Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?
Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?
Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25 - Tawanan Pesantren
~💠💠💠~
Miska tidak bisa tidur malam itu. Setelah melihat sendiri Novi menangis sambil memegangi perutnya, pikirannya kacau.
"Jadi fitnah yang menimpa gue itu buat nutupin kenyataan Novi yang sebenarnya hamil?."
Ini gila.
Miska lalu berbaring di tempat tidurnya, sambil menatap langit-langit. Ia pikir, ia tidak bisa tinggal diam.
"Kalau gue tahu, berarti orang lain juga bisa tahu."
Tapi pertanyaannya, siapa ayah dari bayi itu? Dan lebih penting lagi, kenapa mereka harus menjadikan Miska kambing hitam?
**
Pagi harinya, saat semua santri menuju kelas, Miska melihat Novi berjalan sendirian di lorong asrama. Kesempatan ini tidak bisa ia lewatkan, pikirnya.
"Novi!," panggil Miska.
Novi pun tersentak, lalu menoleh. Dan seketika wajahnya pun langsung tegang.
Miska lalu berjalan mendekat, sambil menyilangkan tangannya di dada. "Kita harus bicara," serunya.
"Tentang apa?," tanya Novi yang berusaha bersikap tenang, tapi jelas terlihat gugup dan bertanya-tanya tentang bagaimana Miska tau namanya.
Kemudian, Miska mendekatkan wajahnya, lalu berkata dengan pelan, "Aku tahu."
Novi melirik Miska dengan tatapan tajam dan semakin menegang.
"Aku tahu kamu hamil," lanjut Miska.
DUARRRR!!
Mata Novi membesar. Sekilas, wajahnya berubah pucat pasi. "Kamu… ngomong apa?," tanyanya.
"Kamu tahu aku gak bohong," ujar Miska menatapnya tajam. "Dan gue juga tahu, gosip tentang gue hamil itu cuma pengalihan. Kamu dan orang itu pasti panik takut ketahuan, makanya lo kasih umpan buat orang-orang ngejar gue."
Novi pun mundur selangkah, keringat dingin pun mulai terlihat di pelipisnya. "Kamu gak punya bukti," sangkal Novi.
"Lo pikir gue butuh bukti? Lo sendiri udah ngasih tahu dengan ekspresi lo sekarang," balas Miska menyeringai.
Merasa terpojok, Novi kini menggigit bibirnya dan semakin gugup.
"Siapa yang nyuruh lo fitnah gue?," tanya Miska langsung ke intinya.
"Aku…" Novi tampak ragu, tapi lalu menunduk. "Aku gak ada pilihan lain, Miska."
Miska memperhatikan gadis itu. Sekarang, ia terlihat sangat lelah dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kalau mereka tahu… kalau pesantren tahu… aku bakal dikeluarin. Dan aku gak punya tempat lain buat pergi," ujar Novi.
Mendengar hal itu, hati Miska pun mencelos. Tapi ia tetap memasang wajah dingin untuk terus mengulik kebenarannya. "Siapa ayah bayi itu?," tanyanya.
Namun Novi hanya diam membisu.
"Lo harus kasih tahu gue. Kalau enggak, gue bakal cari tahu sendiri," tegas Miska.
Novi pun mendongak dan menatap Miska dengan raut wajah yang putus asa. Lalu, dengan suara yang sangat pelan, ia menyebutkan sebuah nama.
Nama yang membuat Miska terkejut setengah mati.
"Apa!."
Miska benar-benar tidak menyangka.
Nama yang keluar dari mulut Novi begitu mengejutkan hingga ia sempat berpikir gadis itu hanya mengarang cerita.
Ustadz Dayat?
Ustadz yang disegani, dihormati, dan berpengaruh di pesantren ini?
"Gue gak bisa percaya begitu saja!," pekik Miska.
Tapi melihat ekspresi Novi yang ketakutan dan putus asa, Miska tahu ini bukan kebohongan.
**
Kini, mereka berdua duduk di bangku kayu belakang asrama, dengan suasana mendung seakan menambah berat percakapan ini.
"Tolong, Miska…" bisik Novi yang terdengar lemah. "Jangan bilang siapa-siapa. Ini pesan Ustadz Dayat."
"Kenapa kamu percaya sama dia?," tanya Miska seraya menyipitkan matanya.
"Aku… gak punya pilihan," jawab Novi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nikah sirih?," Miska mendengus. "Kamu yakin? Kamu ada bukti?."
Novi membisu dengan cukup lama, lalu menggeleng pelan. "Ustadz Dayat bilang ini demi kebaikan aku, demi menjaga nama baik pesantren," ungkap Novi.
"Nama baik siapa? Nama baik pesantren atau nama baik dia?," tanya Miska dingin.
"Hiks Hiks Hiks...." Novi pun terisak sambil menutup wajahnya. "Kalau mereka tahu, aku bakal dikeluarkan dari pesantren ini."
"Dan kamu pikir, kalau kamu diem saja, bayi itu bakal hilang gitu aja?," tanya Miska sambil menunjuk perut Novi.
Novi hanya menggigit bibirnya dan tidak bisa menjawab.
"Ini gila," seru Miska sambil menarik napasnya.
**
Hari-hari berikutnya, Miska mulai bergerak dan melakukan penyelidikan lagi. Ia mengamati Ustadz Dayat, dan mencari celah untuk mengungkap kebenaran.
Ia memperhatikan bagaimana ustadz itu berinteraksi dengan Novi. Dan semuanya terasa aneh. Ustadz Dayat terlalu lembut pada Novi.
Kadang, Miska menangkap tatapan berbeda di mata Ustadz Dayat saat berbicara dengan Novi.
Bahkan, Novi sering dipanggil sendirian ke ruangannya. Oleh karena itu, Miska semakin yakin.
"Ada sesuatu di sini."
Lalu, ia mulai bertanya pada beberapa santri dan asatidz lain.
Hasilnya?
Beberapa santri putri pernah melihat Novi dan Ustadz Dayat berbicara diam-diam di tempat sepi.
Juga beberapa santri putra pernah melihat Ustadz Dayat keluar malam dari asrama putri.
Semakin dalam Miska menggali, semakin jelas ada sesuatu yang salah.
Hingga suatu malam, saat Miska baru saja kembali dari penyelidikannya, seseorang menghadangnya di lorong belakang asrama.
Langkahnya pun seketika terhenti. Di depannya, berdiri Ustadz Dayat. Wajahnya tetap ramah, tapi mata tajamnya menatap Miska dengan lekat.
"Miska," ucapnya terdengar tenang, tapi penuh tekanan. "Sepertinya kamu terlalu banyak bertanya akhir-akhir ini."
Miska menatap ustadz Dayat tanpa takut lalu membalas, "Apa salahnya mencari kebenaran, Ustadz?."
"Ada beberapa kebenaran yang lebih baik tidak diungkap," jawab Ustadz Dayat seraya tersenyum tipis.
"Seperti hubungan rahasia Ustadz dengan Novi?," tanya Miska seraya mengangkat alisnya.
Sejenak, wajah Ustadz Dayat mengeras. Tapi hanya sesaat. "Gadis kecil, kamu tidak tahu dengan siapa kamu berurusan."
"Aku tahu persis," jawab Miska sambil melipat tangannya. "Ustadz takut aku ngomong dan mengatakan hal ini pada yang lain?."
"Kamu pikir siapa yang akan percaya? Aku ustadz di sini. Orang-orang menghormatiku. Kamu? Santri yang dikenal suka bikin masalah."
"Kalau begitu, kenapa ustadz ingin bertemu denganku? Takut ya? Takut kebenaran kebongkar?."
Mata Ustadz Dayat menyipit. Ia lalu mendekat dan berbicara dengan suara yang semakin rendah.
"Aku peringatkan kamu, Miska… Jika kamu masih terus ikut campur dalam urusan ini, maka aku pastikan kamu yang akan di keluarkan."
BERSAMBUNG...