Demi untuk menghindari perjodohan dengan seorang juragan tanah oleh pamannya sendiri, Fatimah pergi meninggalkan kampung halamannya, terpaksa meninggalkan sang kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Fatimah beruntung karena sesampainya di kota, dia bertemu dengan nenek yang baik hati yang memintanya untuk bekerja sebagai pengasuh cucunya, Zahra.
Kepribadian dan kecantikan Fatimah rupanya mampu membuat Aditya, majikannya jatuh hati padanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan jalan..
Fatimah.
"Mba Fatim ayo kita berangkat." Kata Zahra sambil terus menarik tanganku.
Kuikuti langkah Zahra, tangan kananku ditariknya sedangkan tangan kirinya masih memegang seragam baby sitter itu.
Semakin lama kami terus berjalan mendekat ke arah tuan Aditya, hatiku semakin berdebar kencang, entah apa aku mempunyai keberanian untuk mengatakan bahwa aku menolak perintahnya untuk memakai seragam itu.
Selama hampir 2 bulan lebih aku bekerja disini, aku tak pernah sekalipun bertatap muka dengan Tuan Aditya, apalagi berbicara dengannya. Tapi sekalinya aku akan berbicara dengan majikanku, aku malah akan membantah perintahnya, sesaat kemudian kami sudah di depan tuan Aditya. Beliau menatapku dengan heran, aku sudah mengerti dengan arti tatapannya.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa memakai seragam ini "Kataku seraya mengangkat seragam yang ada di tanganku dengan menundukkan kepala, aku tak berani bertatapan muka dengannya, karena memang aku tak pernah bertatapan dengan seorang pria kecuali keluarga terdekatku saja.
"Kenapa ?" Tanya Tuan Aditya terdengar heran.
"Maaf tuan, tapi seragam ini terlalu ketat untuk saya "
"Ketat?"
"Iya tuan, saya tidak pernah memakai pakaian ketat "
Tuan Aditya terdiam.
Tak lama nenek datang menghampiri.
"Seragam ini memang ketat untuk Fatimah, tidak pantas dipakai olehnya" Kata nenek seraya mengambil seragam itu dan memberikannya kepada bik Minah yang datang bersamaan dengannya
"Tapi kenapa Fatimah harus memakai seragam nak? nenek rasa kita tidak harus memaksakan itu kepada semua pegawai kita " Kata nenek dengan lembut.
Aditya mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, kita berangkat dulu nek " Kata Tuan Aditya menyalami nenek, begitu juga dengan Zahra dan dilanjutkan olehku.
"Ya kalian selamat bersenang senang ya " Kata nenek dengan senang.
ADITYA
Aku tak bisa kalau harus berdebat dengan nenek, jadi aku mengalah dan mengizinkan pengasuh itu pergi tanpa mengenakan seragamnya.
Dan alasan pakaian itu terlalu ketat, tidak masuk akal buatku, bukankah hampir semua wanita ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya kepada laki lakii
Selama dalam perjalanan, hanya suara Zahra yang terdengar, kadang menyanyi, bertanya dan mengoceh tidak karuan, sesekali Fatimah yang duduk dibelakang hanya mengingatkan Zahra yang tidak mau diam untuk berhati - hati dan kadang memegangi Zahra yang duduk dengan tidak benar.
Sementara Aditya fokus menyetir, dia mulai menyesal kenapa tadi tidak membawa supir, keadaan ini sungguh membuatnya risih dan canggung. Sesekali dilihatnya pengasuh itu memegangi Zahra yang tidak mau duduk dengan tenang, suara lembut Fatimah yang menyuruh Zahra untuk diam dan perhatiannya pada Zahra membuat dia yakin bahwa pengasuh ini tulus menyayangi Putrinya.
Akhirnya sampailah mereka di Mall yang dituju.
Keadaan mall itu belum terlalu ramai karena jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, tempat pertama yang mereka tuju sudah tentu pusat permainan anak anak yang berada di lantai atas.
Sesampainya disana, Zahra mulai mencoba beberapa jenis permainan, Fatimah dengan cekatan menemani Zahra, terlihat sekali Zahra sangat bergembira, sedangkan Fatimah mengikuti Zahra kesana kemari.
Sementara Aditya, mengikuti mereka dari kejauhan, melihat Zahra yang bergembira dan tertawa membuat hatinya ikut bahagia.
Namun secara tidak sadar, Aditya terus memperhatikan pengasuh itu.
"Kenapa semakin hari semakin kulihat dia semakin cantik." Pikir Aditya.
"Pakaiannya padahal tertutup, jilbab selalu menutupi kepalanya dan wajahnya tanpa makeup, tapi..." Aditya tak berani melanjutkan perkataannya.
"Ah kenapa aku malah memperhatikannya " Aditya tersadar dari lamunannya.
Tiba-tiba Zahra berlari ke arahnya, diikuti Fatimah di belakangnya.
"Papa ayo kita main " kata Zahra sambil menarik tangan Aditya
Ternyata Zahra mengajak Aditya untuk bermain mobil-mobilan mainan favorit mereka.
Kini giliran Fatimah yang melihat mereka bermain dari kejauhan.
"Aku beruntung Tuan Aditya tidak marah karena aku menolak perintahnya" Pikir Fatimah.
Mereka bermain dari satu permainan ke permainan lainnya, hingga ta terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.30, sudah masuk waktu Dzuhur.
Walaupun agak ragu ragu tapi Fatimah memberanikan diri untuk menghampiri tuannya yang sedang asyik bermain.
"Maaf tuan, sudah siang, sudah masuk waktu Dzuhur, dan nona Zahra juga sudah waktunya untuk makan siang.." Kata Fatimah tanpa berani menatap wajah tuannya.
Aditya langsung melihat jam tangannya.
"Sayang, sudah siang, kita udahan dulu ya mainnya, kita shalat dulu terus kita makan"
"Iya pah "Jawab Zahra.
Mereka berjalan menuju mushalla.
Selesai shalat, Aditya mengajak Fatimah dan Zahra makan siang di sebuah restoran.
"Kamu mau makan apa sayang..?" tanya Aditya kepada Zahra sambil menyodorkan buku menu.
Tanpa lama lama Zahra langsung menunjuk salah satu menu salam buku itu.
"Spaghetti.." Jawab Zahra dengan riangnya.
Sementara itu Fatimah masih bingung dengan daftar makanan di menu itu.
"Kamu?" Tanya Aditya membuat Fatimah kaget.
"Terserah tuan saja " Jawab Fatimah seraya menyodorkan buku menu di tangannya kepada salah seorang pelayan di sampingnya.
Aditya mengerti bahwa mungkin Fatimah bingung karena tulisan pada buku menu tadi semuanya bahasa Inggris.
Aditya kemudian memilih beberapa menu yang dirasa cocok untuk Fatimah.
Sambil menunggu makanan tiba Aditya dan Zahra terus bersenda gurau sementara Fatimah hanya memerhatikan dan sesekali tersenyum melihat kelucuan Zahra.
Beberapa saat kemudian, makanan datang.
Aditya segera memakan pesanannya, sementara Fatimah masih sibuk menyuapi Zahra, yang belum bisa makan sendiri.
Melihat hal itu, membuat Aditya merasa kasihan, dia menyuruh Fatimah berhenti menyuapi Zahra dan makan makanannya.
"Biar saya saja yang menyuapi Zahra, kamu makan saja makananmu nanti keburu dingin" Kata Aditya sambil mencoba mengambil sendok ditangan Fatimah.
Mendengar hal ini, tentu saja Fatimah menolak, karena memang sudah pekerjaannya melayani nona Zahra.
"Tidak apa apa tuan, biar saya saja" Jawab Fatimah masih tetap memegang sendok.
Tanpa sengaja tangan Aditya memegang tangan Fatimah, keduanya kaget dan saling bertatapan, Fatimah segera tersadar dan melepaskan sendok yang di dipegangnya diatas piring Zahra.
Keduanya terlihat sangat kikuk dan canggung.
"Aaaaaaaaaaa...." Zahra membuka mulutnya lebar, membuat Aditya dan Fatimah mengambil sendok yang tadi dijatuhkan Fatimah, dan ketika itu tangan mereka kembali bersentuhan, kali ini Fatimah yang memegang punggung tangan Aditya.
"Astagfirullah..." Sontak Fatimah menarik tangannya sambil segera menunduk karena salah tingkah.
Aditya juga tak kalah kaget dan sama salah tingkahnya tapi dia bisa cepat menguasai situasinya dan segera menyuapi putrinya.
"Makanlah makananmu, biar saya yang menyuapi Zahra " Kata Aditya.
Fatimah mengangguk.
Fatimah memakan makanannya dengan terus menundukkan kepalanya.
Setelah selesai makan, Zahra meminta ayahnya untuk pergi ke toko mainan.
Selama di dalam toko, Fatimah terus saja membayangkan kejadian di restoran tadi, baru kali ini seumur hidupnya dia bersentuhan dengan seorang pria selain keluarga terdekatnya, bahkan bukan hanya sekali, tapi dua kali, membuatnya kembali merasa sangat bersalah dan berdosa.
Begitu juga dengan Aditya, ini bukan kali pertama baginya menyentuh wanita, namun kejadian di restoran tadi, saat tak sengaja dirinya dan Fatimah bersentuhan membuat jantungnya berdegup kencang, namun juga ada sedikit perasaan bersalah, karena Aditya melihat Fatimah menjadi sangat pendiam setelah kejadian tadi, bahkan senyum manis yang biasanya menghiasi wajahnya tidak ada, Fatimah menjadi murung.
Tiba-tiba tiba tiba hatinya bergetar kencang mengingat bahwa sesaat tadi mereka saling bertatapan.
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/