Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Kedatangan penyusup
Amelia menatap jari manisnya dimana sebuah cincin berlian melingkar dengan begitu indah. Jantungnya kembali berdebar kencang saat mengingat momen yang ia lewati bersama Maxime beberapa jam yang lalu.
"Dasar pria pemaksa," gumam Amelia yang masih terjaga padahal jam sudah menunjukkan pukul 01:23 malam. Entah kenapa matanya begitu enggan untuk terpejam.
Amelia menyibak selimutnya lalu mengambil jubahnya dan memasangkannya menutup gaun tidur tipis yang ia kenakan. Kedua kakinya menyentuh lantai kamar dan turun dari atas tempat tidur.
Amelia membuka pintu kamarnya, ia berencana turun ke lantai dasar untuk mengambil air minum karena air minum yang ada di kamarnya habis. Ia terdiam sejenak didepan pintu kamar Maxime yang berhadapan dengan kamar yang ia tempati.
"Dia pasti sudah tidur," gumam Amelia. Ia melanjutkan langkahnya menuju lantai dasar.
Amelia menuruni anak tangga demi anak tangga dengan begitu hati-hati. Suasana begitu temaram karena karena lampu sudah dipadamkan membuat jarak pandangnya terbatas.
Amelia menghembuskan nafas panjangnya saat kakinya menyentuh anak tangga terkahir. Ia segara melangkah menuju arah dapur dengan langkah tergesa. Mansion ini sangat luas, membuatnya sedikit merasa takut karena lampu yang sudah dipadamkan. Ia mempercepat langkahnya menuju dapur agar segara sampai.
Dan sesampainya di dapur ia langsung membuka lemari pendingin dan mengambil minuman dingin disana. Namun ketegangannya buyar saat tiba-tiba derap langkah terdengar dari arah ruang tengah. Ia tiba-tiba merinding sekaligus takut.
"Periksa seluruh kamar!, seret mereka kehadapanku?"
Amelia hampir saja menjatuhkan botol minumannya saling terkejutnya. Tubuhnya menegang, sepertinya ada penyusup yang datang. Lalu ia harus bagaimana?, ia harus bersembunyi tapi dimana. Pikirannya tiba-tiba buntu, ia tidak ingin tertangkap dan ia harus segara bersembunyi.
Amelia melirik sebuah pintu yang berada di samping lemari pendingin. Ia mencoba membuka pintu itu dan berhasil ternyata pintunya tidak terkunci. Ia segara masuk dan ternyata itu adalah ruangan penyimpanan stok makanan kering. Ia sedikit bernafas lega namun tiba-tiba ia teringat akan Maxime yang saat ini berada di kamarnya. Bagaimana keadaan Maxime?, siapa yang sebenarnya datang menyusup ke tempat ini.
Amelia menutup telinganya saat mendengar suara tembakan diruang tengah. Jantungnya berdegup kencang, bayangan Maxime terlintas dibenaknya.
"Ya Tuhan selamatkan Maxime," batin Amelia.
Amelia menahan nafasnya saat derap langkah terdengar memasuki area dapur. Kedua matanya awas memperhatikan seluruh ruangan dan mencari tempat untuk bersembunyi jika orang-orang diluar sana membuka pintu ruangan ini.
Amelia membuka lemari yang ada disana dan ia tampak terkejut saat mengetahui jika pintu lemari itu adalah sebuah pintu menuju sebuah ruangan. Ia menutup pintu itu dan menguncinya dari dalam lalu melangkah masuk menuruni anak tangga. Ruangan ini cukup terang sehingga ia bisa melangkah lebih leluasa.
"Ruangan apa ini?," batin Amelia terus menuruni anak tangga.
Amelia dibuat kagum pelan design ruangan ini, meski berada di bawah tanah tapi ruangan ini begitu sangat rapi meski sedikit menyeramkan karena didinding ruangan itu terdapat lukisan yang sangat menyeramkan.
Amelia duduk di sebuah kursi dengan ekspresi penuh ketakutan. Ia tidak tahu sekarang apa yang terjadi diatas sana. Dalam hatinya ia hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari para penyusup itu.
Amelia menekuk lututnya lalu menyembunyikan wajahnya di sela kedua lututnya. Sungguh ia sangat takut sekarang. Tempat ini tidak ada jalan untuk melarikan diri karena Mansion ini berdiri di tengah pulau. Ia berharap tidak ada yang menemukannya disini.
Sementara itu di lantai dasar Mansion milik Maxime terjadi kekacauan. Para mayat dari maid dan juga penjaga bergelimpangan di ruangan itu. Seorang pria tua duduk di sofa dengan ekspresi yang penuh amarah. Ia tidak menemukan satu orang pun yang dicarinya.
"Kakek... sepertinya mereka tidak ada disini," ujar sang cucu menghampiri pria tua itu.
"Kau yakin Revan?. Cari disetiap ruangan mansion ini. Kita sudah jauh-jauh datang ke sini dan kita harus membawa salah satu dari mereka," jawab Kakek Armand. Ya pria tua itu akhirnya mengetahui tempat ini berkat Revan yang berhasil melacak tempat ini.
"Iya Kek dan aku menemukan pakaian wanita di salah satu kamar. Bisa jadi ini adalah pakaian Amora. Aku yakin sekali Kek, jika Amora ada bersama Maxime," ucap Revan.
"Kalau begitu temukan dia. Kita harus membawanya. Aku membutuhkannya untuk menghancurkan Lucas," jawab Kakek Armand.
"Tapi sepertinya Mansion ini sudah kosong Kek, tidak ada tanda-tanda ada manusia lagi disini," ucap Alvira yang baru saja datang dari arah belakang.
"Oh shitt...," umpat Kakek Armand. Segala rencana yang ia susun berantakan. Ternyata Maxime bisa mengetahui rencananya.
"Ayo kita pergi dari disini!," ucap Kakek Armand segara bangkit dari duduknya.
***
Amelia membuka kedua matanya, ternyata ia ketiduran. Ia menatap sekeliling ruangan dan melirik jam dinding ternyata ini sudah pagi. Gadis itu turun dari kursi, kakinya terasa kaku karena posisi tidurnya yang tidak biasa.
Amelia teringat kejadian semalam dan suara tembakan sebelum ia masuk kedalam ruangan ini."Apakah diatas sana sudah aman?," batin Amelia. Ia sedikit ragu untuk naik ke lantai dasar, takut jika para penyusup itu masih berada diatas sana. Tapi rasa penasarannya lebih besar.
Amelia memutuskan untuk naik ke lantai dasar. Dengan langkah pelan ia menaiki anak tangga. Ia membuka pintu lemari itu dengan perlahan sesampainya dianak tangga paling atas.
Dengan langkah hati-hati dan sedikit keraguan Amelia keluar dari ruangan penyimpanan makanan itu. Jantungnya berdegup kencang saat merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Ia melangkah keluar dari area dapur dengan mata awas memindai setiap ruangan.
Deg
Amelia menegang saat melihat pemandangan yang menyayat hati. Para maid dan penjaga sudah tewas, ia memindai satu persatu mayat itu dan ia tidak menemukan Lulu dan juga Maxime. Dimana mereka?. Air mata mengalir deras dipipi gadis itu, ia sendirian disini.
"Amelia... Amelia...."
Amelia menoleh pada asal suara, namun ia tidak melihat sosok orang yang memanggilnya.
"Amelia..."
"Aku disini!," seru Amelia. Langkah kakinya terasa berat untuk pergi dari disini.
"Amelia..."
"Max...," seru Amelia langsung berlari menghampiri Maxime dan memeluk pria itu dengan begitu erat. Ia sungguh ketakutan sekali.
"Kamu baik-baik saja?," tanya Maxime. Ia memang meninggalkan Mansion ini semalam karena ada sedikit urusan. Dan pagi-pagi sekali Lulu menghubunginya jika di Mansion terjadi kekacauan.
Amelia mengangguk dalam pelukan Maxime, tubuh bergetar hebat. Ia tidak tahu berbuat apa jika saja Maxime tidak datang menjemputnya.
"Kita pergi dari sini," bisik Maxime mengecup pucuk kepala Amelia. Ia bersyukur sekali jika sang kekasih baik baik saja. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk pada Amelia.
"Tuan..."
"Lulu... kamu dari mana saja?," tanya Maxime. Ia masih memeluk Amelia, gadis itu sepertinya enggan melepaskan pelukannya. Ia masih merasa tubuh Amelia masih bergetar karena ketakutan. Entah apa yang terjadi disini semalam dan bagaimana kejadiannya. Ia belum sempat memeriksa cctv Mansion ini. Ia langsung ke sini saat Lulu mengabarkan jika terjadi kerusuhan di Mansion.
"Saya bersembunyi di dalam lemari Tuan. Apakah Nona Amora baik-baik saja?. Semalam kejadiannya begitu cepat dan saya tidak bisa mencari keberadaan Nona Amora," jelas Lulu yang masih mengenali Amelia sebagai Amora.
"Ya. Kita harus segara pergi dari sini sebelum mereka kembali," ujar Maxime.
...****************...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman