NovelToon NovelToon
Pemuas Nafsu Istri Sang Ketua Mafia

Pemuas Nafsu Istri Sang Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama / Persaingan Mafia
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Vionnaclareta

Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adik Ipar

Sementara itu di sisi lain, di sebuah Cafe terlihat seorang pria yang kini sedang duduk menyendiri di samping jendela sembari menatap kearah jalanan ramai dan menikmati secangkir kopi di tangannya.

"Apa menyenangkan melihat orang berjalan." Ucap seorang pria sembari menghampiri meja itu.

"Apa kau tahu, meskipun mereka berjalan di jalan yang sama tujuan akhir mereka sangat berbeda, mereka menggunakan kecepatan langkah yang berbeda, ada yang langkahnya cepat, lambat dan hati hati." Lanjutnya sehingga membuat pria yang awalnya diam tidak berkutik pandangan nya teralihkan olehnya.

"Siapa kau?"

"Aku, aku adalah orang yang mempunyai tujuan akhir yang sama dengan mu Luan."

"Bagaimana kau tahu namaku?"

"Sepertinya itu bukan pertanyaan yang penting sekarang."

"Apa yang kau mau?" Tanya Luan.

"He he, kau terlalu tergesa gesa, aku kemari bukan ingin meminta bantuan, tapi ingin menawarkan kerjasama." Jawabnya sembari duduk di kursi depan Luan.

"Kerja sama?"

"Kau ingin balas dendam pada keluarga William bukan, aku akan membantumu, aku akan membantumu sampai kau mendapatkan 7 permata warisan nenek moyangmu itu." Ucapnya.

"Siapa kau?" Tanya Luan yang kesekian kalinya dan hanya dijawab senyuman oleh pria di depannya itu.

"Akio, sepertinya itu sudah menjawab semua pertanyaan mu." Jawabnya namun Luan masih terlihat bingung dan tidak tahu siapa pria yang ada di depannya itu.

"Akio?"

Pria berjas hitam itu duduk di bangku depan Luan, sementara Luan hanya diam menatap sinis ke arah akio.

"Aku hanya ingin tahu si mafia tanpa wajah itu, aku tahu kau pasti mengenal nya."

"Menghancurkan keluarga William tidak semudah menghancurkan biji kenari , apa lagi sekarang mereka dibawah kendali Leo, akan sulit sekali untuk menyentuh mereka."

"Kunci dari semua ini adalah si Alexander itu, dia memang terlihat tidak terlibat dalam semua masalah ini, tapi semuanya menjadi begitu sulit saat ada dirinya iya kan."

Luan menyeruput minumannya sembari menatap ke arah pria asing yangnbaru saja mengajak nya bicara itu sembari mempertimbangkan semua keadaan dan situasi yang ia alami saat ini. "Apa kau benar bisa membantu ku?"

"Harus berapa kali aku mengatakan hal ini padamu, semuanya akan terwujud setelah kau membawa si mafia tanpa wajah itu menghadap ku."

"Kenapa kau bisa seyakin itu kalau aku bisa membawanya menghadap mu, kau saja baru mengenalku."

"Sebab aku tahu, hidupmu kini sedang dibawah kendalinya iya kan?" Tebaknya yang lagi lagi membuat Luan terdiam menatapnya.

***

Sementara itu disisi lain kini Leo sedang berkeliling menyusuri setiap sudut rumah mertuanya itu, ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang begitu luas dimana disana tersimpan banyak sekali senjata tajam, seperti pedang, tombak dan anak panah.

Leo menyeringai tipis sembari melihat lihat koleksi mertuanya yang bersih berkilau tanpa debu. "Sedang apa kau disini?" Tanya seorang wanita yang tidak sengaja melewati ruangan itu.

"Aku sedang membayangkan, bagaimana suasana ruangan ini jika di gunakan." Jawabnya.

Sringg!!!

Yoona menarik sebuah pedang di dekatnya. "Mau bermain sebentar denganku?"

"Kau yakin? Kau tidak takut mati karena hal seperti ini."

"Untuk apa aku takut, tempat ini adalah Medan latihanku saat kecil, lagi pula jika aku mati bukanlah itu adalah takdir." Ucapnya.

Mendengar hal itu membuat Leo juga mengambil sebuah pedang di dekatnya "kalau begitu ayo kita uji kemampuan bersenjata mu." Jawabnya.

Yoona mengangguk sekilas "siapa yang tumbang dia yang kalah." Ucap Yoona yang langsung menyerang pria yang ada di depannya itu.

Gerakan berpedang Yoona begitu cepat begitu juga dengan Leo yang begitu cerdas menghindar semua serangannya.

"Kenapa kau hanya menghindar hmm, apa kau takut?"

"Bukankah sudah ku bilang, aku hanya ingin menguji kemampuan mu, aku ingin lihat apa kau bisa menembus dinding pertahananku ini." Jawab Leo yang membuat istri nya itu mengganas menyerangnya namun hingga pada akhirnya sekali Leo menyerang dia langsung menjatuhkan pedang milik yoona ke lantai.

"Kemampuan mu sangat bagus, tapi sayang sekali kau sama sekali tidak bisa menyentuh ku, ayo coba ilmu bertombakmu, jika kau bisa melukaiku, aku akan mengabulkan dua permintaan mu apapun itu." Ucap Leo yang berusaha memberikan semangat.

Yoona mengambil tombak miliknya, "apapun itu?"

Leo mengangguk "apapun itu." Jawabnya dengan penuh keyakinan dan membuat Yoona kembali langsung menyerang dirinya yang masih membawa pedang miliknya.

Meskipun senjata mereka tidak seimbang tapi Leo tetap bisa menanganinya. Pertarungan mereka terlihat cukup kesit, apa lagi Yoona yang terlihat begitu bersemangat dan membuat Leo sedikit lengah olehnya.

Dan disaat Yoona melihat titik lengah pria itu ia pun langsung mengambil celah hingga membuat Leo sedikit kuwalahan hingga membuat tubuhnya terjatuh ke lantai, sementara tombak Yoona kini menancap sempurna di lantai samping telinga kanan suaminya itu..

Nafas Yoona terus tersenggal tidak teratur, keringat nya terus keluar menetes ke wajah Leo yang kini terbaring di bawahnya.

"Bagaimana? Kini aku yang menang, iya kan Leo?" Tanyanya namun Leo hanya mengangguk Inya.

Yoona mengangkat tombaknya dan menjauh dari Leo yang masih terbaring disana. "Aku tahu kemampuan mu lebih dari ini, kenapa kau sama sekali tidak melawanku, kau bisa saja menang dari ku." Ucapnya sementara Leo mulai duduk menatap Yoona yang sedang menyimpan kembali tombaknya ke tempat semulanya.

"Bukankah sudah ku bilang aku hanya ingin menguji kemampuanmu, sekarang katakan hadiah apa yang kau mau."

"Hmmm, jika kau hanya ingin memberiku hadiah biasa, kau tidak perlu meminta ku untuk mengalahkan mu iya kan."

"Lalu kau ingin apa dariku?"

"Aku sudah punya segalanya, aku menyimpan nya dan meminta nya nanti saat aku sudah tahu apa yang ingin ku minta darimu." Jawabnya.

Leo mengangguk sembari bangkit dari tempatnya. "Baiklah, akan ku tunggu permintaan darimu itu, sekarang lebih baik kau bersiap."

"Bersiap? Mau kemana?"

"Nanti kau juga akan tahu, cepatlah bersiap, aku akan menunggu mu di mobil." Jawabnya lalu pergi setelah sedikit mengacak acak ujung kepala Yoona, sementara yoona hanya bisa diam menatap kepergian suaminya itu.

Yoona pergi mempersiapkan diri, sementara Leo duduk bersantai di dalam mobilnya sembari menunggu tuan putri nya itu selesai bersiap. Setelah 15 menit menunggu akhirnya Yoona pun keluar dari dalam rumah itu dengan menggunakan pakaian hitam putih nya dengan rambut yang tergerai sembari menenteng tas jinjing nya.

Wanita itu membuka pintu mobil dan masuk disana ia melihat Leo yang sudah siap meluncur ke arah tujuan. "Kau bawa apa itu,?" Tanya Yoona saat melihat sebuah tas jinjing yang berukuran cukup besar di kursi belakang.

"Ahh barang pemberian papamu, dia menyuruhku membawanya agar kau punya baju ganti nanti." Jawabnya.

"Baju ganti? Tunggu sebenarnya kau ingin membawaku kemana?"

"Nanti kau juga akan tahu." Jawabnya dan membuat gadis itu diam sebab ia tahu pria itu tidak akan memberitahu dia apa apa sebelum mobil yang ia tumpangi berhenti.

Mobil itu melaju kencang melewati jalanan Italy yang ramai hingga pada akhirnya mobil mereka melewati sebuah pantai dan berhenti di sebuah hotel yang letaknya tidak jauh dari pesisir pantai. Setelah mobil itu terparkir rapi, Leo pun keluar dari dalam mobil nya itu begitu juga dengan Yoona.

Leo menghela nafas panjang sembari menatap gedung tinggi yang ada di depannya itu. "Kenapa kau membawaku kemari, aku heran denganmu sebenarnya apa tujuan mu mengajakku ke Italia hmm." Tanya nya hingga membuat pria yang ada di depannya itu berpaling menatapnya.

"Kau ingin tahu, aku ingin mengajakmu honeymoon, lagi pula kita sudah hampir empat bulan menikah tadi belum pernah jalan jalan berdua iya kan?" Jawabnya.

"Cowok aneh." Gumamnya dan beberapa saat kemudian sebuah taksi berhenti di depan mereka.

Seorang wanita cantik dengan pakaian modis keluar dari dalam taksi itu. Leo yang tidak asing dengan wanita itu pun terus menatap nya,

"Livina." Panggil Leo dan membuat gadis itu sontak berbalik tubuh.

Ia menurunkan kaca mata hitamnya sembari menamatkan wajah pria yang baru saja memanggil namanya. " Ohh kak Leo?" Sahutnya dan Leo mengangguki nya.

"Kakak!!" Jeritnya sembari berlari kecil menghampiri dan memeluk pria itu, sementara Yoona hanya diam menatap bingung ke arah dua orang yang ada di depannya itu.

"Bagaimana kabarmu hmm?"

"Tentu saja kabarku sangat baik, lihatlah adikmu ini sekarang menjadi wanita yang paling gemerlap di Italia." Ucapnya.

"Lalu kakak bagaimana, sejak Vina kemari Kakak jarang sekali mengabari ku." Omelnya.

"Seperti yang kau lihat sekarang,"

"Ohh siapa dia kak, apa dia teman mu?" Tanyanya lagi ketika melihat Yoona yang masih berdiri rapi di belakang Leo.

Leo meraih pergelangan tangan Yoona agar gadis itu bisa berdiri lebih dekat dengannya. "ohh kau ingat putri sahabat papa dulu paman Wiliam?" Tanya Leo dan membuat gadis yang ada di depannya itu mulai berpikir keras sembari mengingatkan memori nya yang lama

" Ahh iya,,, aku ingat tapi aku tidak tahu namanya."

"Yoona, dia sekarang menjadi istri kakak." Jawabnya dan seketika membuat gadis itu membelalakkan kedua bola matanya.

"Apa!! Serius!!"

"Wahh dia istrimu kak?" Wahh kapan kau menikah? Kenapa kau sama sekali tidak memberitahu adikmu ini ohh, wahh ternyata benar, aku sudah tidak dianggap keluarga lagi sekarang."

"Tidak, bukan seperti itu Vina, kondisinya waktu itu sangat mendesak, jadi aku tidak sempat memberitahu mu"

"Terserah pokoknya aku marah padamu, kau bilang aku adalah satu satunya keluarga yang paling kau sayangi, tapi nyatanya, hal seperti ini saja kau tidak memberitahuku." Marahnya.

"Tidak seperti itu Vina,,,,"

"Sudahlah, ayo kakak ipar, aku tidak mengerti kenapa wanita secantik dirimu bisa menikah dengan pria pendusta seperti kakakku itu, kau pasti sangat menderita bukan." Lanjutan sembari menggandeng tangan Yoona.

"Apa?"

Yoona mengangguk, "kau benar, dia adalah pembohong yang handal." Sahut Yoona yang mengiyakan perkataan Vina.

"Ayo dari pada kau sama dia, lebih baik kakak ipar sama aku, aku akan mengajakmu berkeliling hotel ini, tahukah kau aku juga baru pindah kemari kemarin malam." Ucapnya sembari membawa pergi Yoona dan meninggalkan Leo sendiri di sana.

"Apa?, pendusta? Wahh mereka benar benar." Geramnya yang ikut masuk mengikuti arah mereka pergi.

Mereka bertiga masuk menuju resepsionis hotel sambil membawa barang bawaan mereka. Dan sesampainya disana mereka di sambut dengan hangat oleh pegawai hotel disana.

"Selamat siang Tuan dan Noona ada yang bisa saya bantu?" Tanya pegawai resepsionis itu.

"Aku pesan satu kamar untuk tiga hari disini." Jawab Leo.

"Tentu saja, tuan mau pesan kamar yang apa, disini kita ada ruangan yang standar, superior, deluxe, dan suite."

"Kudengar disini juga ada presidential suite." Ucapnya yang sontak membuat Vina langsung menatap kakak laki lakinya itu.

"Iya benar tuan, ruangan itu adalah tingkatan tertinggi disini, dan kita hanya menyediakan tiga ruangan disini."

"Baiklah, aku pesan presidential suite saja."

"Baik, sebentar saya cek sebentar tuan." Ucapnya yang kemudian kembali fokus ke arah komputer nya.

Vina memukul keras punggung kakak laki lakinya itu. " Kakak serius, aku saja yang superior rasanya ingin mati, apa lagi yang presidential, aku tahu uang kakak tidak ada habisnya tapi jangan buang untuk hal seperti ini." Bisiknya.

"Vina, kakak iparmu itu tidak akan bisa tidur jika ada mengganggu pikirannya dan membuat nya tidak nyaman, jika kau mau aku bisa memindahkan kamarmu ke presidential juga."

"Tidak usah terimakasih." Ucapnya kesal.

Leo tersenyum gemas melihat adik nya yang sudah lama sekali tidak mengomelinya itu. "Ngomong ngomong apa akan ada acara disini?" Tanya Leo yang melihat pegawai disana sedari tadi sibuk menyiapkan sesuatu dan banyaknya barang barang yang datang.

"Iya tuan, malam ini pimpinan kita mengadakan pesta 10 tahunan hotel ini, jadi maaf jika pekerjaan mereka mengganggu anda."

"Pesta?"

"Iya Noona, kalian juga bisa ikut serta dalam pesta nanti, sebab pesta itu juga untuk para tamu disini." Lanjut pegawai itu.

"Harga permalamnya 15 juta, Ini kartu kunci anda tuan, selamat menikmati waktu istirahat nya, silakan gunakan telepon kamar jika membutuhkan bantuan kami." Ucapnya.

"Wahhhh gila,,,,," ucap Vina saat melihat Leo menyodorkan black card miliknya.

Mereka mulai naik menuju lantai kamar yang Leo pesan itu dengan menggunakan elevator. Dan yang benar saja, tidak hanya kamar tapi kualitas dan fasilitas lobby serta lorong kamarnitu begitu sangat berbeda, setiap kamar bahkan memiliki lorong sendiri hingga pemilik kamar itu tidak bisa mendengar suara pintu terbuka dari kamarnya.

"Wahhh, benar benar gila, baru kali ini aku melihat model ruangan hotel seperti ini, tak heran jika harganya begitu mahal." Lanjut Vina yang pandangan nya tidak bisa lepas dari ke sekeliling nya, sementara kakinya terus melangkah mengikuti arah kakaknya pergi.

Leo membuka pintu kamarnya, dan mereka di sambut oleh kualitas kamar yang begitu mewah bak seperti apartemen pribadi. Kamar mandi, dapur, ruang makan , dan kamar tidur terletak terpisah, bahkan ada satu ruangan bersantai disana.

"Wahhh, lihat pemandangan kota itu, semuanya terlihat begitu kecil dan menakjubkan, aku tidak sabar menanti keponakan ku nanti." Oceh Vina saat melihat kamar tidur yang menghadap langsung keluar, hingga mereka bisa melihat secara langsung pemandangan kota Italia dari dalam sana.

"Apa?"

"Kakak tidak usah malu malu kucing seperti itu, kakak ipar pasti tidur dengan nyaman disini, lagipula aku ini sudah dewasa kakak, mustahil jika aku tidak tahu maksud kakak itu."

"Tidak adik tidak kakak sama saja ternyata." Gumam Yoona.

"Ya sudah kalau begitu, nikmati waktu kalian, aku aka pergi." Lanjut Vina.

"Tunggu sebentar, apa kau punya gaun yang cocok untuk kakak iparmu?" Tanya Leo yang berhasil menghentikan langkah Leo yang hendak ingin keluar itu.

"Apa?" Tanya Vina balik sebab ia tidak akan menyangka kakaknya itu akan menanyakan hal semacam itu.

"Aku tadi sangat buru buru, hingga tidak pernah berpikir akan ikut pesta, lagi pula kalau beli pun akan membutuhkan waktu yang lama." Jawabnya sementara Yoona hanya diam menatap ke arah suaminya itu.

Vina mengangguk "tentu saja, aku punya banyak gaun, aku akan kembali nanti untuk mendandanimu kakak ipar."

"Apa? Ahh tidak perlu, lagi pula aku tidak tertarik pada pesta itu, sudah jangan merepotkan dirimu."

"Sama sekali tidak, kita semua akan ikut berpesta kakak ipar, sudah percayalah padaku, aku akan membuatmu menjadi wanita tercantik di pesta nanti." Girang nya lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Yoona menghela nafas panjang sembari duduk di tepian kasur busa yang empuk itu. "Sebenarnya tujuan mu kemari itu apa hmm, katanya mau ketemu papa, ehh tiba tiba ke hotel ketemu adikmu, dan sekarang tiba tiba memaksaku ikut pesta, lalu nanti apa lagi." Geramnya.

Leo tersenyum sembari melepas mantel tebalnya beserta jam tangannya. "Nanti kau juga akan tahu."

Sementara itu di sisi lain, dengan langkah girangnya Vina berjalan melewati lorong kamar yang sepi itu sendirian, hatinya saat ini begitu senang sebab hari ini ia tiba tiba bertemu dengan kakak laki lakinya setelah sekian lama berpisah.

"Andai saja kehidupan keluarga ku berjalan normal seperti pada umumnya, pasti akan sangat menyenangkan." Gumam Vina sembari membayangkan hal hal yang mustahil akan terwujud, hingga tanpa ia sadari ketika ia imhendak masuk kedalam tiba tiba seseorang dengan menggunakan sweater jaket tiba tiba keluar dengan membawa segelas es Americano di tangannya.

Vina yang tidak menyadari hal itu pun terkejut dan menabrak tubuh besar pria itu dan sontak menjatuhkan minuman yang ia bawa. "Yyakk! Perhatikan jalanmu, apa kau tidak punya mata!!!" Bentaknya saat minuman itu tumpah di bajunya.

"Astaga, maafkan saya tuan, saya benar benar tidak sengaja, maafkan saya." Reflek nya yang merasa bersalah itu, sementara pria itu entah kenapa tiba-tiba terdiam sejenak sembari menatapnya.

"Maafkan saya, saya akan segera mengganti minuman mu, dan juga sweater mu." Lanjut nya saat melihat warna putih pada sweater nya.

"Ahh, tidak usah, tidak perlu." Sangkalnya

"Tidak tidak, setidaknya saya bisa menebus kesalahan saya."

"Tidak perlu, aku akan membuang sweater ini, kau tidak perlu repot-repot."

"Ahh kalau begitu berikan sweater itu, biar saya cuci saja, saya benar benar akan merasa bersalah jika tidak bisa menebus kesalahan saya."

"Ohh okey kalau kau memaksa, tapi apa tidak masalah aku melepas nya di depanmu."

Vina mengangguk, "lepas saja, jangan hiraukan aku." Jawabnya dan membuat pria itu langsung melepas sweater miliknya dan memberikan nya pada gadis di depannya itu.

"Ngomong ngomong siapa namamu, aku baru lihat kalau kau penghuni lantai ini."

"Nama ku Vina, aku penghuni lantai 5, aku disini karena kakak ku penghuni lantai ini." Jawabnya dan sontak membuat pria itu menatap ke lorong 3.

"Kalau tuan?"

"Aku Laurent, kamarku ada di lorong 1."

"Ahh begitu rupanya, aku janji akan segera mengembalikan sweater mu tuan Laurent."

Laurent mengangguk. "Tidak usah terburu-buru, santai saja kalau begitu aku pergi dulu." Ucapnya lalu pergi meninggalkan gadis itu.

1
Usmi Usmi
masih bingung sama ceritanya
kirom hasran
Seru banget!
Libny Aylin Rodríguez
Aku butuh lebih banyak kisah seru darimu, cepat update ya thor 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!