Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis Tangan
"Zian" Alula menatap wajah tampan pacarnya dari samping.
"Hmm? Ada apa Lunaku?"Zian menoleh ke Alula dan menatap kedua bola mata indah pacar manisnya saat mobilnya dihadang lampu merah.
Alula menunduk melihat jari jemari Zian yanh ada di atas pangkuannya dan tengah dia tautkan dengan jari jemarinya.
"Ada apa, Luna?" Zian masih menatap Alula karena lampu hijau belum menyala.
"Aku belum punya panggilan kesayangan untuk kamu" Alula berkata dengan masih menunduk dan memainkan jari jemarinya Zian.
Zian terkekeh geli. "Oke, bikin dong panggilan kesayangan untukku"
"Emm, bagaimana kalau Luwi?"
"Luwi?" Zian menautkan kedua alisnya dengan senyum heran.
"Iya, aku Luna, Luna Wibisana dan kamu Luwi, Luna Wibisana juga"
Zian menyunggingkan senyum lalu berkata dengan alis terangkat ke atas, "Wah, Nona, apa kamu pengen banget menikah dengan aku, ya?"
"Ziaannnn!" Alula menepuk kesal bahu Zian.
"Lha itu nama panggilan kesayangan untukku juga singkatan dari Luna Wibisana bukankah itu tandanya kamu udah pengen banget nikah sama aku. Apa sekarang aku belok aja ke kantor pencatatatan sipil buat daftarin pernikahan kita"
"Ziaannnnn!" Alula kembali menepuk kesal bahu Zian dan Zian sontak tertawa ngakak.
"Itu karena nama kamu kalau disingkat, jadi nama cewek. Kayak Zizi, Wiwi, Ana, Wibi, San-san. Nama cewek semua, kan. Jadi aku cuma bisa mikirin nama Luwi" Aluna menggenggam tangan Zian lalu ia pantul-pantulkan di atas pahanya dengan bibir mengerucut lancip.
Zian berkata di sisa tawanya, "Iya, iya. Oke, panggil aku Luwi nggak papa, kok"
Saat melihat lampu berubah kuning, Zian langsung memindahkan gigi sambil berkata,
"Boleh pinjam sebentar tanganku? Putar balik dengan satu tangan saja susah banget, Nona"
"Alula terpaksa melepas tangan Zian dengan cemberut dan Zian terkekeh geli lalu berkata, "Sebentar saja pinjamnya"
Setelah berbalik arah, Zian mengulurkan tangannya ke Alula, "Nih, aku kembalikan" Alula langsung menggenggam tangan Zian lalu memeluknya dengan senyum lebar.
"Wah, beruntungnya tanganku ya kamu genggam dan peluk terus. Orangnya kapan nih dapat pelukan"
Alula menoleh ke Zian lalu berkata, "Orangnya nanti kalau menang lomba lagi, hehehehehe"
"Wah, berat nih, berat" Zian meringis dan Alula sontak menjawab, "Pacaran aja berat padahal kamu belum merasakan rindu karena kata Dilan, rindu itu lebih berat"
"Aku sudah merasakan rindu, nih"
"Mana ada rindu, orang kita masih ketemu"
"Rindu kamu peluk"
"Ziaannnn!"
Alula dan Zian kemudian saling pandang sekilas lalu mereka tertawa bersama-sama.
Zian kembali fokus menyetir dan Alula asyik memainkan jari jemarinya Zian
Tiba-tiba Alula nyeletuk, "Zian, kamu punya garis tangan yang sangat bagus"
"Oh, iya" Sahut Zian sambil membelokkan kemudi ke jalanan yang tidak begitu ramai agar dia bisa menyetir aman dengan satu tangan karena tahan dia yang satunya terus dipangku dan dimainkan oleh Alula.
"Iya" Sahut Alula. Lalu, gadis manis itu menyentuh garis tangan di telapak tangannya Zian dengan ujung jari telunjuk. "Garis di bawah kelingking ini melengkung bagus kalau digabung kan dengan tangan kamu yang satunya akan membentuk cekungan yang dalam dan itu menandakan kalau kamu itu pandai cari uang"
"Wah, bagus dong berarti kamu tidak salah pilih calon suami"
"Ish! Dengarkan dulu, masih ada lagi nih"
"Iya, Lunaku" Zian tersenyum lebar sambil terus fokus menyetir.
"Lalu garis di tengah yang bercabang ini bersatu ujungnya dengan garis di bawah jempol dan itu artinya kamu tidak boros. Kamu pandai mengelola keuangan"
"Wah, bagus dong, terus apalagi?"
"Lalu, garis terakhir yang ada dibawah jempol, memanjang banget dan itu tandanya kamu bakalan panjang umur"
"Kamu beneran nggak salah pilih calon suami, Nona kalau aku ini pinter cari uang, nggak boros, dan panjang umur" Zian menoleh sekilas ke Alula dengan senyum lebar.
"Tapi, garis tanganku tidak bagus. Aku lihat di garis tanganku kalau umurku pendek"
"Mana ada seperti itu. Lagian kamu bisa baca garis tangan dari siapa?" Zian mendengus kesal.
"Dari buku"
"Aku pastikan itu tidak akan terjadi. Aku akan melengkapi garis tangan kamu yang kamu katakan tidak bagus itu. Aku akan membuatmu selalu bahagia agar kita sama-sama berumur panjang dan bersama-sama terus. Tidak akan pernah terpisahkan"
Alula meneteskan airmata lalu berkata, "Terima kasih, Zian. Kamu sudah memilihku menjadi pacar kamu"
"Hei, kok nangis?" Zian menarik kepala Alula untuk dia rebahkan di dadanya. Alula melingkarkan tangan di punggung Zian lalu membenamkan wajahnya di dada Zian.
Zian mengusap kepala Alula sambil berkata, "Jangan nangis, shhhh, shhhh. Aku yang seharusnya berterima kasih karena gadis yang sangat manis, baik hati, pinter, lebih tua dariku mau jadi pacarku"
Alula sontak mengangkat wajahnya dan cemberut di depan Zian, "Bisakah nggak pakai kata lebih tua"
Zian terkekeh geli lalu dia mengusap kepala Alula dengan hidung berkerut, "Ih, gemas. Kamu sangat menggemaskan, Lunaku"
Alula mendengus geli lalu dia kembali membenamkan wajahnya di dada Zian.
Saat sudah sampai di halaman rumahnya Zian, cowok tampan itu membukakan sabuk pengamannya Alula lalu bergegas keluar untuk berlari membukakan pintu untuk Alula.
Zian menggandeng tangan Alula, "Ayo aku antar ke rumah kamu"
"Aku takut kamu kena marah Mamaku, Zian kalau aku sudah biasa kena marah"
"Kalau kita benar ngapain takut. Ayo, aku temani. Kalau dimarahi, ya, nggak papa. Namanya anak itu memang tempatnya khilaf dan tempatnya orang tua marah. Setelah Mama kamu marah, kita minta maaf pasti Mama kamu ngerti, kan"
Alula masih bergeming.
Zian mengusap pipi Alula, "Jangan takut! Ada aku, hmm, kita hadapi semuanya bersama-sama mulai dari sekarang. Anggap saja ini ujian pertamanya kita, hehehehehe"
Ucapan Zian membuat hati Alula tenang. Lalu, gadis manis itu tersenyum dan mengangguk.
Zian lalu menggandeng tangan Alula menyeberang jalan.
Ketukan kedua dari Zian membuat pintu rumahnya Alula terbuka dan wajah mamanya Alula muncul dari balik pintu.
"Kamu kenapa ke sini? Kamu putranya dokter Zayan, kan?"Mamanya Alula menautkan kedua alisnya ke Zian.
"Iya, Tante. Nama saya Zian Wibisana. Maafkan saya dan Alula kalau pulang tidak seperti biasanya. Zian yang salah, Tante. Zian ajak Alula nonton pertandingan basketnya Zian"
"Kenapa kamu gandeng tangan anakku?" Mamanya Zian menarik Alula agar Alula berdiri di sampingnya dan melepaskan tangan Zian.
Zian menatap sejenak tangannya yang kini kosong lalu cowok tampan itu menatap wajah mamanya Alula dan berkata, "Saya adalah pacarnya Alula, Tante dan........"
"Siapa yang mengijinkan kalian berpacaran, hah?! Kalian masih kuliah belum kerja berani-beraninya pacarnya. Duit darimana kamu ngajak Alula pacaran, masih minta ortu kamu aja udah berani ajak anakku pacaran"
"Ma! Zian anak baik, Ma. Zian itu......."
"Diam kamu!" Mamanya Alula mendelik ke Alula dan Zian langsung menyahut, "Saya sudah punya penghasilan sendiri, Tante"
Mamanya Alula menoleh kaget ke Zian, "Maksud kamu?"
"Saya membantu Om saya dalam proyeknya, saya juga sering ikut lomba taekwondo dan dapat uang dari sana. Saya juga terima servisan komputer. Lumayan hasilnya. Jadi, saya berani ajak anak Tante pacaran"
Mamanya Alula mendengus kesal dia kehabisan kata-kata.
"Saya juga sudah mengenalkan Alula ke semua keluarga saya dan keluarga saya menerima Alula dan mereka merestui hubungan kami. Jadi, saya harap Tante juga sudi merestui kami"
"Alula sudah punya tunangan"
"Ma! Alula tidak pernah menyetujui perjodohan itu. Alula hanya menganggap Raymond teman masa kecil Alula dan tidak lebih dari itu. Alula mencintai Zian, Ma"
"Zian juga mencintai Alula, Tante. Sangat mencintai Alula" Sahut Zian dengan wajah serius.
Mamanya Alula kembali menghela napas panjang lalu berkata dengan wajah ketus, "Oke, aku terima kamu menjadi pacarnya Alula. Tapi, kamu masih dalam masa percobaan. Kalau kamu membuat Alula sedih maka aku akan nikahkan Alula dengan Raymond"
Alula dan Zian tersenyum senang lalu mereka berdua kompak berkata, "Makasih, Ma"