"Tidak perlu Lautan dalam upaya menenggelamkanku. Cukup matamu."
-
Alice, gadis cantik dari keluarga kaya. Hidup dibawah bayang-bayang kakaknya. Tinggal di mansion mewah yang lebih terasa seperti sangkar emas.
Ia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang benar-benar diinginkannya.
Bertanya-tanya kapankah kehidupan sesungguhnya dimulai?
Kehidupannya mulai berubah saat ia diam-diam menggantikan kakaknya disebuah kencan buta.
Ayo baca "Mind-blowing" by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Menonton Drama Cindy
“Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, ya!” Cindy berkata dengan nada tinggi. Di depannya, seorang gadis cantik yang ia tahu satu jurusan dengan kekasih Cindy berdiri dengan tatapan bingung sekaligus sinis.
“Aku tidak tahu apa maksudmu, Cindy,” gadis itu berkata sambil melipat tangan. “Dia yang mendekatiku lebih dulu, bukan aku.”
Itulah yang memicu semuanya, "Ohh.." Jawab Cindy dengan santai lalu tanpa ragu menarik rambut gadis itu, menjambaknya dengan kuat hingga gadis itu berteriak. Aku yang berdiri di dekat situ tak bisa menahan tawa. Adegan itu entah kenapa terlihat lucu bagiku.
Cindy, dengan penuh keberanian, berusaha melindungi hubungannya, sementara gadis itu panik dan mencoba melepaskan diri.
“Bagus, Cindy! Ajar dia!” Aku bersorak mendukung, sambil tertawa.
Tapi semuanya berubah saat Cindy mulai bertindak lebih agresif. Dari hanya menjambak rambut, Cindy mulai mencakar wajah gadis itu. Garis merah langsung terlihat di pipi gadis itu, membuatnya menangis dan berteriak meminta tolong.
“Sayang! Cukup!” Kekasih Cindy tiba-tiba muncul dan langsung menarik Cindy menjauh. Alice juga buru-buru mendekat untuk membantu melerai. “Cindy, hentikan! Kau bisa dikeluarkan kalau terus seperti ini!”
Cindy berusaha melawan pegangan kekasihnya, matanya penuh emosi. Aku tahu dia tidak akan menyerah begitu saja. “Dia menggoda kekasihku meskipun dia tahu aku kekasihnya! Dia pantas mendapatkannya!” teriak Cindy dengan napas memburu.
-
Hari itu benar-benar penuh kekacauan, tetapi aku tahu, jika bersama Cindy, hidup selalu penuh warna. Setelah perkelahian panasnya dengan gadis yang mencoba mengganggu hubungannya, kami akhirnya berhasil melerai semuanya. Tapi itu tidak mengakhiri amarah Cindy.
Ketika Kevin, kekasihnya, mencoba menenangkan Cindy yang terlihat belum puas dengan yang sudah terjadi tadi.
Aku memahami situasi itu, mencoba menjauh, memberi ruang untuk dua orang itu berbicara. Duduk di tempat yang cukup jauh dari mereka, namun tetap bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
Dia mendekati Cindy dengan nada lembut. “Sayang, cukup. Kau sudah membuktikan kalau dia salah. Jangan buat masalah semakin besar.”
Namun, itu justru memicu amarah Cindy lebih jauh. Dia berbalik dengan tatapan yang bisa membekukan siapa pun, bahkan aku merasa merinding.
“Jangan memanggilku sayang! Lihat bekas tanganmu! Kau menarikku agar bisa menyelamatkan wanita itu!” serunya penuh kemarahan, menunjukkan lengannya. Kevin terlihat terkejut, tetapi tetap berusaha tenang.
Setelah keluar dari kantor, Cindy terlihat kesal. Aku mencoba menghiburnya. “Kau benar-benar drama, Cindy. Tapi aku harus bilang, itu pertunjukan yang menghibur.”
Dia hanya menatapku dengan tatapan lelah, tetapi akhirnya tersenyum kecil. “Aku hanya tidak mau ada yang mencoba merusak hubungan kami. Kalau aku tidak melakukannya, siapa lagi?”
Kami dipanggil ke kantor administrasi dan mendapat peringatan keras, tentu saja situasinya tidak benar-benar membaik. Apalagi yang Kevin mencoba mendekati Cindy lagi setelah kami keluar dari ruangan.
“Cindy, dengarkan aku. Aku benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Aku bahkan tidak pernah mencoba berniat untuk melukaimu. Aku mohon, jangan marah lagi.”
Cindy menatapnya dengan dingin, seolah-olah Kevin adalah musuhnya sekarang. “Sekali lagi kau bicara padaku, aku akan membuat wajahmu sama seperti perempuan gatal tadi. Pergi!” katanya dengan nada rendah tetapi tajam.
Aku bisa melihat betapa terluka hati Kevin saat itu, tetapi dia memutuskan untuk mundur. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia melangkah pergi, meninggalkan Cindy yang masih penuh emosi.
*
Hari itu benar-benar penuh drama, seperti biasa kalau Cindy terlibat. Setelah perkelahian dengan perempuan yang mencoba menggoda Kevin, kami akhirnya berhasil melerai semuanya. Tapi, seperti yang kuduga, amarah Cindy tidak langsung mereda.
Kevin, yang jelas-jelas tidak mau kehilangan Cindy, terus berusaha mendekatinya. Aku bisa melihat betapa seriusnya dia menjaga hubungan mereka. Tapi aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan gadis-gadis yang menyukainya.
Kevin adalah pria yang baik hati, tampan, dan ramah. Bahkan di kampus, selalu ada saja perempuan yang diam-diam mencuri pandang ke arahnya setiap kali dia lewat, bahkan terang-terangan menggoda.
Namun, sifat ramahnya itu juga sering menjadi masalah. Banyak perempuan yang merasa nyaman berbicara dengannya, terutama karena Kevin selalu bertutur kata lembut. Sayangnya, itu juga yang membuat beberapa gadis terlalu berharap, bahkan yang sudah tahu bahwa dia punya kekasih.
Keesokan harinya, saat aku sedang duduk di perpustakaan kampus sendirian tanpa Cindy, Kevin datang menghampiriku. Wajahnya penuh dengan keseriusan, tetapi aku bisa melihat dia juga terlihat putus asa.
“Al, aku butuh bantuanmu,” katanya, hampir memohon.
ig : lavenderoof