Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Cerita Marni
Riana menemui Marni, teman SD yang sudah menikah lebih dulu dan dia menggunakan jasa dukun Parjo. Di doakan agr cepat dapat jodoh, entah kebetulan atau bagaimana. Marni setelah dua bulan di doakan oleh dukun Parjo dia langsung ada yang melamar. Riana ingin tahu cerita Marni tentang dukun Parjo itu.
"Neng Riana? Ada di kampung?" tanya ibunya Marni.
"Iya bu, cuti. Jadi bisa pulang. Marni kemana bu?" tanya Riana.
"Ada di belakang." kata ibunya Marni.
"Oh ya, masih jualan bubur ayamnya kan bu?" tanya Riana.
"Masih, tuh Marni lagi bikin kuahnya dulu. Neng Riana mau bubur ayam?"
"Iya bu, satu mangkok ya."
"Iya neng. Neng, ajak bicara Marni ya. Dia kebanyakan diam. Sejak menikah dia sering diam dan sering melamun juga." kata ibunya Marni.
"Lho kenapa?" tanya Riana heran.
"Ngga tahu neng, ibu jadi pusing. Tapi anaknya sih selalu nurut kalau di suruh, cuma itu. Sering melamun." kata ibunya Marni lagi.
"Iya bu. Saya ke belakang dulu." kata Riana.
"Iya neng."
Riana pun masuk ke dalam, pergi ke dapur menemui Marni yang sedang memasak. Rumah yang sama, tidak berbeda dari dulu dia sering main dengan Marni. Rumah ibunya saja sudah berubah karena banyak renovasi dari uang yang sering dia kirim.
Riana melihat Marni sedang mengaduk masakan sambil melamun. Terlihat wajah sedihnya jelas sekali, Riana mendekat dan berdiri di samping Marni.
"Marni." panggi Riana.
Marni menoleh ke samping, menatap Riana dengan heran. Lalu terkejut matanya membelalak.
"Riana?!"
"Iya. Kenapa kamu melamun?" tanya Riana.
"Oh Riana, kamu sekarang berbeda ya. Tambah cantik." kata Marni menatap Riana dari atas sampai bawah.
"Ngga kok, aku sama aja dengan yang dulu." kata Riana merendah.
"Iya, kamu sama aja dengan yang dulu. Belum menikah, pasti kamu senang ya." kata Marni tiba-tiba murung.
"Kan kamu sudah menikah, enak kamu dong. Ngga ada yang menggunjingkan kamu, bahkan ibu kamu juga senang kamu sudah menikah." kata Riana.
"Iya. Tapi ... Aku tidak bahagia Ri, suamiku justru sering pergi." kata Marni.
"Kenapa?" tanya Riana penasaran.
Marni diam, dia menunduk malu. Menatap ke arah Riana lalu menghela nafas panjang. Riana semakin penasaran kenapa Marni semakin murung.
"Marni, dulu kamu kan sebelum menikah ibumu minta di doakan sama dukun Parjo dan kamu langsung dapat jodoh. Itu kan enak Marni." kata Riana memancing agar Marni bercerita tentang dukun cabul itu..
Berharap dari cerita Marni, ibunya tidak menyuruhnya minta di doakan sama dukun Parjo dengan syarat keperawanan di gadaikan oleh dukun itu. Semua warga di kampung itu tahu, tapi mereka masih percaya pada dukun Parjo itu.
Namun, semakin teknologi canggih. Banyak juga anak gadis yang tidak mau di jodohkan atau di mintai doa sama dukun Parjo. Ibunya tidak memaksa, tapi justru berbeda dengan ibunya Riana.
"Marni, aku merasa dukun Parjo itu menipu." kata Riana memancing lagi agar Marni bercerita.
"Benar Ri, tapi ibu-ibu di kampung ini banyak yang percaya sama dukun itu." kata Marni.
"Kalau ada yang berani mengungkap penipuan dukun Parjo itu. Kurasa akan terbongkar dan bisa di laporkan sama polisi." kata Riana.
"Mana bisa Ri, dia kuat." kata Marni.
"Coba kamu cerita sama aku Mar, bagaimana awalnya ibumu minta doa sama dukun Parjo itu. Dan kamu juga menyerahkan keperawananmu sama dia kan?" tanya Riana ragu.
Marni diam, lalu mengangguk malu. Dia malu sekali dengan perlakuan Parjo padanya dulu.
"Memang begitu syaratnya Ri jika ingin minta doa sama dukun itu. Aku sebenarnya tidak mau, tapi ibu memaksa. Dan dua bulan kemudian aku di lamar, sempat percaya sama doa dukun Parjo Ri. Tapi kamu tahu, calon suamiku itu memang di siapkan dukun Parjo untuk melamarku." kata Marni.
"Maksudnya bagaimana?" tanya Riana semakin tidak mengerti.
"Jadi, dukun Parjo itu sudah mengira kalau ada yang datang padanya. Pasti minta di doakan dapat jodoh, dia cari pemuda yang bisa di bujuk untuk menikahi gadis yang minta doa padanya. Kalau pemuda cocok, mereka senang meski calon istrinya keperawanan di ambil dukun Parjo. Yang penting cocok dan dia suka sama gadis itu. Tapi berbeda denganku, Ri. Suamiku itu tidak suka sama aku. Dia mau menikah karena di suruh pak Parjo. Sedangkan dia sendiri sudah punya istri di luar kampung ini." kata Marni dengan sedih menceritakan pada Riana.
Sangat miris sekali, ternyata memang ada permainan masalah jodoh. Bukan datang sendiri, tapi sudah di rencanakan oleh dukun Parjo sendiri.
Marni membuatkan bubur untuk Riana, dia senang Riana datang ke rumahnya. Bisa bercerita tentang dirinya dan juga sewaktu mereka masih kecil. Marni tahu Riana suka bubur buatan ibunya.
"Terus kamu bagaimana dengan suamimu itu Mar?" tanya Riana menghabiskan buburnya.
"Ngga tahu Ri, dia akhir-akhir ini jarang pulang." kata Marni.
"Kalau dia pulang, bicarakan baik-baik. Bagaimana sebaiknya hubunganmu dengan suamimu itu. Tapi, apa ibumu tahu tentang ceritamu itu?" tanya Riana.
"Ngga Ri, aku takut ibu ikutan sedih dan kecewa." kata Marni.
"Lho, kan itu juga karena ibu kamu. Dulu kamu mau atau tidak di ajak ke dukun Parjo itu?" tanya Riana.
"Ngga Ri, tapi ibu memaksa. Aku inginnya seperti kamu, kerja di kota dan bisa menghidupi ibu di kampung. Tapi ibu malu punya anak belum menikah juga, akhirnya ibu meminta doa sama pak Parjo." kata Marni.
Sedih memang cerita Marni, tapi mau bagaimana lagi. Semuanya sudah terjadi, jika waktu itu dia tahu Marni ingin bekerja sepertinya. Dia akan membawanya juga pergi dari kampung ini.
Ada rasa bersalah di hati ibu Marni, setelah mendengar cerita Marni. Dia tidak sengaja mendengar Marni dan Riana mengobrol di dapur. Begitu dia serius mendengar Marni bercerita, kini dia menyesal. Suara bersin membuat kaget Marni dan Riana.
"Hachih! Hachih!"
Riana dan Marni menoleh ke arah orang yang bersin itu. Marni terpaku, dia takut ibunya mendengar ceritanya pada Riana.
"Bu." ucap Marni.
"Marni, maafkan ibu." kata ibunya Marni mendekat pada anaknya.
"Maaf kenapa bu?" tanya Marni.
"Ibu tadi dengar kamu bercerita sama neng Riana. Maaf kalau ibu memaksa kamu pergi ke dukun Parjo." kata ibunya Marni.
Marni diam, dia menunduk dalam. Pada akhirnya, ibunya pasti tahu tentang ceritanya yang selama ini dia simpan rapat-rapat. Tapi dia tidak kuat untuk terus menahan masalahnya selama ini sendirian. Marni menatap Riana, dia harus mencegah ibunya Riana meminta doa pada dukun Parjo.
"Ri, kamu harus menolak permintaan ibu kamu minta doa sama dukun Parjo." kata Marni.
"Sudah, bahkan pagi ini ibu pergi kesana." kata Riana.
"Gawat itu neng, jangan sampai nasib neng Riana sama dengan Marni. Neng harus segera pergi lagi ke kota." kata ibunya Marni.
"Ngga bu, aku harus melawan permintaan ibuku. Ibu tenang saja, aku bisa kok menolak permintaan dukun Parjo. Dan juga ingin membongkar penipuan dukun Parjo." kata Riana.
Marni dan ibunya saling pandang, mereka tidak mengerti apa yang akan Riana lakukan. Dengan wajah penuh percaya diri, Riana mengangguk pasti dengan apa yang dia katakan itu. Ya, Riana ingin membongkar kegiatan penipuan yang di lakukan oleh dukun Parjo di kampungnya.
_
_
*********************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌
tapi apakah Bu naimah tau ya klo suaminya menikah lagi🤔
bisa salah paham ibumu Riana🤦
terima resiko 🤦😁😁