Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengunjungi Pabrik
Padahal pendingin di ruangan CEO cukup dingin, tapi entah mengapa Jaka sendiri yang merasa kepanasan. Andai kulitnya cerah seperti Dimas, mungkin akan terlihat kemerahan.
"Kenapa Lo? Abis lihat hape, jadi kayak kesel gitu." Bisik Aryan yang berdiri tepat di sebelahnya. Keduanya sedang menunggu CEO mereka memeriksa berkas sebelum di tanda tangani.
Jaka hanya melirik sekilas, tanpa berniat menanggapi. "Ka, pesenin tiket ke Surabaya besok siang, Om Tris minta saya datang." Kata Dimas sambil memberikan map hitam.
"Sama Mbak Bunga apa sendiri? Lalu jadwal yang lain bagaimana?"
"Istri saya nggak usah ikut, besoknya saya langsung pulang. Lalu mengenai Rapat internal bisa diwakili sama manajer atau kamu, jadi saya tak perlu hadir."
"Jadi yang ikut ke Surabaya, saya, bos?" tanya Aryan.
"Ya iyalah kamu, kamu kan asisten saya."
"Kenapa nggak Jaka aja? Saya di Jakarta aja, bos! soalnya besok malam saya mau ada keperluan keluarga."
"Kamu belum berkeluarga, Aryan!" Dimas mengingatkan.
"Saya udah reservasi restoran buat candle light dinner bareng pacar, bos! Masa mau dibatalin."
Dimas menopang dagu, dan menatap asistennya dengan tajam. "Sejak kapan kamu nggak profesional?"
"Ya baru kali ini lah, bos! saya baru mau mulai dekat sama cewek, saya mau seriusin. Ya Bos tau lah, saya yang mantan pemain bisa kalah sama Denis. Harga diri saya hancur rasanya." Aryan memasang wajah kesal.
"Itu salah kamu sendiri, kenapa menyia-nyiakan masa muda?"
"Bos ... Please!"
Dimas berdecak, lalu menatap sekretarisnya. "Ya udah, Ka! Kamu yang dampingi saya."
"Baik, Pak!" sahut Jaka.
***
CEO dan sekretarisnya baru tiba di pabrik menjelang sore, tepatnya dua jam sebelum jam kerja office, habis.
Dimas langsung menemui Tris yang sedang berada di ruangannya. Tak ada sambutan, kedatangannya semacam sidak, sehingga hanya Tris yang mengetahuinya. Sontak ruangan para staf yang dilalui oleh Dimas dan Jaka, mendadak sibuk.
Ada bahasan penting mengenai pengembangan obat dan masalah lainnya yang lebih baik dibicarakan secara langsung.
Jaka mencatat segala percakapan antara Keponakan dan Pamannya itu.
Selesai pembahasan, Tris mengantar CEO sekaligus keponakannya, menuju tempat produksi. Namun sebelumnya mereka memakai pakaian khusus.
Mereka baru keluar dari tempat produksi, tepat sesaat sebelum jam pulang kerja para staf kantor Pabrik.
Dimas menyahut sapaan ramah para pekerja, dia dikenal ramah dan murah senyum. Bertolak belakang dengan sekretarisnya yang pelit bicara dan senyuman itu.
"Bagaimana dengan kinerja staf mutasi dari Jakarta, om?" Dimas bertanya, ketika melintas di ruangan staf keuangan.
Mendengar hal itu, Jaka langsung memasang telinganya baik-baik. Tapi matanya melirik ke arah ruangan di mana pacarnya tengah fokus menghadap ke layar komputer.
"Sejauh ini nggak ada masalah, malah bantu banget kata manajer. Dibandingkan staf yang saat ini bertugas di Jakarta." Sahut Tris. "Tapi ngomong-ngomong sudah dua hari ini, Om dengar ada salah satu supervisor mendekati dia, mereka terlihat akrab."
"Sejak kapan Om peduli dengan kehidupan pribadi staf?"
"Dia staf pusat, om harus awasi. Takut ada yang marah-marah." Sindir Tris seraya melirik si 'kanebo kering'.
Dimas menoleh menatap sekretarisnya. "Oh pantesan ... Tapi bagusan LDR, om! buat menguji kesetiaan. Faktanya udah ada yang Deketin, wah ... Bakal patah hati nih!"
Disindir seperti itu, Jaka tetap memasang wajah khas nya. Tak ada perubahan ekspresi.
"Sebelum kembali, ada baiknya makan malam di rumah om dulu, ya! Tante sudah siapkan makanan." Ajak Tris.
"Boleh Om." Dimas menyahuti. "Ka, kamu beliin oleh-oleh di Darma Husada, ya! Nanti saya kirim apa aja yang dibeli by WA." Perintahnya pada sekretarisnya. "Ayo Om." Dimas bersama Tris meninggalkan Jaka begitu saja. Namun baru beberapa langkah, Dimas berbalik. "Oh ya Ka, kamu bisa balik ke Jakarta dengan penerbangan paling pagi, mengenai oleh-oleh, antarkan ke bandara. Dan jangan lupa beli pengaman, karena saya nggak mau, teman istri saya ada yang MBA."
Jaka pikir Dimas tak tau hubungannya dengan Mia, sepertinya ini ulah Aryan. Si mulut lemes itu, lihat saja begitu kembali ke Jakarta, akan dia kerjai.
Setelah mengambil tas dan laptopnya di ruangan Tris, Jaka kembali ke ruangan staf keuangan. Sialnya sang kekasih tak lagi ada di sana, sempat bertanya pada OB yang sedang membereskan ruangan. Katanya Mia pulang bersama supervisor.
Dengan langkah lebarnya dia menuju parkiran, dari kejauhan Jaka melihat interaksi dua orang berbeda jenis kelamin itu. Seketika amarahnya bangkit dan darahnya terasa mendidih.
Dia menghubungi nomor ponsel pacarnya, dan sedikit berlari, menghampiri dua orang yang hendak masuk ke dalam mobil sedan berwarna silver.
Begitu tiba di dekat sisi penumpang, dia langsung membuka pintu yang beberapa detik lalu baru tertutup.
Bisa dilihat bagaimana reaksi gadisnya? Mia menutup mulutnya tak percaya. "Mau kemana kamu? Aku telepon kenapa nggak diangkat? Dan kenapa kamu bisa akrab dengan dia?" Jaka tau siapa pria di balik kemudi. Sebagai seorang sekretaris CEO, yang acap kali berkunjung ke Pabrik, dia kenal setiap supervisor dan manajer di beberapa bagian.
Aji keluar dari sisi kemudi, dia berlari memutar menghampiri sekretaris CEO. "Sore Pak Jaka, apa kabar?"
Jaka hanya berdehem, wajah khasnya yang tanpa senyum, terlihat semakin kaku karena amarah sedang menyelimuti. "Turun kamu." Perintahnya pada Mia.
"Apa Pak Jaka ada urusan pekerjaan dengan Mia?" Tanya Aji bingung.
Lagi Jaka berdehem. Lalu tanpa berkata apapun, dia menggandeng tangan Mia, agar seger mengikutinya. Andai tak memikirkan reputasi, dan aturan perusahaan, mungkin dia akan membuat supervisor itu babak belur.
Sebenarnya ada mobil dinas yang bisa digunakan untuk berpergian selama berada di kota ini. Tapi dia lebih memilih menaiki taksi yang kebetulan melintas di depan gerbang Pabrik.
"Mas, kamu marah, ya?" Tanya Mia, setelah sekian lama mereka saling membisu. Keduanya sedang berada di taksi.
Jaka diam dan tak menunjukkan reaksi apapun. Hanya tangannya yang masih menggenggam jari jemari kekasihnya.
Sesuai perintah CEO, Jaka meminta supir taksi untuk mengatakannya ke tempat oleh-oleh yang terkenal dengan sambal bawangnya.
Penjelasan Mia sama sekali tak diindahkan nya. Gadis itu mengatakan jika Aji adalah teman kuliahnya, jadi itu semacam reuni layaknya teman, karena sudah lama tidak bertemu. Mia juga menjelaskan, kalau Aji telah memiliki anak.
Tiba di pusat oleh-oleh, Jaka mulai menyebutkan seluruh pesanan Dimas pada salah satu pekerja Depot, yang akan dimasukkan ke dalam dus. "Kamu pilih buat kamu makan di mess, atau sekalian pilihkan buat mama kamu." Tak ada senyuman di wajah pria yang dijuluki 'kanebo kering'.
"Nggak usah, ini mahal. Sayang uangnya, mas!"
Jaka berinisiatif memilihkan untuk Mia dan ibunya. Dia tau, pacarnya ini suka makan, sehingga Jaka membelikan cukup banyak.
Perintah Dimas telah dia laksanakan, Jaka langsung mengantarkan ke bandara. Sekertaris dan CEO-nya janjian bertemu di sana, dengan kata lain, keduanya pulang secara terpisah.
othor jangan lama2 dunk update nya...
semangat ya thor... 💪
sblum nanti kamu d kejar scara ugal²an lg sm pak sekertaris/Grin/
kasiaaaan nasib ari,dia baik ke tmn² unge, tp jd kaya bahan bakar d hubungan mrk.yg sll mnjdikan pasangannya kebakaran jenggot tiap kali melihat mrka jalan sama ari./Facepalm//Facepalm//Facepalm/
tp cuma jg bodoh²in unge²an itu.toh buktinya hidup unge skrng lbh bahagia dpt suami yg lbh kaya dr ari lbh bs memuaskan d ranjang lagi/Facepalm//Facepalm/ (gitukan ya thor awal mulanya hubungan mrka? dr ranjang/Chuckle/)