Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda berbakat bernama Palette. Ia terlahir sebagai pelukis yang luar biasa. Kemampuan istimewanya menyeretnya masuk ke dalam masalah hidup yang jauh lebih pelik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup Setelah Kehilangan
Kehidupan bagi keluarga Palette terasa amat berbeda setelah di rumah mereka tidak ada lagi ayah dan kakak tertua bagi Jack dan Eliana.
Kini Susan seorang diri yang harus bertanggung jawab menjadi penuntun arah bagi kedua anaknya tanpa sosok suami.
Muka muram terlukis di wajah-wajah mereka. Tertawa yang tadinya begitu mudah untuk diciptakan menjadi terasa begitu sukar.
Pada malam hari masih terdengar isakan tangis kerinduan yang disembunyikan.
Beberapa bulan berselang setelah wafatnya suami dan anak pertamanya. Susan sebagai seorang ibu yang sekarang merangkap menjadi kepala rumah tangga mengumpulkan anggota keluarga yang tersisa.
Susan ingin berbicara serius dengan Jack dan Eliana.
Pada malam itu Susan memberikan penjelasan tentang kondisi ekonomi keluarga mereka setelah Rob dan Oliver tiada. Pemasukan keuangan untuk keluarga mereka berkurang signifikan.
Hasil dari kerja paruh waktu yang dilakukan oleh Susan hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Dengan uang simpanan keluarga Susan berencana mengirim Eliana ke sekolah asrama khusus untuk anak perempuan. Di sana fasilitas dan mutu pendidikannya lebih bagus. Dan semuanya sudah dijamin termasuk makan dan tempat tidur.
Susan yakin dengan kecerdasan putrinya. Eliana pasti bisa diterima di sekolah asrama putri tersebut.
Jika Eliana masuk ke sekolah asrama putri maka beban Susan setiap harinya akan menjadi lebih ringan. Ia bisa mengambil waktu lebih lama untuk bekerja dan hanya perlu mengawasi Jack yang sudah mandiri.
Susan tidak begitu terlalu mencemaskan Jack. Anaknya yang satu ini benar-benar sangat kreatif.
Susan yakin bahkan jika ia meninggalkan Jack selama sebulan di rumah sendirian anak laki-lakinya itu sudah tahu caranya untuk bertahan hidup.
*
Pagi di hari Minggu,
Jack tidak membuka lapak lukisan seperti hari kemarin. Ia tengah asyik melukis sendiri.
Jack melukis tempat-tempat indah di kota Potrait. Tempat-tempat yang paling disukai oleh adiknya Eliana.
“Hei nak”,
“Bukankah kamu si Palette?’, tanya seseorang yang tidak dikenal.
“Ya benar, aku Palette”,
“Namaku Jack, Jack Palette”, jawab Jack.
“Kalau begitu aku ingin kamu melukis kami berdua”, pinta seseorang itu yang datang bersama pasangannya.
“Maafkan aku, tapi hari ini aku sudah dipesan untuk melukis pemandangan kota Potrait”, jawab Jack menolak.
Jack melukis dari pagi hingga malam sebelum akhirnya ia pulang ke rumah.
“Bu, dari sejak bangun tidur aku belum melihat Jack”,
“Pergi kemana dia?”,
Eliana bertanya kepada Susan saat makan malam.
“Tadi pagi kakakmu bilang kepada ibu kalau dia sedang ada proyek besar”,
“Dia akan melukis dari pagi sampai malam”,
“Sebentar lagi Jack pasti kembali”, jawab Susan.
Beberapa saat kemudian setelah Eliana dan Susan selesai makan malam.
“Aku pulang”,
Jack akhirnya pulang sampai di rumah.
“Hei, kemana saja kamu Jack? Kenapa tidak mengajakku?”,
“Kata ibu kamu sedang mengerjakan proyek besar”,
Eliana menghakimi Jack begitu kakaknya tiba di rumah.
“Itu benar, makanya aku perlu berkonsentrasi penuh”,
“Lagi pula hari ini aku tidak membuka lapak”,
“Jadi aku tidak perlu mengajakmu”, jawab Jack.
Jawaban Jack sama sekali tidak menyenangkan hati adiknya. Malah justru membuat Eliana memasang muka cemberut.
“Ini”,
Jack memberikan sebuah buku besar yang terbuat dari lembaran-lembaran kanvas yang disatukan.
“Apa ini?”, tanya Eliana menerimanya.
“Itu adalah proyek besarku hari ini”,
“Dari pagi sampai malam aku membuatnya”, jawab Jack.
Eliana pun membuka buku besar berisi lukisan-lukisan karya kakaknya.
Wajah Eliana begitu cepat berubah setelah mengetahui isi dari gambar-gambar di dalamnya.
Eliana terperangah sampai menutup mulutnya yang menganga. Matanya begitu berbinar melihat apa yang digambarkan di dalam lukisan-lukisan.
“Jack ini untukku?”,
Eliana menghampiri Jack sambil memeluk erat kakaknya.
“Bawalah lukisan-lukisan itu bersamamu”,
“Supaya kamu selalu ingat kepada kami dan merindukan Potrait”, kata Jack.
“Aku menyayangimu Jack”,
Eliana terharu sampai menangis.
Isi gambar-gambar itu adalah lukisan-lukisan kota Potrait tempat-tempat kesukaan Eliana. Dan orang-orang yang selalu peduli dan mencintai Eliana.
Di dalam buku itu juga ada lukisan Jack, Oliver, Susan dan Rob bersama Eliana.
Besok pagi Susan akan mengantar Eliana pergi ke sekolah asrama putri. Eliana berhasil diterima di sekolah tersebut.
Malam harinya,
“Jack geser sedikit”,
Jack yang sudah sangat lelah dan mengantuk menurutinya.
Malam itu Eliana mengendap-endap ke ranjang kakaknya untuk tidur di samping Jack. Sama seperti waktu kecil dulu Eliana suka membangunkan kakak-kakaknya ketika ia ketakutan di tengah malam.
Tapi malam ini Eliana melakukannya sebagai sebuah salam perpisahan. Karena setelah besok berangkat ke sekolah asrama. Eliana akan sibuk dan tidak punya kesempatan lagi untuk bergurau dan menjahili kakaknya.
Tanpa diminta Jack memeluk Eliana di malam mereka terakhir bersama.