," kata Andreas tetap tenang. "Tapi untuk menjaga kemungkinan jika suatu hari Anda berubah pikiran...."
Lalu Andreas mengeluarkan secarik kertas lagi dari balik jasnya, terus memperlihatkannya di depan Hendrick Grayden sambil berkata.
"...saya ternyata sudah membuat lagi surat pernyataan pemutus hubungan keluarga dengan keluarga Grayden..., lengkap dengan tanda tangan saya dan... Anda, Tuan Hendrick."
Belum lama Andreas selesai berkata, Samuel Grayden langsung maju dengan cepat ke hadapan Andreas. Lalu merebut surat pernyataan itu dengan kasar.
Setelah kembali ke tempat berdirinya tadi, lelaki gemuk tambun itu membaca surat pernyataan itu. Seolah perbuatannya itu ingin membuktikan kebenaran ucapan Andreas.
"Saya sudah menduga kalau Anda akan merobek surat pernyataan yang saya buat dengan penuh penghinaan," lanjut Andreas setelah surat pernyataan itu direbut oleh Samuel Grayden. "Untungnya saya membuat lagi surat pernyataan itu, lengkap dengan tanda tangan Anda."
"Jadi, saya sudah resmi putus hubungan keluarga dengan Anda di mata hukum, Tuan Hendrick."
"Ti-tidak mungkin!" kejut Pak Samuel tidak percaya setelah membaca surat pernyataan itu. Di dalam surat pernyataan itu memang tertera tanda tangan Hendrick Grayden, persis.
Penasaran dengan keterkejutan Samuel Grayden, Nyonya Elvina hendak mengambil surat itu ingin membacanya juga. Namun Pak Hendrick sudah mendahuluinya. Dengan cepat dia merebut surat itu dari tangan adiknya.
Selepas menatap tajam pada Andreas sebentar, lalu dia membaca surat pernyataan yang dibuat oleh Andreas itu. Dan tidak butuh waktu lama dia juga langsung terkejut tak percaya, di surat itu memang benar-benar tertera tanda tangannya.
Bagaimana bisa hal itu terjadi?
★☆★☆
"Bagaimana kau bisa meniru tanda tanganku, anak sialan?" tanya Pak Hendrick bernada geram sekaligus penuh rasa tidak percaya.
Mendengar ucapan Hendrick barusan, membuat para hadirin kembali dibuat heboh. Bagaimana bisa Andreas melakukan hal hebat seperti itu?
Membuat surat pernyataan yang lengkap dengan tanda tangan Hendrick Grayden, seolah-olah lelaki tua itu menyetujui secara resmi surat pernyataan itu, padahal dia sama sekali tidak menanda tangani.
"Pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab, Tuan Hendrick," sahut Andreas kalem sambil tersenyum tenang. "Yang penting saya sudah bukan anak Anda lagi di mata hukum."
"Dan satu lagi, Anda jangan sekali-kali meremehkan saya!" kata Andreas mengingatkan.
Dengan murka Pak Hendrick kembali merobek-robek surat pernyataan itu menjadi beberapa bagian, lalu melemparkan di depan Andreas. Terus berkata penuh amarah dan penghinaan.
"Kau pikir aku takut dengan permainan murahanmu ini hah?! Kau sudah berani menentangku, itu artinya kau lebih dekat menuju kematianmu!"
Andreas hanya tersenyum kecil menyaksikan kesombongan Hendrick Grayden itu. Lalu dia berkata seakan tidak menggubris ucapan lelaki tua itu.
"Tuan Hendrick, meski Anda merobek lagi surat pernyataan itu, tapi saya sudah membuatnya lagi, dan itu yang asli. Sedangkan yang Anda robek tadi adalah salinannya. Jadi Anda tenang saja."
Hendrick Grayden tampak hendak menerjang Andreas. Sikap dan perbuatan pemuda itu benar-benar telah menginjak-injak harga dirinya.
Tapi perbuatannya itu cepat dicegah oleh adiknya, Samuel Grayden, sehingga dia tidak jadi melakikan niatnya. Namun matanya menatap bengis pada Andreas.
Sedangkan Andreas tetap tenang-tenang saja, sama sekali tidak ada rasa takut terhadap Hendrick Grayden.
"Tuan Hendrick," kata Andreas kemudian, "saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena membuat perta perayaan kelulusan anak kesayangan Anda dan acara pertemuan keluarga Grayden paling berkesan, yang membuat Anda pasti tidak akan pernah lupa."
"Karena keperluan saya di sini sudah selesai," lanjut Andreas, "ijinkan saya meninggalkan tempat Anda yang megah ini, Tuan Hendrick."
"Tidak ada yang mengundangmu datang ke mari, anak sialan!" berang Hendrick Grayden. "Lebih cepat kau meninggalkan tempat ini lebih baik!"
"Baiklah," kata Andreas seakan mematuhi. "Tapi sebelum saya pergi saya hendak mengatakan sesuatu pada Anda. Mana tahu Anda sudi untuk merenungkan."
"Cepatlah pergi dari rumahku ini, anak sialan!" bentak Hendrick Grayden begitu emosi. "Jangan pernah kembali lagi!"
Tuan Hendrick, anak serigala jikalau besar tetaplah menjadi serigala. Tidak akan pernah menjadi domba yang jinak, meskipun Anda memeliharanya dengan baik dan memberinya rumput."
"Kelak jika dia benar-benar lapar, dia akan mengintai kelengahan Anda, terus akan menerkam leher Anda hingga Anda mati...."
Setelah berkata, Andreas berbalik cukup cepat. Terus meninggalkan Aula Keluarga Grayden. Tanpa perduli lagi kemurkaan Hendrick Grayden yang memakinya panjang pendek.
Tidak perduli lagi tatapan semua orang yang menatapnya dengan penuh tanda tanya dan rasa heran tentang semua perkataan dan perbuatannya selama berada di gedung ini.
Wajah berikut sepasang matanya terus saja menatap ke depan ke arah pintu keluar, seakan tidak ingin melihat siapa pun yang ada di ruangan besar itu.
Sementara Stephanie, Nathan, Nayshilla maupun Lucas Grayden terus saja menatap Andreas selama dia meninggalkan tempat ini seakan menghantar kepergian seorang Andreas.
★☆★☆★