Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.
Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Pengkhianatan.
Bab 13. Pengkhianatan.
Dua hari berlalu dengan cepat.
Seorang pemuda tampan dengan tubuh tegap dan mata tajam seperti sebilah pedang yang terhunus sedang bertarung sengit melawan monster level 3 tahap menengah, yaitu Kadal Api Tulang Perak. Monster itu memiliki tinggi dua meter dan panjang enam meter.
Pemuda itu adalah Lin Chen. Tak jauh dari sana, seekor monster kecil berwujud kera emas berukuran 40 cm sedang bergelantungan di atas pohon. Itu adalah Lin Kong, yang mengecilkan tubuhnya untuk menyaksikan pertarungan.
Awalnya, saat melihat Kadal Api itu, Lin Kong ingin maju menghajarnya. Namun, Lin Chen segera menghentikannya dan berkata ringan,
"Biarkan aku yang maju. Aku ingin melatih kemampuan fisikku melawan monster ini."
Lin Kong menghela napas, lalu menjawab serius, "Baiklah, Tuan, tapi berhati-hatilah. Kulit dan tulangnya sangat keras."
"Ya, aku tahu," balas Lin Chen dengan percaya diri.
Lin Chen segera melesat dan menyerang dengan Tinju Gelombang, dan tinjunya bertabrakan langsung dengan kaki depan Kadal Api Tulang Perak.
WUSH! BOOM! DUAR!
Ledakan energi menyebar ke segala arah, menghancurkan batu-batu, merobohkan pohon-pohon, dan menutupi sekeliling dengan debu tebal. Dalam sekejap, keduanya terpental mundur.
Kadal Api Tulang Perak mundur dua langkah, sedangkan Lin Chen terdorong hingga tiga meter. Meski kekuatan fisiknya setara dengan Pemurnian Tubuh level 9 tahap puncak, kesenjangan kekuatan masih terasa. Namun, ini tidak membuatnya takut.
Niat bertarung Lin Chen justru semakin mendidih. Semakin kuat lawannya, semakin besar semangatnya.
Pertarungan ini terjadi karena sebelumnya Lin Chen melihat bendera merah yang dipasang di samping sebuah kolam kecil. Di tepi kolam itu terdapat Rumput Bulan Cerah, herbal yang sangat berharga untuk memperkuat jiwa seorang seniman bela diri. Namun, Kadal Api Tulang Perak muncul dan menghalanginya, membuat pertarungan tak terhindarkan.
Tiba-tiba, tubuh Kadal Api menyala merah seperti bara. Dengan gerakan cepat, ia memutar tubuh dan menyapu ekornya seperti cambuk, menyebarkan api panas yang membakar segalanya dalam radius sepuluh meter.
WUSH! BOOM!
Pohon-pohon yang tumbang tersapu api dan meluncur seperti peluru ke arah Lin Chen.
Bukannya mundur, Lin Chen melesat ke depan dengan Langkah Petir, memecahkan kayu-kayu yang terbang dengan Tinju Gelombangnya.
WUSH! BRAK! BRAK!
Saat ekor Kadal mendekat, Lin Chen segera mengompres energi Qi lebih besar ke kepalan tangannya. Dia meraung,
"TINJU GELOMBANG!"
Pukulan itu menciptakan tornado angin dengan empat ledakan berturut-turut, bertabrakan langsung dengan ekor Kadal.
BOM! BOM! BOM!
Fluktuasi energi besar menghancurkan area sekitar. Tanah retak, menciptakan pola seperti jaring laba-laba. Tubuh Lin Chen terpental ke belakang, menghantam beberapa pohon sebelum akhirnya berhenti setelah menabrak batu besar.
BRAK! DUAR!
"Agh! Sial, ini sakit sekali," keluh Lin Chen.
Namun, cahaya hijau keemasan segera menyelimuti tubuhnya. Energi dari Akar Pohon Kehidupan di dantiannya mulai memulihkan tubuhnya, menyembuhkan luka dan menghilangkan rasa nyeri yang dia rasakan sebelumnya.
Sementara itu, di sisi lain, Kadal Api Tulang Perak tersentak mundur dua meter. Kemarahannya meledak, matanya menyala merah darah. Mahluk kecil di depannya sangat berani melawannya, dan dia ingin mebunuh ya dengan satu kali serangan.
Merasakan niat membunuh di mata monster itu, Lin Chen menyipitkan mata, namun ekspresinya tetap tenang. Lalu dia ingin mencoba salah satu kemampuan dari Mata Kehidupan.
Dia segera bergumam
"PEMBATASAN ENERGI!"
Saat itu juga, mata kanannya bersinar dengan warna hijau keemasan, menciptakan medan penghalang yang memutus hubungan Kadal dengan energi dunia. Sisik peraknya melemah, tubuhnya menjadi rentan, dan gerakannya melambat.
Lin Chen terkejut melihat hasilnya, tetapi dia segera sadar bahwa teknik ini menguras energinya. Tanpa menunda, ia menyerang dengan kombinasi Tinju Gelombang.
WUSH! DUAR!
Pukulan pertama menghancurkan kepala monster, dan pukulan kedua mematahkan pertahanannya sepenuhnya. Monster itu jatuh tak berdaya, jantungnya hancur dan dia tewas di tempat
"Huh, teknik ini luar biasa... tapi sangat menguras energi," gumam Lin Chen, menyadari bahwa 60% energinya terkuras.
Tiba-tiba suara Lin Xiao Xiao, terdengar di dalam benaknya. Dia menjelaskan,
"Tuan, ini adalah teknik tingkat dewa. Dengan basis kultivasi Tuan yang masih rendah, wajar jika energi terkuras. Saat kultivasi meningkat, konsumsi energi akan lebih ringan."
Lin Chen mengangguk paham, lalu berkultivasi untuk memulihkan energinya. Satu jam kemudian, ia pulih sepenuhnya.
Lin Chen mendekati mayat Kadal, mengeluarkan pedang biru dari cincin ruangnya, dan dengan satu tebasan, ia mengambil Kristal Energi milik monster itu. Kristalnya sebesar jempol berwarna merah terang dan memancarkan energi elemen api yang murni.
Setelah itu, ia tidak lupa menyimpan mayat Kadal ke dalam cincin ruangnya. Tulang, kulit, dan organ dalamnya bisa dijual mahal. Lin Chen juga mengambil Rumput Bulan Cerah dan bendera merah yang ada di dekatnya.
"Dengan ini, aku sudah berhasil mengumpulkan 10 bendera merah," katanya puas.
Selama dua hari, Lin Chen berhasil mengumpulkan 9 bendera merah, ada juga monster lemah di tingkat 1 dan 2, namun Lin Kong mengurus monster monster lemah itu untuk menghemat waktu. Dan di hari ketiga inilah dia mendapatkan 1 bendera lagi, jadi totalnya 10 bendera merah.
"Sekarang, waktunya mengumpulkan lebih banyak bendera dan mendapatkan batu roh dalam jumlah besar," ujarnya penuh semangat, melesat ke arah lain dengan Lin Kong di punggungnya.
Keesokan harinya, Lin Chen kembali menjelajah. Beruntung, semalam dia menemukan sebuah gua tak berpenghuni. Malam itu, dia memutuskan untuk tinggal sementara di dalam gua tersebut.
Hari ini, dia bertekad untuk mendapatkan setidaknya tiga atau empat bendera merah. Oleh karena itu, dia memperluas jangkauan pencariannya ke wilayah yang lebih luas.
Dua jam kemudian.
Saat memperhatikan sekeliling, pendengarannya yang tajam menangkap suara pertarungan sengit dari arah selatan. Diselingi umpatan penuh kebencian dan keputusasaan, suara itu membuat Lin Chen mengernyitkan kening. Rasa penasaran mendorongnya melesat ke arah sumber suara.
Ketika mendekat, dia melihat tiga gadis yang dilindungi oleh seorang pemuda, dikelilingi oleh lima orang lainnya. Pemuda itu memegang pedang di tangan kanannya, sementara tangan kirinya berusaha menutupi luka berdarah di bahu kanannya.
Samar-samar, Lin Chen dapat mendengar percakapan mereka.
"Ming Zhao, apa maksudnya ini? Apakah kamu ingin memberontak? Beraninya kamu berniat jahat kepada Nona Qin Yue?" seru pemuda yang terluka itu dengan nada tajam.
Mendengar itu, Ming Zhao tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, Ye Huan, kamu sangat naif. Di dunia ini, hanya yang kuat yang dihormati. Yang lemah hanya akan ditindas hingga mati."
"Asal kamu tahu," lanjutnya,
"Selama aku membawa tubuh Qin Yue dalam keadaan utuh, Tuan Muda Ketiga dari Klan Guang, Guang Shen, akan memberiku Pil Kabut Biru tingkat menengah yang bisa membuatku menerobos ke ranah Pengumpulan Qi dan membiarkanku menjadi pengikutnya." Sebuah senyum sinis terlukis di wajahnya.
Mendengar hal itu, Ye Huan semakin marah.
"Dasar bajingan hina! Hanya demi Pil Kabut Biru, kau rela mengkhianati Klan Qin? Apakah kau lupa bahwa Patriark Qin-lah yang membebaskan kita dari perbudakan? Dialah yang memberi kita makan dan tempat tinggal yang layak!"
"Jika bukan karena bantuannya, mungkin kita masih menjadi pengemis jalanan yang tidak tahu hidup atau mati. Beraninya kau berkhianat hanya demi sebutir pil?" Ye Huan menatap Ming Zhao dengan dingin.
Untuk sesaat, hati Ming Zhao bergetar. Rasa bersalah sempat melintas di matanya, tetapi dengan cepat digantikan oleh tekad kuat saat dia mengingat janji-janji yang diberikan Guang Shen.
Dengan nada acuh tak acuh, dia berkata, "Huh! Bukalah matamu lebar-lebar. Klan Guang adalah salah satu klan kelas atas di Kerajaan Singa Emas. Sementara Klan Qin hanyalah klan kelas menengah. Aku hanya ingin berpihak pada yang lebih kuat untuk mendapatkan pijakan yang lebih baik."
Kemudian, dengan suara lantang, dia memerintahkan, "Semuanya, selesaikan ini secepatnya! Kalian juga ingin mendapatkan Pil Kabut Biru, bukan?"
Mata para pemuda yang mendengarnya bersinar penuh tekad.
Seketika, wajah Ye Huan berubah serius. Meski dia berada di tingkat Pemurnian Tubuh level 9 tahap puncak, lawannya adalah lima orang dengan kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Ming Zhao berada di tingkat Pemurnian tubuh level 9 tahap awal, sementara empat lainnya berada di tingkat Pemurnian tubuh level 8 tahap puncak.
Di sisi lain, Qin Yue dan tiga gadis lainnya berada dalam keadaan sangat lemah setelah meminum air yang telah dicampur dengan serbuk jamur ungu. Racun dari serbuk ini mampu melemahkan tubuh dan memblokir jalur energi seorang kultivator untuk sementara waktu.
Pantas saja selama perjalanan, Ming Zhao terus memastikan Qin Yue dan ketiga gadis itu meminum air yang dia berikan. Semuanya ternyata sudah direncanakan dengan matang. Setelah mereka meminum air itu, empat orang lainnya muncul untuk membantu Ming Zhao melakukan penyergapan.
Kali ini, Ye Huan bertekad melindungi Qin Yue dan ketiga gadis lainnya, bahkan jika dia harus mati di tempat ini.
Qin Yue dan ketiga gadis tersebut adalah murid dalam Sekte Pedang Surgawi. Hu Yan dan Ming Zhao, yang sama-sama dibesarkan oleh Patriark Klan Qin, juga berhasil menjadi murid dalam. Setelah bertahun-tahun dibimbing secara pribadi oleh Patriark Qin, mereka berdua dianggap seperti anak sendiri.
Namun, terlepas dari status mereka sebagai murid dalam, tugas utama mereka tetap sama: melindungi Qin Yue. Tidak pernah terpikir oleh Ye Huan bahwa Ming Zhao akan mengkhianati Klan Qin dan melupakan semua kebaikan Patriark Qin kepadanya.
Yu Huan sangat mengenal Tuan Muda Ketiga dari Klan Guang, Guang Shen. Siapa yang tidak mengenal bajingan itu? Dia terkenal sebagai pria yang suka mempermainkan wanita, lalu membuang mereka seperti sampah begitu dia merasa bosan.
Dan sekarang, bajingan seperti itu memiliki niat buruk terhadap Nona Qin Yue. Yu Huan tidak akan pernah membiarkannya terjadi. Di dalam hatinya, Qin Yue sudah dianggap seperti adik sendiri. Sebagai seorang kakak, dia merasa harus berdiri di depan dan menghadang semua bahaya yang mengancamnya.
Di sisi lain, Lin Chen yang mendengar percakapan itu hanya bisa menghela napas panjang. Dia kagum pada keberanian dan ketulusan Yu Huan. Namun, sorot matanya berubah sangat dingin saat menatap Ming Zhao.
"Bajingan seperti itu lebih baik mati saja." Kalimat itu terlintas jelas dalam benak Lin Chen.