Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.
Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Anggun menghela napas pelan, menatap lurus ke depan tanpa menjawab.
Kala memutar tubuhnya, menatapnya dengan sorot serius. “Anggun, aku sudah memilihmu. Masa lalu tetaplah masa lalu. Aku tidak ingin itu mengusik kita.”
Anggun masih diam. Bukan karena tidak percaya, tetapi karena ada sesuatu yang mengganjal. Dia tidak suka bagaimana Rena muncul begitu tiba-tiba dan memberi kesan seolah ada hal besar yang masih tersembunyi.
Kala mengusap wajahnya frustasi. “Kalau kau diam begini, aku jadi berpikir kau ragu denganku.”
Anggun menoleh perlahan. “Aku tidak ragu denganmu, Kala. Aku hanya… penasaran.”
Kala menarik napas dalam. “Baiklah. Aku akan ceritakan semuanya. Tapi aku ingin kau mendengarnya dengan pikiran terbuka.”
Anggun mengangguk, bersiap mendengar kisah yang mungkin akan mengubah pandangannya tentang Kala.
Kala menyalakan mesin mobil lagi, lalu melajukan kendaraannya ke arah apartemen mereka. Sepanjang perjalanan, dia mulai berbicara.
“Tiga tahun lalu, aku dan Rena bertunangan. Itu perjodohan keluarga, tapi saat itu aku tidak keberatan. Aku pikir dia adalah pasangan yang cocok. Kami sudah mempersiapkan segalanya untuk pernikahan. Tapi dua hari sebelum akad, aku menemukan sesuatu yang tidak bisa kuabaikan.”
Anggun menoleh, menunggu lanjutan ceritanya.
Kala tersenyum miris. “Dia mengkhianatiku. Aku mendapat rekaman video yang menunjukkan dia bersama pria lain di sebuah hotel.”
Anggun membelalakkan mata. “Apa?”
Kala mengangguk. “Aku hancur saat itu. Aku menghadapi keluarganya, tapi mereka malah memintaku menutup mata karena pernikahan kami lebih penting dari segalanya. Aku tidak bisa. Aku membatalkan pernikahan dan memutus semua hubungan dengan Rena.”
Anggun terdiam. Jadi, itu yang terjadi?
Kala menatapnya dengan sungguh-sungguh. “Jadi, kalau dia kembali sekarang, aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau percaya bahwa satu-satunya wanita yang ada di hidupku sekarang adalah kau.”
Anggun menelan ludah, lalu menghela napas panjang. “Aku percaya, Kala. Aku hanya butuh waktu untuk mencerna semua ini.”
Kala tersenyum kecil. Dia menggenggam tangan Anggun erat. “Itu sudah cukup bagiku.”
Anggun balas tersenyum tipis, meski dalam hatinya, dia tahu bahwa masa lalu Kala belum benar-benar pergi dari kehidupan mereka.
Beberapa Tahun Sebelumnya
Kala masih seorang mahasiswa tingkat akhir saat Julie menghilang. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, berbagi bangku sekolah, dan bahkan memilih jurusan yang sama di universitas. Julie adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu menjadi cahaya di hari-hari Kala. Mereka tidak pernah secara resmi menyebut diri sebagai pasangan, tetapi semua orang tahu bahwa mereka tidak terpisahkan.
Namun, suatu hari, Julie menghilang tanpa kabar. Tidak ada pesan, tidak ada perpisahan, hanya keheningan yang menyisakan tanda tanya di hati Kala. Dia mencari ke mana-mana—ke rumah Julie, bertanya kepada keluarganya, teman-teman mereka, bahkan mengecek ke berbagai tempat yang biasa mereka kunjungi. Tetapi, Julie seakan lenyap ditelan bumi.
Awalnya, Kala berpikir Julie hanya butuh waktu sendiri. Namun, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan akhirnya satu tahun berlalu tanpa kabar sedikit pun. Keluarga Julie pun tidak memberi penjelasan yang jelas, hanya mengatakan bahwa dia pergi ke luar negeri untuk sesuatu yang penting.
Kala akhirnya berhenti mencari. Dia belajar menerima kenyataan bahwa Julie mungkin tidak akan kembali. Hatinya remuk, tetapi dia tetap melanjutkan hidupnya, menenggelamkan diri dalam kesibukan, hingga akhirnya bertemu Rena dan mulai menjalin hubungan baru.
Namun, bertahun-tahun kemudian, Julie kembali ketika Kala telah bersama dengan Rena.
Kala tidak tahu harus bereaksi bagaimana ketika tiba-tiba dia melihat sosok itu berdiri di depan kantornya. Wajahnya tidak banyak berubah, hanya lebih dewasa, dengan sorot mata yang lebih matang. Tapi senyum yang dulu selalu membuat Kala merasa tenang kini terasa asing.
“Julie?” Kala hampir tidak percaya dengan penglihatannya.
Julie tersenyum samar. “Hai, Kal.”
Kala terdiam. Perasaan lama yang pernah dia kubur mulai bangkit kembali. Tapi, lebih dari itu, ada kemarahan, kekecewaan, dan begitu banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan.
“Mengapa kau pergi?” Itulah pertanyaan pertama yang akhirnya keluar dari mulutnya.
Julie menunduk sejenak sebelum menatapnya dengan ekspresi penuh penyesalan. “Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan saat itu.”
Kala tertawa pendek, penuh kepahitan. “Jadi, kau memilih pergi begitu saja? Tanpa sepatah kata pun? Tanpa memberi tahu aku alasanmu?”
Julie menatapnya dengan sorot mata penuh rasa bersalah. “Kal, aku tahu aku menyakitimu. Aku tidak berharap kau memaafkanku begitu saja. Tapi, aku ingin kau tahu bahwa aku tidak pernah melupakanmu.”
Kala menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. “Dan sekarang? Setelah bertahun-tahun, kau tiba-tiba kembali? Untuk apa?”
Julie terdiam sesaat, lalu berkata pelan, “Untuk menjelaskan segalanya. Untuk meminta kesempatan kedua.”
Anggun mendengarkan cerita Kala dengan seksama.
"Aku mengerti, sudah cukup ceritanya. Lagi pula kita menikah hanya satu tahun kan?" Anggun berusaha tenang meski hatinya terasa kesal dan sesak. Ada beban berat yang membuat dadanya terasa sesak.
Sejurus dengan Kala yang tertegun mendengar jawaban Anggun. Dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu apakah masih ada tempat untuk Julie di hidupnya. Karena sekarang, ada Anggun.
Dan dia tidak ingin kehilangan Anggun seperti dia kehilangan Julie dulu.
Kala menggenggam tangan Anggun erat. “Anggun, jangan berkata seperti itu. Aku tidak ingin pernikahan kita hanya bertahan satu tahun.”
Anggun tersenyum tipis, meskipun sorot matanya masih menyimpan kebimbangan. “Aku hanya mencoba realistis, Kala. Aku tahu kau akan berusaha mencintaiku, aku percaya padamu, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa masa lalumu terus berdatangan.”
Kala menghela napas dalam. Dia tahu ini tidak mudah bagi Anggun. Julie dan Rena, dua wanita dari masa lalunya, kembali muncul dalam hidup mereka, mengusik kebahagiaan yang baru saja mereka bangun.
“Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu kita,” ujar Kala tegas.
Anggun menatapnya, mencari ketulusan dalam ucapannya. “Apa kau yakin? Julie pernah menjadi bagian besar dalam hidupmu, dan Rena… dia mantan tunanganmu.”
Kala mengusap wajahnya frustasi. “Anggun, dengarkan aku. Julie sudah pergi bertahun-tahun lalu, dan saat dia kembali, aku tidak merasakan apa pun lagi. Rena? Aku membatalkan pernikahan kami karena dia mengkhianatiku. Aku memilihmu, dan aku akan terus memilihmu.”
Anggun ingin mempercayai kata-kata itu, tetapi hatinya tetap resah. Dia bukan tipe wanita yang suka mendramatisasi sesuatu, tetapi situasi ini terlalu rumit untuk diabaikan begitu saja.
Kala menatapnya lama. “Jika kau butuh waktu, aku akan memberikannya. Tapi jangan pernah berpikir bahwa aku akan melepaskanmu.”
Anggun akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah.”
Kala tersenyum kecil dan mengecup punggung tangannya. “Terima kasih.”
Namun, jauh di lubuk hati Anggun, dia merasa bahwa badai belum benar-benar berlalu. Dan firasatnya benar. Karena keesokan harinya, sebuah berita mengejutkan muncul di layar ponsel Kala.
"Mantan tunangan Kala Adipradana, Rena Suryadi, dikabarkan kembali untuk merebut hati CEO muda tersebut. Kebenaran di balik pembatalan pernikahan mereka akhirnya terungkap?"
Kala mematung, sementara Anggun yang membaca berita yang sama hanya tersenyum tipis.
“Sepertinya aku tidak perlu menunggu lama untuk melihat seberapa kuat keyakinanmu padaku, Kala.”