MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
BAB 13
Hampir jam 10 malam ketika Reza datang ke kediaman Geraldy.
Dan jangan lupa, tampan pemberi tahuan.
Emira harus susah payah mengucek matanya yang mulai terasa sepet sulit diajak bekerja sama.
“Za … ngapain di sini? aku ngantuk nih, kan siang tadi kita udah ketemuan, aku mau tidur, pulang gih …” usir Emira tanpa perasaan.
Tapi yang diusir justru tersenyum, melihat Emira dalam pose wajah tak karuan saja sudah membuat nya teramat bahagia, begitulah aneh nya sebuah cinta.
Reza mendekat dan menarik Lengan Emira dengan lembut.
“Ada yang harus aku katakan padamu,”
“Harus banget sekarang?”
“Yah … karena aku tak mau lagi menyimpannya seorang diri.”
Emira memang setengah terpejam, tapi instingnya mulai bangun, efek samping menjadi dokter residen selama dua tahun.
“Takutnya besok jawabanmu berubah.”
Emira mulai membuka matanya, walau teramat sangat malas.
“Iya … iya … iya … ada apa?” Emira duduk di undakan tangga yang menjadi pembatas teras dengan halaman.
Reza cengengesan melihat tingkah Emira, ia pun ikut duduk di sisi gadis itu.
Walau gugup, tapi Reza mencoba bersikap se natural mungkin.
Tanpa permisi, Reza menggenggam erat kedua telapak tangan Emira. “Aku ingin kamu mempertimbangkan perasaanku lagi.”
“Duh Za … kok ngomongin itu lagi sih, udah berapa kali aku bilang, kita hanya teman, aku tak ingin kamu menunggu perasaanku yang tidak jelas,”
“Aku tak peduli, kamu masih mencari Arjuna kan? hingga kamu menemukannya, hanya hingga saat itu tiba, izinkan aku yang berada di sisimu.”
Emira memejamkan kedua matanya, “Entah, aku sendiri tak tahu seperti apa kini bentuk perasaanku padanya, kenapa kamu tiba tiba membicarakannya, aku memang mencarinya, tapi aku ingin melupakannya, laki laki sialan yang tidak berani mengungkapkan perasaannya,”
“Kalau begitu, izinkan aku mengisi tempatnya, aku akan membantumu melupakannya.”
“Aku tak ingin menyakitimu … kamu pasti terluka, kamu tak pantas mendapatkan luka, kamu layak mendapatkan gadis yang lebih baik.”
“Aku tahu, tapi bagiku, gadis terbaik itu tetap kamu, aku tak ingin yang lain.”
"Plis Za... jangan membuatku merasa bersalah padamu, pada mami Elena yang sangat menyayangimu."
"Aku gak minta di kasihani,"
Sunyi.
Pandangan mereka beradu.
"Aku lelaki, pantang mengemus belas kasih,"
"Lalu, yang sedang kamu lakukan sekarang apa?"
"Berjuang..."
"Berjuang mendapatkan mu, gadis yang sejak beberapa tahun lalu aku cinta, bahkan semakin lama membuatku semakin takut, kalau kamu akan memilih pria lain."
.
.
.
Kehebohan kembali terjadi,
Pagi itu Emira sudah menempel di pelukan daddy Alex, meminta diusap punggung dan kepalanya seperti dulu, dan jangan lupakan si bocah gembul chaby yang lucu, bermata kebiruan, dan rambut kecoklatan, Kevin versi anak anak, ia meradang marah, cemburu luar biasa, tak terima karena opa kesayangannya di peluk oleh seorang gadis yang sejak lama jadi musuh bebuyutannya, tapi bukan Emira namanya jika mengalah begitu saja, ia semakin erat mendekap daddy Alex, hingga membuat Daniel marah besar.
“Aunty …!! menyingkir dari sana.” perintah Daniel.
“Gak mau … ini daddy ku, tuh daddy kamu peluk aja dia.” jawab emira dengan songong nya, sementara jari nya menunjuk Andre yang tengah bercengkrama dengan anak gadisnya Luna di meja makan.
“Pergi gaak?” Daniel menarik lengan Emira, namun sekeras apapun usahanya untuk menyingkirkan Emira, tubuh gembulnya tak mampu menggeser Emira dari pelukan daddy Alex.
Daddy Alex mencoba menjadi penengah, dengan mengulurkan lengan kanannya, di satu sisi ia merindukan gadis kecilnya yang manja, tapi disisi lain ia tak tega melihat cucu kesayangannya murka karena cemburu.
Tentu saja Daniel menolak tegas hal itu, ia adalah pemimpin, yang tertua diantara para pasukannya, ia tak ingin harga dirinya jatuh di hadapan Darren, Luna, Dean, Danesh, dan Bee.
“Tidak, singkirkan dulu aunty dari pelukan opa.” perintah Daniel.
“Tidak boleh, hari ini daddy milikku,” Emira meraih lengan daddy Alex yang semula terulur untuk memeluk Daniel.
Gadisya yang mulai melihat situasi tidak kondusif mulai mendekati putra sulungnya. “Ayo sayang kita bersiap, kamu harus ke sekolah, lihat Luna dan Darren sudah siap.” Gadisya menunjuk kedua anaknya yang sudah rapi dengan seragam mereka, sementara Daniel masih mengenakan piyama usai menghabiskan sarapannya, “bagaimana jika Naya tiba di sekolah lebih dulu? bukankah itu akan membuat Naya semakin suka karena ia bisa mengejekmu?”
Tak tinggal diam, Kevin pun ikut membantu, “Ayo sayang, mandi sama papa.” Kevin mengakhiri perdebatan Daniel dan Emira, dua musuh bebuyutan, yang selalu membuat nya sakit kepala jika sudah memperebutkan papi Alex.
Kevin menggendong putra sulungnya, kemudian membawanya ke kamar mandi. “Jagoan papa tidak boleh cengeng, katanya pemimpin.”
“Kalau jadi pemimpin tidak boleh cengeng pa?”
“Iya … harus tegas, tapi tidak galak.”
“Bohooong banget !!! … dulu abang juga cengeng,” teriak Emira dari depan pintu kamar mandi, kemudian berlari dengan seringai kemenangan di wajahnya.
Kevin mengumpat dalam hati, ‘Awas kamu anak bawang, tunggu pembalasanku,’
Kemudian kembali tersenyum seraya membilas busa sabun yang memenuhi tubuh putranya. “Jangan dengarkan perkataan aunty, dia hanya mencoba membuatmu marah,”
“Tapi aunty sudah merebut opa dariku?”
“Dengar, opa Alex bukan barang yang bisa di perebutkan,”
Daniel masih memasang wajah cemberut, “papa punya satu rahasia.”
“Rahasia apa pah?” tanya Daniel antusias.
Kevin pun berbisik, seraya mengeringkan tubuh Daniel dengan handuk.
Mendadak wajah Daniel cerah berseri, “Benar begitu pah?”
“Tentu saja benar, kapan papa pernah berbohong padamu?” Daniel tersenyum bahagia. “Nah ayo cepat berangkat, kasihan pak wawan menunggu terlalu lama, lagi pula jika kalian terlambat, Naya akan semakin senang mengejek mu, begitupun Darren yang akan menangis jika Clara kembali mengoloknya.”
Daniel meletakkan telapak tangan di dahinya sebagai tanda penghormatan pada sang papa, secengeng apapun Daniel, ia tetap merasa bahwa melindungi adik adiknya, adalah bagian fari tugasnya sebagai pemimpin.
“Good boy.” Kevin mencium sayang pipi Daniel.
“love you papa.”
“Love you to boy …”
.
.
.
next... othor pertemukan Arjuna dan Emira... tunggu nanti sore yah...
Sarangeeeee 💘💘