Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin
Elang mengikuti Marley yang akan membuka gerbang itu. "ngapain ngikutin?"
"mau main catur sama om niel" balas Elang, bahkan mendahului pemilik rumah.
Peserta olimpiade sudah sampai di sekolah dan di boleh kan untuk pulang. Termasuk Elang dan Marley, tadinya Marley akan pulang sendiri dengan motor nya, namun ia lupa ketika hari itu ia di antar oleh Daniel. Jadi ia pulang bareng dengan kakak kelas—pacar nya itu.
Jam menunjukan pukul 20.03 itu termasuk malam, maka nya Elang juga bersikeras untuk mengantarkan Marley.
Bell di bunyikan oleh Marley, dengan jail ia menekan beberapa kali. Dalam beberapa saat pintu terbuka, terlihat Marvel di sana. "hayii bro, gw menang emas bro, ucapin selamat dong bro" sapa Marley dengan menepuk bahu Marvel berkali-kali.
Marvel mengacak-acak rambut adik nya "selamaatt ya, kaka bangga sama kamu" ucap nya, namun ia langsung menghentikan tangan di kepala Marley ketika melihat Elang di belakang Marley.
"lo? Ngapain?"
"adekkk, ayah denger kamu menang medali emas? Ayah bangga sekali dengan kamuuu" sapa Daniel langsung merebut Marley dan memeluk nya "emm anak ayah udahh gede ajaa" lanjut nya sembari mengeratkan pelukan nya.
"ayahh ihh, engap ini adek"
"haha iya maap, eh elang? Masuk dulu lang"
Mendengar itu Elang menyusul Daniel untuk duduk di ruang tamu, sebelum itu Elang tersenyum pada Marvel yang masih berada di depan pintu.
Ketika masuk, lagi lagi Elang melihat keharmonisan keluarga Pangrestu ini. Terlihat Marley sedang di peluk oleh Nadira, terlihat sangat hangat. Tanpa di sadari Elang tersenyum melihat itu.
"Makasih udah anter anak bungsu om ya Elang" ucap Daniel yang baru sadar bahwa malam ini ia kedatangan tamu.
Elang menatap Daniel dan tersenyum "sama sama om, tapi maaf saya telat meminta izin"
Dengan menyeruput kopi yang di sajikan istri nya Daniel menatap Elang bingung "minta izin apa Elang? Ada sesuatu?" tanya nya lembut.
Elang tersenyum "saya izin sudah berkencan dengan Marley di Jakarta kemarin om, maaf saya telat meminta izin" tutur nya gugup.
Keadaan yang tadi ricuh karena Nadira dan Marley yang sedang unboxing tas Marley, keadaan menjadi hening sekarang. Marvel yang tadi nya berdiri, ia duduk di sebelah Elang.
"punya apa lo? Sampe pengen jadian sama adik gw?"
Daniel, Nadira, dan Marley terdiam atas pertanyaan yang Marvel ajukan "saya memang tak punya apa apa vel, tapi saya bisa berjanji untuk menjaga Marley. Mau bagaimana pun, inn syaa allah saya menjaga Marley"
"basi lang, gw udah banyak denger kata-kata kaya gitu, dan akhirnya mereka ninggalin adik gw sampe adik gw sakit hati."
"kakak..." panggil Nadira sembari menggeleng.
"biarin bun, kaka mau tau berapa hebat nya Elang si ketua osis ini"
"saya bisa membuktikan lewat perbuatan saya pada Marley, jika kamu tak percaya maka tanya saja pada adik mu"
"kakak udah coba, biar ayah yang ngomong sama pacar baru nya adek" ucap Daniel tenang karena seperti nya Marvel sedikit tersulut emosi.
Setelah Daniel menyuruh Nadira dan kedua anak nya naik ke atas, barulah ia dan yang katanya pacar anak bungsu nya berdua di ruang tamu.
"Elang, saya bisa memberitahu bahwa Marley mempunyai penyakit mental yang akan meledak kapan saja. Jika kamu tahu setelah om ngasih tau ini... Kamu bisa tinggalin Marley, dan jangan jadi pacarnya Marley
Marley punya insomnia sama kecemasan berlebih, ia bisa benar benar marah jika ia memang sedang mengeluarkan emosi nya, bahkan hal yang bahaya sekali pun." jeda nya menarik napas.
"dulu ketika ia smp, anak saya mengamuk sampai memegang pisau di tangan nya. Saya terluka karena pisau itu. Dari penjelasan itu, om cuma mau nanya satu hal"
"kamu mampu untuk mengimbangi semua yang ada di dalam tubuh Marley?" tanya nya serius, sungguh serius.
Elang menganggukkan kepala nya "mau bagaimanapun, saya siap menerima itu om. Maaf saya kemarin memeluk Marley, karena dia sedang kalut dengan pikiran nya om"
Daniel mengangguk, menyentuh bahu Elang "saya sudah menduga itu. Terima kasih telah memeluk api di tubuh anak om, Elang. Saya pasti percaya kepada mu, tapi asal kamu engga mematahkan kepercayaan om. Kalau sekali saja kamu mematahkan kepercayaan om, maka om ga akan percaya sama kamu lagi Elang." jelas nya dengan tangan yang masih berada di bahu Elang.
"terima kasih telah menaruh kepercayaan terhadap saya om Daniel"
Daniel mengangguk "kalau masalah Marvel, saya tau pasti kamu bisa mengatasi itu Elang. Kalau api di tubuh Marley kambuh, tolong peluk dia, tenangkan dia ya?"
"pasti saya akan menenangkan nya om, saya ikut sakit hati melihat Marley kalut"
Di sisi lain ada Nadira, Marvel dan Marley yang sedang mengintip di sela sela tangga. Walau sepertinya suara hanya lirih saja, alias tak terdengar sama sekali. "ga kedenger sedikit pun elah kak" protes Marley menepuk punggung Marvel yang masih mengintip.
"sttt ini gw lagi berusaha"
"marvel, marley..." panggil Nadira lembut dari arah sofa di sebelah tangga.
Nadira menggeleng "jangan menguping, sini duduk sama bunda" peri tah nya sembari menepuk sofa di sebelah nya.
Terlihat Marvel dan Marley sedang cengengesan tak berdosa, dan langsung menghampiri Nadira.
"bun atuh kan adek penasaran"
"ga baik adek" balas Nadira yang sedang menyisir Marley dengan tangan nya.
"kakak mau turun bun"
"ga boleh kakakk...." ucap Nadira masih lembut.
Membuat Marvel tarik napas, menyerah.
"inii Elang mau pulang, mau pamit katanyaa" teriak Daniel menyuruh untuk Istri dan kedua anak nya itu turun.
...****************...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya para readers 🫰🏻🤝🏻🤝🏻