Dealova, Transmigrasi Ke Tubuh Petanì

Waktu pun terus berlalu, Sementara itu di kebun milik Pak Kades. Pegawai toko mesin parut sudah pulang.. Antony sudah kembali sibuk memanen shorgum yang besok akan diambil Niko sopir Pak Kades.

Antony memanen seorang diri ditemani oleh guk guk, yang menggali tanah di sekitar tanaman shorgum yang telah dipetik hasil nya oleh Antony. Sejak usia lima tahun lebih Antony sudah terbiasa memanen hasil kebun seorang diri jika Sang Mama repot mengurus adik adik nya dan urusan di rumah.

Usia yang sangat dini memang, tetapi keadaan memaksa harus begitu. Karena Papanya tidak pernah mau tahu urusan keluarga. Tangan mungil nya sudah terbiasa mengorek orek tanah dengan parang untuk mencabut tanaman ketela pohon. Semakin bertambah usia nya dia semakin terampil.

Tidak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di depan pintu pagar kebun Pak Kades. Kelima guk guk pun kembali lagi saling menggonggong dan berlari lari an menuju ke pintu pagar..

“Kok ada mobil lagi.” Gumam Antony dan segera melangkah keluar dari kebun shorgum di tangannya membawa sabit dan satu ikat shorgum yang baru dipetik dia pun terus berlari mengikuti guk guk menuju ke pintu pagar.

Dan saat melihat ada mobil putih, bibir Antony tersenyum lebar dan kedua mata nya berbinar binar..

“Pak Dokter Anthony...” teriak Antony dan cepat cepat menuju ke pintu pagar untuk membuka kan pintu buat Pak Dokter idola nya..

Mobil pun berjalan masuk ke dalam kebun.. jendela kaca mobil terbuka pelan pelan..

“Selamat sore Antony bagaimana kabar kamu..” sapa Pak Dokter Anthony sambil tersenyum menoleh ke arah Antony yang berdiri di samping pintu pagar.

“Selamat sore Pak Dokter, kabar baik.” Ucap Antony sambil tersenyum lebar.. dia segera menutup kembali pintu pagar.

Mobil Pak Dokter Anthony berhenti dan pintu depan sebelah kiri terbuka dari dalam..

“Masuklah!” suara Dokter Anthony agak keras.

“Terima kasih Pak Dokter.” Ucap Antony dan segera masuk ke dalam mobil Pak Dokter.

“Mama kamu ada?” tanya Pak Dokter kemudian sambil menjalankan mobil pelan pelan di jalan setapak di antara kebun kopi dan cengkeh.

“Ada Pak Dokter, Mama dan adik adik ada di rumah. Mama sedang membuat kue, dan juga membuat tepung dari singkong.. Tepung Tapioka ya namanya..” jawab Antony dengan bibir tersenyum lebar dan kedua mata berbinar binar, karena bahagia dan begitu bangga pada Mama nya yang kini semakin pintar meskipun lupa ingatan.

“Wah.. hebat sekali Mama kamu.” Ucap Dokter Anthony yang juga tersenyum senang mendengar kabar kemajuan Ibu Regina Jelita..

“Apa dulu pikirannya tidak bisa berkembang karena tertekan oleh keluarga tiri nya dan setelah menikah tertekan oleh suaminya, dan sekarang setelah berpisah pikiran nya jadi berkembang pesat tanpa tekanan..” gumam Pak Dokter Anthony di dalam hati. Dia yang sudah mengirimkan foto Ibu Regina Jelita ke Ixora William, sudah mendapat jawaban jika Ixora William tidak mengenal Regina Jelita. Dan Pak Dokter Anthony masih penasaran kenapa Ibu Regina Jelita bisa tahu Ixora William.

Sesaat kemudian, mobil sudah berhenti di depan rumah panggung.. tampak tubuh mungil Anjel dan Jendro berdiri di depan pintu.

“Ma.. Pak Dokter.. Ma..” suara lantang Anjel sambil menoleh ke dalam rumah..

“Hah?” Teriak Dealova di dalam dapur tampak kaget namun sangat bahagia, karena didatangi orang yang sudah dikenal nya dengan baik. Dealova pun segera membersihkan tangannya, mengelap dengan daster lusuh nya, lalu merapikan ikatan rambut nya..

“Ya Allah.. aku sekarang menjadi perempuan macam begini apa dia tertarik padaku, saat aku masih cantik saja dia tidak bisa move on dari Kak Ixora.. entah apa yang salah pada diriku. Padahal Bebby juga sudah nyomblangi..” gumam Dealova di dalam hati yang ingat akan masa lalunya. Bebby adalah teman SMP nya yang merupakan adik kandung Dokter Anthony.

Dealova melangkah keluar dari dapur, aroma kukusan kue dibungkus oleh daun pisang menguar dari dalam dapur..

“Ma.. cepat Ma.. itu Pak Dokter membawa apa?” suara Anjel yang sudah melihat Pak Dokter Anthony dan Kakak Antony turun dari mobil..

Dealova pun cepat cepat melangkah ke arah pintu dan berdiri menyambut kedatangan Pak Dokter Anthony..

“Wah.. bawa kue kue itu Njel.. kue lemet dan kue kaca mata ku tidak laku dong..” ucap Dealova yang kini sedang mengukus lemet dan kue kaca mata yang terbuat dari singkong parut.

“Mam... mam... mam... mam..” celoteh Jendro sambil mengangguk anggukkan kepala nya dan tersenyum lebar, kedua tangan mungil nya pun bertepuk tepuk senang..

“Selamat sore Bu Regina dan anak anak...” sapa Pak Dokter Anthony saat berada di dekat tangga rumah panggung..

“Selamat sore Pak dokter ...” ucap Dealova dan Anjel..

“Mat... Mat... “ celoteh Jendro yang juga menyambut kedatangan Pak Dokter dengan riang gembira.

“Ini dibawa masuk..” ucap Pak Dokter sambil mengulurkan dua kotak kue ke Antony..

“Terima kasih Pak.” Ucap Antony sambil menerima dua kotak kue. Tampak Pak Dokter Anthony membungkuk akan melepas sepatu nya..

“Dipakai saja Pak Dokter tidak usah dilepas.. mari masuk ke dalam.” Ucap Dealova agak keras dari atas.

“Iya Pak Dokter dipakai saja, nanti malah buat mainan guk guk sepatu Pak Dokter..” ucap Antony yang masih berdiri menunggu Pak Dokter untuk naik lebih dulu.

“Wah.. sangat nyaman ya di sini.. “ ucap Dokter Anthony yang mulai naik di anak tangga..

“Iya Pak Dokter, sangat nyaman di sini.. lihat itu pemandangan sangat bagus.. “ ucap Dealova sambil menunjuk ke arah air terjun yang jauh di sana namun terlihat dari rumah panggung itu..

Pak Dokter Anthony pun menoleh, dan menatap view yang ditunjuk oleh Dealova.

“Wah iya Bu Regina bagus sekali, saya sudah tahu air terjun itu, tapi pemandangannya dari sini terlihat sangat bagus.. “ ucap Pak Dokter Anthony yang masih menoleh menatap air terjun..

Sesaat dia mengernyitkan keningnya..

“Aku kok pernah melihat pemandangan seperti itu di mana ya?” gumam Pak Dokter Anthony yang di dengar oleh Dealova..

“Saat Pak Dokter ke rumah Dokter Ixora mungkin.. ada lukisan besar di sana kan...” ucap Dealova meluncur begitu saja..

Pak Dokter kaget, namun dia membenarkan yang dikatakan oleh Regina Jelita. Dia memang teringat lukisan di rumah Ixora William ada pemandangan seperti itu..

Pak Dokter Anthony kini menoleh ke arah perempuan kurus yang masih berdiri di depan pintu rumah panggung di samping Anjel dan Jendro yang menatap dua kotak kue yang dibawa oleh Sang Kakak yang masih berdiri di anak tangga karena Pak Dokter belum juga naik anak tangga lagi..

“Kenapa Ibu Regina tahu sekali Ixora tapi Ixora tidak mengenal Bu Regina?” tanya Dokter Anthony..