Mencertakan tentang gadis miskin dari desa Senja Rinjani yang menjadi asisten rumah tangga. stelah beberapa tahun bekerja,anak sang majikan Awan Abimana jatuh hati padanya. Cinta mereka sangat manis,meski senja dari kalangan bawah orangtua Awan sangat menyayangi Senja. Apalgi ibu Awan sudah sangat menyayangi Senja sejak awal senja datang kerumahnya sebagai asisten dirumahnya. Nyonya Arumi ibu Awan sangat menginginkan anak perempuan,namun sayang kecelakaan saat Awan masih kecil merenghut rahimnya. itu juga yang menyebabkan awan tidak memiliki saudara. Namun cinta manis mereka tak berlangsung lama setelah Senja melahirkan anak pertamanya Awan bertemu kembali dengan wanita dimasa lalunya. Wanita yang telah menenmani awan sejak lama. Namun mereka harus berpisah saat Awan memutuskan study nya kelyar negri. Wanita bernama Hana itu memilih laki-laki lain yang lebih mapan dan sukses dari Awan. Namun setelah pertemuannya kembali dengan Hana saat Hana menjadi seorang janda hati Awan terus goyah,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Suryandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FIRASAT ISTRI
Dirumah Senja masih belum juga bisa memejamkan matanya. Padahal saat ini sudah pukul sebelas malam, terlihat dia mondar mandir dikamar. Perasaan tidak nyamannya menyusup ke relung hati. Senja begitu cemas bercampur cemburu karena Awan belum juga kunjung pulang. Bayangan-bayangan negatif terus bermain-main dibenaknya hingga menimbulkan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
Jendela balkon yang seharusnya sudah tertutup rapat justru kini dia buka, dan dia pun duduk dibalkon kamarnya. Memandangi arah gerbang berharap Awan segera muncul disana.
Dan benar saja sekitar sepuluh menit Senja duduk disana terlihat mobil Awan memasuki pelataran rumahnya.
Senja pun segera masuk kekamar, mengunci jendela kamar mereka dan menutup tirainya juga.
"Ceklek" pintu terbuka menampilkan sosok suaminya yang sangat dia nantikan.
Senja pun langsung menghambur memeluk suaminya itu, perasaan lega seketika menghangat dihati ketika melihat kedatangan Awan.
"Belum tidur beib" ucap Awan sambil mengecup singkat bibir istrinya, lalu perutnya yang masih rata. Mendapat perlakuan manis itu perasaan marah, khawatir dan cemburunya seketika sirna begitu saja.
"Aku nungguin mas" ucapnya manja
"Maafkan mas pulang telat ya" ucapnya lalu Awan pun langsung mencubit hidung mancung milik istrinya itu dengan gemas.
"Kamu tunggu sebentar mas mandi dulu ya, bu obat nggak enak banget" ucapnya pada Senja
"Aku siapin air hangat ya" tawar Senja
"Nggak perlu sayang, biar mas saja. Kamu pasti sudah lelah seharian ini" ucapnya pada Senja. Beginilah pandainya Awan memperlakukan wanita, kemarahan Senja saja yang awalnya sudah diubun-ubun saja lenyap entah kemana.
"Baiklah, aku siapkan baju ganti mas saja kalau begitu" ucap Senja, dia pun akan beranjak dari tempat duduknya. Tapi Awan langsung mencegahnya.
"Nggak perlu pakai baju, malam ini aku sangat menginginkanmu beib" ucap Awan berbisik ditelinga Senja, dan seketika wajah merah Senja begitu merah merona. Malu bercampur hati yang hangat mendapat perlakuan manis dari suaminya.
"Tunggu disini ya" ucap Awan lagi, senja hanya menganggukkan kepalanya malu-malu.
Kini Awan pun masuk kekamar mandi, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya. Lalu dia mengguyur tubuhnya itu dengan air hangat. Perlahan setiap tetes air begitu segar meresap dalam pori-pori kulitnya. Perasaan bersalahnya pada istrinya itu kini mendekapnya erat. Bagaimana tidak, saat ini dihati bagian kecilnya mulai terisi Felisya lagi tanpa Senja ketahui, bahkan sebelum pulang tadi Awan dan Felisya sempat berciuman sangat lama. Seandainya saja jika tidak ingat jika itu rumah sakit, mungkin pergulatan panas diantara mereka seperti sebelum hubungan mereka terputus dahulu pasti terjadi.
"Maafkan aku Senja, nyatanya Felisya tidak benar-benar hilang dari hatiku. Tapi bukan berarti aku tidak mencintaimu. Aku juga sangat mencintaimu" gumam Awan sambil terus menggosok tubuhnya.
Dan tak lama akhirnya Awan pun selesai dengan ritual mandinya. Dia keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas pinggangnya saja, lalu menghampiri istrinya itu.
Senja malu-malu melihat tampilan Awan yang sangat menggoda.
Awan pun langsung menyambar tengkuk istrinya itu, lalu melumat bibir Senja.
"Ugh" lenguh Senja disela ciuman Awan yang semakin brutal. Ciuman yang Awalnya penuh kelembutan kini berubah kasar dan saling menuntut. Bahkan baju Senja kini sudah dilepaskannya. Tubuh mereka kini sama-sama polos bak seorang bayi.
Awan terus mencumbu istrinya itu, ciumannya turun ke leher putih Senja, lalu turun pada kedua bukit lembut sequisi Senja yang semakin hari terlihat semakin berisi karena kehamilannya. Sangat sexi dimata Awan, Awan pun memainkan ujungnya dengan lidahnya sesekali menyesapnya dengan gemas. Dan jari-jarinya kini sudah bermain dibukit inti milik Senja.
"Ah...mas Awan aku tak tahan" desahnya dengan suara tercekat.
"Lepaskan beib, aku suka kamu yang liar" ucap Awan.
Ciuman Awan terus turun, mulai menciumi perut Senja yang rata hingga akhirnya lidahnya saat ini begitu asyik menikmati liang surgawi milik Senja. Tanpa jijik sesekali dia menghisapnya lembut. Tubuh Senja pun rasanya dibuat keawang-awang, menggelinjang nikmat bercampur geli yang tak tertahan.
"Ah..mas Awan" lenguhnya panjang, tangannya memegang kepala Awan yang membuatnya menghisap semua cairan Senja tak bersisa. Nafas Senja kini tersengal-sengal seolah habis lari maraton saja.
Lalu Awan pun bangkit dari sana, miliknya mengacung tegak siap bertempur. Diarahkannya miliknya kemulut istrinya itu, Senja pun langsung paham keinginan suaminya. Dimainkannya milik Awan dengan mulut dan lidahnya.
"Ah...enak banget sayang" desahnya.
Senja pun mulai mempercepat gerakannya membuat Awan nikmat luar biasa. Karena tak ingin menyemburkan laharnya kemulut istrinya Awan pun segera melepas miliknya dari mulut Senja.
Awan pun kini mengarahkan miliknya masuk dalam goa Senja yang indah terawat itu. Dan, "bles" masuk dengan sempurna.
"Ah..." lenguh mereka bersamaan, kini Awan pun mulai mulai memaju mundurkan tubuhnya. Namun tangan dan mulutnya tidak mau diam dia terus menyesap dan memainkan bukit sequisi milik istrinya itu dan banyak meninggalkan banyak jejak disana.
Begitu juga dengan Senja, kini tubuh Awan begitu banyak pola didada dan lehernya. Mereka seoalah saling memburu kenikmatan itu. Dan tak beberapa lama tubuh mereka ambruk bersamaan.
"Mas, aku sampai" ucap Senja tersenggal-senggal, "Aku juga sayang, punyamu sungguh nikmat" puji Awan.
"Love you" Awan mengecup kening istrinya itu diakhir percintaan mereka.
"Love you too mas" ucap Senja sambil menenggelamkan kepalanya diceruk leher suaminya itu.
Mereka pun akhirnya tidur dengan berpelukan. Awan menarik selimutnya menenggelamkan seluruh tubuh mereka disana. lalu diusapnya lembut rambut istrinya itu, dan diciumnya kembali pucuk kepala Senja. Lalu dielusnya perut istrinya yang masih rata itu.
"Maafkan aku Senja, maafkan daddy nak" gumamnya didalam hati.
Lalu dia menyusul istrinya itu untuk juga berlayar dialam mimpi.
Hingga keesokan paginya saat Awan perlahan membuka matanya ranjangnya sudah terasa kosong tak ada Senja disana.
Awan pun melihat jam yang ada diatas nakas sebelah tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Pantas saja istrinya itu sudah tak ada dikamar mereka pasti sudah berkutat didapur menyiapkan sarapan mereka.
Awan pun segera bergegas kekamar mandi, hari ini jadwalnya sangat padat. Dan rencananya dia akan mampir sebentar kerumah sakit sebelum pergi kekantor.
Kini Awan sudah terlihat rapi dan lebih tampan dengan setelan kemeja warna putihnya, juga jaz berwarna hitam dengan dasi senada. Langkah Awan kini menuju dapur dimana istrinya berada.
Terlihat disana Senja dan Bi Sari sedang berkutat didapur. Ya Bi Sari memang sekarang dikediaman mereka bukan mansion utama. Sengaja Mommy Arumi menyuruhnya menjaga mantunya itu dan melaporkan apa saja yang terjadi disana. Bagaimana pun dia akan melindungi keutuhan rumah tangga putranya itu. Dengan senang hati Bi Sari menerima tawaran tinggal bersama Senja. Apalagi Senja yang notabennya keponakannya sendiri, membuat Bi Sari lebih suka bersama Senja.
Tanpa malu-malu meski ada Bi Sari disana dengan manjanya Awan memeluk Senja dari belakang dan itu membuat Senja terkaget.
"Mas.. Jangan begini, malu" ucap Senja lirih.
Bukannya melepas, tapi pelukan Awan semakin erat.
"Peluk istri sendiri nggak dosa kan ya Bi" ujarnya pada Bi Sari yang ada disebelah Senja.
"Iya Tuan" jawab Bi Sari
"Hais...Bi Sari nggak asyik tetap saja panggil Tuan" ujar Awan pada Bi Sari.
Bi Sari pun hanya menanggapinya dengan senyuman saja, lalu diap pun pergi tidak mau mengganggu romantisme dipagi hari pasutri itu.
"Mas lepas, malu tau" ucap Senja dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lagian kenapa turun kedapur, tidak dikamar saja. Nanti kamu bisa kecapean sayang. Ingat kamu lagi hamil muda" ucap Awan mengkhawatirkan istrinya itu.
"Ini nggak bakal bikin capek mas, cuma bikin sarapan dan itupun dibantu Bi Sari" ucap Senja
"Tapi mas nggak mau kamu kecapean lalu kamu dan calon anak kita kenapa-napa" ucap Awan masih dengan posisi memeluk istrinya itu, dagunya diletakkannya dibahu sang istri.
"Aku nggak bakal kenapa-kenapa mas tenang saja. Owh iya mas, pagi ini aku izin ke butik ya? Ada beberapa stok kain datang dan juga mau mengecek disana, sudah lama banget aku tak datang" ucap Senja pada suaminya itu.
"Sayang, kamu lagi hamil lo. Kenapa nggak dirumah saja sih" ucap Awan lagi.
Senja pun memutar matanya malas jika suaminya sudah mode posesif.
"Mas aku ini hanya hamil, bukan sakit keras. Justru kalau nggak ngapa-ngapain aku bisa stres. Dan berdampak nggak baik buat janin" ucap Senja.
"Ya sudah kamu boleh ke butik, tapi jangan capek-capek. Nanti berangkatnya bareng mas aja sekalian mas antar. Nanti pulangnya telepon Pak Supri biar dijemput Pak Supri nggak boleh naik taxi. Atau nanti kamu telepon mas dulu kalau nggak sibuk mas yang jemput" ucap Awan pada istrinya itu.
"Siap bosss" ucap Senja pada Awan
"Ya sudah kita sarapan dulu yuk" ujar Awan pada Senja.
Lalu mereka pun menuju meja makan, merak pun mulai menyantap sarapannya. Dan tak lama kemudian setelah selesai sarapan mereka bersama-sama keluar rumah mereka. Senja ke butik, sedangkan Awan kekantor.
Awan pun membukakan pintu mobilnya itu untuk istrinya. Dan mobil mereka kini sudah membelah jalanan menuju tempat tujuan mereka.