Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Rania Diinterogasi Oleh Keluarganya
"Eee...kok kamu gak pernah cerita sama bunda sih? " protes bu Vika kesal.
"Belum yakin aja bun. " jawab Rania.
"Trus kalian ketemu dimana? " tanya bu Vika.
"Kapan ketemunya? " ganti tante Rania yang bertanya.
"Keluarganya gimana? " sahut pak Burhan.
"Cerai hidup apa cerai mati seperti Tommy? " bundanya bertanya lagi.
"Ya Allah banyak sekali pertanyaannya, berasa interview masuk kerja. " tukas Rania mendadak migrain.
"Lah kan wajar kita tanya? Ketemunya sebelum om kenalkan sama Tommy atau sesudahnya? " tanya bu Vika.
Rania inhale exhale dulu lalu meneguk air putihnya hingga tandas.
"Ayo dong Nia, ditunggu ini ceritanya. " ujar bu Vika yang udah gak sabar pingin tahu cerita asmara terbarunya Rania.
"Kita ketemunya sebelum bertemu mas Tommy, sepertinya... " Rania berpikir sejenak memastikan jawabannya benar.
Bu Vika, bu Risa dan pak Burhan menyimak cerita Rania dengan raut wajah serius.
"Eh ralat, waktu itu ketemunya setelah bertemu dengan mas Tommy. Ban motor Nia kan bocor waktu berangkat ke sekolah. Nia terpaksa nuntun sepeda motor melewati genangan air bekas hujan semalam."
"Truuuusss...?"
"Lewatlah Kenzi..."
"Kenzi!!!
Ketiganya koar menyebut nama Kenzi. Semoga Kenzi gak kesedak, ketika ada yang gibahin dirinya.
"Iya Kenzi...dia mengendarai motor dengan tergesa-gesa, menyebabkan genangan air mengenai Nia. Jelas Nia marah-marah, sebetulnya mengenai motor sih, kena cardigannya Nia sedikit, gak ngaruh juga. Tapi ya tetap jengkel lah Nia dan ternyata Kenzi berhenti dan minta maaf, lalu membantu Nia mencarikan tukang tambal ban." ujar Rania lalu berhenti bercerita karena haus.
Dia meminta jeda sebentar untuk mengambil minum didespenser.
"Lalu...ayo lanjut?" pinta bu Vika gak sabaran.
"Ya udah, Kenzi carikan tukang tambal ban, bantu Nia bawa motor ke sana. Setelah itu kita berpisah, Nia lupa tanya namanya." jawab Rania terkekeh mengingat dirinya saking terklepek-klepek dengan ketampanan Kenzi lupa gak tanya nama dan nomor ponselnya.
"Hhhh...jomblo terlalu lama sih, jadi telmi. " sindir bu Vika.
Rania hanya cengengesan dan melanjutkan ceritanya.
"Pertemuan kedua, gak disengaja juga. Kita bertemu di cafe. Kenzi membeli kopi sedangkan aku lagi nongkrong untuk membuat bahan ngajar untuk hari senin. Kalo gak salah, Nia kesananya setelah pulang jalan-jalan dengan mas Tommy dan Hana." tukas Rania.
"Wah seru juga ceritanya...trus kamu samperin? " tanya bu Risa.
"Enggak dong tan, Nia fokus ke tablet, ya gak tahu kalo dia datang. Kenzi yang menghampiri Nia, ternyata dia masih ingat Nia. Dari situ lah kita berkenalan dan tukar nomor ponsel." jawab Rania.
"Dan pertemuan selanjutnya? " tanya bu Vika lagi.
"Ya Kenzi ajak ketemu keesokan harinya setelah pulang kerja, di cafe itu lagi. Kita ngobrol banyak, tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Setelah itu, pertemuan selanjutnya makan siang bersama." jawab Rania.
"Dan kapan kamu dilamarnya? " tanya bu Vika.
"Waktu makan siang. " jawab Rania.
"Pertanyaan om dan bundamu belum kamu jawab." sela pak Burhan.
"Oya, dia tiga bersaudara om. Dia anak kedua, kakaknya laki-laki dan adiknya perempuan. Kedua orang tuanya sudah tiada." jawab Rania.
"Aduh kasihan...trus ? " tanya bu Risa.
"Ya trus, dia duda hidup tanpa anak. Dia menceraikan mantan istrinya karena selingkuh." jawab Rania.
"Oya? Biasanya yang selingkuh laki-laki, ternyata perempuan juga berani selingkuh. " tukas bu Risa.
"Yang namanya selingkuh gak lihat jenis kelamin tan. Entah apa yang salah dalam rumah tangga mereka." sahut Rania.
"Hmmm iya juga sih. " jawab bu Risa
"Trus dia kerja dimana Nia? " tanya pak Burhan.
"Dia punya perusahaan sendiri, dibangun bersama temannya. Semacam perusahaan informasi teknologi gitu om. " jawab Rania.
"Tunggu...om kok jadi berpikir Kenzi yang kamu kenal Kenzi Yoshikuzi. Siapa nama lengkapnya? " tanya pak Burhan.
"Nia gak tanya juga om. Yang Nia tahu, aksen wajahnya blesteran bule dan asia gitu. " jawab Rania.
"Ah papa, yang namanya Kenzi kan banyak. Yang penting Kenzi ini statusnya beneran duda cerai hidup tanpa anak. Tante sarankan, Nia tanya lagi selingkuhnya karena apa? Bukannya mau ngorek kehidupan masa lalunya, tapi tante rasa itu penting. Kalo cerai karena kesalahan mantan istrinya dan Kenzi selama ini sudah berusaha memenuhi kebutuhan lahir bathinnya. Ya berarti emang mantan istrinya gak bersyukur. Tapi kalo kesalahan dari pihak Kenzi, itu yang patut dipertanyakan. Letak kesalahannya dimana? Jangan sampai kamu merasakan juga penderitaan mantan istrinya. " ujar bu Risa.
Rania berpikir sejenak, betul juga apa yang dikatakan tantenya.
"Aku akan tanyakan lagi tan. " ujar Rania.
"Tapi kamu belum mengiyakan lamarannya kan? " tanya bu Vika.
"Belum bun, aku minta waktu seminggu untuk berpikir. " jawab Rania.
"Seminggu? Kamu belum mengenalkan dia dengan bunda. Kok bisa kamu minta waktu berpikir hanya seminggu? " protes bu Vika.
"Begini saja, kamu undang dia diacara pembukaan restoran om besok sabtu. Kalo memang dia serius melamar kamu, tentunya dia mau datang memperkenalkan dirinya kepada kami. " tukas pak Burhan.
"Iya om. " jawab Rania.
"Jangan sayang, kita gak akan bisa ngobrol banyak dengan dirinya. Kita undang makan malam di restoran kita, malam sebelum acara pembukaan restoran baru." tukas bu Risa.
"Oiya betul juga, kita bisa mengobrol santai." ujar pak Burhan.
"Bukannya restoran belum buka om? Peresmiannya baru esok harinya kan? " tanya Rania bingung.
"Memang belum, tapi malam harinya om sama tante memang ingin mencoba makan malam disana. Maka kesempatan kamu ajak Kenzi bertemu kita." tukas pak Burhan.
"Baiklah, Nia akan kasih tahu dia dulu ya om. Semoga Kenzi bisa meluangkan waktunya untuk makan malam bersama." jawab Rania.
"Bunda bersyukur banget kalo memang dia serius dengan kamu Nia." tukas bu Vika.
"Do'akan saja bun, kalo dia langsung melamar Nia, pastinya dia serius, semoga dia memang pria yang baik yang dikirim Allah untuk menjadi pendamping Nia." jawabnya lalu merangkul bundanya yang duduk disebelahnya.
Malam harinya, Nia hendak menghubungi Kenzi dari dalam kamarnya. Dia harus bertemu dengan Kenzi kembali. Ternyata, Kenzi juga merasa bahwa dia harus menghubungi Nia untk mengajaknya bertemu kembali.
Ketika Nia sedang menulis pesan kepada Kenzi untuk menanyakan apakah dirinya bisa menghubunginya, ternyata Kenzi menelponnya terlebih dahulu.
"Halo assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikumsalam."
"Maaf Nia mengganggu waktumu." ujar Kenzi dari balik telponnya.
"Gak pa pa mas, tahu gak, aku sebetulnya juga mau menelponmu." tukas Rania tergelak.
"Oiya, berarti sehati dong kita." sahut Kenzi tertawa.
"Iya mungkin hehe... " jawab Rania ikut tertawa.
"Nia, ada yang perlu aku bicarakan lagi kepadamu, ini tentang masalah keluarga yang baru aku ketahui tadi." tukas Kenzi.
"Oya, kelihatannya penting sekali mas." ujar Rania menganalisa nada bicara Kenzi yang penuh penekanan.
"Iya Nia, menyangkut hubungan kita juga. Besok sepulang kerja bisa kita bertemu? " tanya Kenzi.
"Bisa, dimana mas? " tanya Rania yang jantungnya serasa berdegup kencang.
"Di cafe yang biasa kita bertemu bagaimana? " tanya Kenzi.
"Boleh mas. Nia tunggu ya besok. " ujarnya.
"See you tomorrow." tukas Kenzi.
"Iya." jawab Rania.
Hening sejenak...
"Nia! "
"Iya."
"Don't worry, i still love you."
Rania merasakan desiran angin didalam hatinya. Ada harapan muncul kembali. Bahwa besok yang akan disampaikan oleh Kenzi tidak merubah keputusan Kenzi tetap melamar dirinya.
"Nia... "
"Iya... "
"Kok diam?"
"Maksudnya? "
Rania pura-pura gak tahu perkataan Kenzi.
"Balas dong, i love you too.
" I love you too mas."
Kenzi tersenyum dari balik telponnya. Berharap besok ketika Kenzi bercerita tentang keberadaan Kevin, Rania tidak berubah pikiran atau lebih parah, menuduh Kenzi berbohong kepadanya.
"Mas... "
"Iya...kenapa? sudah kangen sama mas? "
"Bukan..."
"Lalu apa? Gak sabar pingin ketemu mas besok? "
"Bukan juga."
"Trus mau ngomong apa? "
"Udahan dulu ya telponnya...aku..."
"Kenapa? lapar? udah makan malam kan?"
"Hadeh mas ih, nyerocos aja."
"Iya udah kenapa? "
"Nia kebelet pipis..."
"Ya udah bawa aja hpnya kekamar mandi. Aku juga gak bisa lihat kan. "
"Ya Allah, gak ah...Udahan dulu ya."
"Tapi aku masih ingin ngobrol."
"Massss...aduh udah kebelet nih...bye..."
Tanpa menunggu jawaban dari Kenzi, Rania langsung menutup sambungan telponnya. Sumpah kebelet banget, Rania melempar ponselnya diatas kasur dan dia berlari menuju kamar mandi.
Kenzi terkekeh saja sambil menaruh ponselnya disamping laptopnya.