Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sorenya, saat Giska pulang dari toko, ia membawa laju motornya menuju Kedai. Sore ini ia sengaja menutup Tokonya tak terlalu malam. Ia tak ingin menginap di Toko. Entahlah apa yang ia rasakan, yang jelas sekarang ini ia ingin ke Kedai dan menikmati cilok isi keju kesuakaanya.
Cilok di Kedai sang suami memang beragam rasa dan isi. Ada isian keju, sosis, ayam, daging dan banyak yang lainnya. Dan semua itu adalah ide dari Malik dan Mika yang saat itu iseng-iseng mengisi cilok buatan Mamanya yang ternyata rasanya menjadi lebih enak dan memulai usahanya dengan berjualan cilok keliling dengan aneka rasa.
Siapa sangka, semuanya berjalan sesuai rencana. Semua orang suka, yang akhirnya dari gerobak keliling sampai kini memiliki warung cilok sendiri yang saat ini di jaga oleh Papa Reno dan Mama Yuni untuk mengisi hari-hari mereka di usia tua. Di tambah lagi, cabang baru di ibu kota yang sama-sama ramai, karena rasanya yang sesuai resep jadi tidak merubah rasa. Sehingga langsung bisa menarik pelanggan setia yang kebanyakan adalah anak muda dan anak-anak.
Kembali ke Giska yang kini sudah memakirkan motornya di depan Kedai. Seperti biasa, ia membuka helm dan membenarkan jilbab juga cadarnya. Setelahnya ia masuk ke dalam Kedai.
Ia langsung di sambut hangat oleh Mika dari balik gerobak. Giska mengedarkan pandangan, menelisik seisi Kedai yang lumayan ramai. Namun satu orang yang ia kenali tak nampak dalam netra nya. Dengan perlahan Giska lantas melangkahkan kakinya menuju belakang Mika yang tengah membungkus cilok.
Sebenarnya, ia ingin bertanya tentang keberadaan suaminya. Namun urung, ia takut kalau ternyata Malik ada di ruangan belakang dan suaminya itu akan tahu kalau ia tengah mencarinya. Tidak, Giska tidak mengingatkan itu.
Giska tetap menunggu di sana sampai Mika selesai, lalu Mika pun duduk di kursi yang ada di sebelah Giska. "Kamu mau cilok, Lik?" tawar Mika.
Giska mengangguk, "mau dong. Aku ke sini memang buat makan cilok. Kangen aku sama rasanya," ucap Giska.
"Hehe, iya jelas kangen sama cilok, masak kangen sama aku. Secara mau kangen sama suami, Mas Malik sudah balik." seloroh Mika.
"Sudah balik?" tanya Giska dengan sedikit heran.
"Iya, memangnya kamu belum pulang?" tanya Mika lagi. Giska menggelengkan kepalanya.
"Tidak enak badan katanya," tutur Mika yang lantas berdiri. Mengambil piring kecil siap mengambil cilok untuk sang kakak ipar.
"Mmmm, Ka. Aku mau ambil sendiri dong!" seru Giska dari tempat duduknya.
Mika membalik badannya, "boleh silakan. Kebetulan aku ada temen yang datang tuh," ucap Mika sembari menunjuk pintu masuk Kedai.
Giska yang sudah berdiri, pandangannya mengikuti arah ke mana Mika menunjuk. Lantas Mika pun pergi meninggalkannya. Ia lalu mengambil beberapa cilok dengan rasa kesuakaanya. Sekilas Giska mengerling ke arah sana, ada dua tamu yang Mika temui, satu laki-laki, satu lagi perempuan. Keduanya terlihat tak terlalu jauh usianya, dalam benak Giska 'mungkin keduanya adalah pasangan suami istri.'
"Assalamu'alaikum, mbak, Apa kabar?" Giska melihat ke arah depannya. Ada perempuan yang tadi ia lihat di depan pintu bersama Mika.
Giska tersenyum, "wa'alaikumusallam. Alhamdulillah, baik. Mau pesan cilok?" tanya balik Giska. Ia belum mengerti siapa perempuan yang berdiri di depannya itu. Tersenyum ke arahnya dengan lebar.
Bahkan, gadis itu tertawa lirih, "mbak Giska tidak ingat aku ya?" tanya balik gadis itu. Dengan heran dan bingung Giska menggeleng.
"Ya, sudah tidak apa-apa. Iya Mbak, aku mau cilok nya, satu porsi, semuanya yang isi keju ya Mbak." ujar gadis itu.
"Iya, silakan duduk biar nanti saya antar." kata Giska.
Perempuan yang masih terlihat muda itu mengangguk dan duduk di meja yang ada Mika dam seseorang lagi.
Mika terlihat berdiri lalu mengambilkan minum untuk dua tamunya itu. Giska mendekat dan menyodorkan sepiring cilok dengan isian keju, seperti yang gadis itu pesan.
"Ini, silakan," ucap Giska.
"Makasih, Mbak." kata gadis itu.
"Kamu, ingat nggak Lik, mereka ini siapa?" tanya Mika. Kening Giska berkerut, lalu menggeleng. "Hm, dasar! Mereka ini yang nolong kamu, pas kamu kecelakaan." sambung Mika.
"Ya, Allaah ... astaghfirullah, maaf ya Neng Cantik, aku benar-benar tidak tahu. Soalnya pas sadar, aku nggak lihat siapapun selain suami." ujar Giska dengan tak enak hati pada perempuan itu.
"Namanya Gina, Lik." kata Mika menjelaskan. "Itu, Kakaknya, Gustav." tunjuk Mika pada Gustav yang duduk di depannya.
"Syukron jazakallah khairan, Mas," ucap Giska dengan menunduk lantas kembali mengarah ke gadis yang bernama Gina di depannya, "syukron jazakillah khairan, Neng Gina."
"Wa iyyaki," jawab Gustav sangat lirih. Hampir tak terdengar.
"Sebentar ya, lanjut lagi ngobrolnya, aku tak lanjut melayani pembeli." ujar Mika sembari berlalu. Karena memang sudah ada dua orang lagi yang berdiri di depan gerobak Cilok.
Sedangkan di sana, karena Gina tahu Giska tidak nyaman duduk saat ada sang Kakak. Ia lantas mengajak untuk pindah kursi. Dan Giska menyetujui. Di meja yang tak jauh dari gerobak Cilok kedua wanita yang sama-sama berjilbab panjang itu duduk. Giska juga sempat mengambil cilok nya, agar bisa ngobrol santai dengan Gina.
Sedangkan Mika, saat ia sudah selesai melayani, ia kembali ke meja di mana Gustav duduk. Tersenyum ke arah teman nya itu. "Kamu nggak mau, beneran? Gratis tenang saja." seloroh Mika saat ia kembali duduk.
"Enggak. Aku ke sini hanya untuk mengantar Gina yang suka banget sama cilok di sini," ucap Gustav yang sesekali melirik punggung Giska di depan sana, yang berkali-kali terguncang pelan, mungkin tengah tertawa.
"Jangan di lihatin, kakak ipar aku itu." ujar Mika yang tahu kalau Gustav bolak-balik mengerling ke arah Giska.
"Tapi, aku kayak pernah lihat. Di mana ya ...." ujar Gustav. "Apa dia punya Toko baju?" tanya Gustav selanjutnya.
"Punya, tokonya, 'Anugrah Muslimah,' ada di jalan ...." Mika menyebut Jalan di mana toko Giska berada.
"Oalah, pantesan. Aku pernah ke sana Ka, pas ngambil baju pesanan Ibu." kata Gustav. "Kalau pas kecelakaan nggak terlalu mengenali soalnya keburu di bantu Gina, tahu sendiri waktu itu siku sama lututnya bolong, jadi ya nggak bisa membantu. Di gendong lah dia sama Gina dan beberapa ibu-ibu." jelas Gustav pada temannya itu.
Mika mengangguk-angguk kan kepalanya mendengar penuturan Gustav. Karena seperti itu memang temanya yang satu ini. Mungkin jika Giska belum bersama Mas Malik-nya, mereka berdua akan lebih cocok. Sama-sama agamis.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee