NovelToon NovelToon
Luka Lara ( Pembalasan )

Luka Lara ( Pembalasan )

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: blue.sea_

Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.

Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.

Lara ingin menyerah

Lara benci kehidupan

Lara lebih suka dirinya mati

Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.

Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

"Aku hanya ingin tante Rora bisa menguatkan Lara. Tadi Julian sempat cerita tentang keluarga Lara, dan itu buruk untuk kondisi mental Lara."

"Hufff malang sekali, tentu saja tante mau melakukannya. Ini juga karena anak tante yang tidak becus menjaganya."

Mata Arthur membola, apa kesalahan yang ia lakukan? Meskipun begitu Arthur tetap diam karena dengan begitu Aurora akan memperhatikan Lara.

"Apakah tante boleh menemui nya Aily?" Aurora begitu antusias sekali. Bagaimana tidak dia akan memiliki seorang anak selain Arthur yang sangat durhaka padanya.

Aily tersenyum. "Tentu boleh, kalau begitu Aily pamit tante masih ada pasien yang menunggu Aily di rumah sakit."

Selain dokter keluarga Wilson Aily juga bekerja di rumah sakit yang masih di bawah naungan keluar Wilson. Aily sudah berjanji akan mengabdikan dirinya pada keluarga ini karena kebaikan mereka.

Aily hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Berkat kepintaran yang ia milik Aily mendapat beasiswa di sekolah milik keluarga Wilson. Tak hanya itu, ayah Arthur juga membiayai seluruh biaya kuliah dan hidup Aily saat ia masih menjadi mahasiswi kedokteran di Colombia.

Kembali ke topik

Lara saat ini di herankan dengan kedatangan seorang perempuan dewasa di kamar Arthur. Lara yakin usia perempuan tersebut sudah diatas empat puluh lima tahun, tapi masih terlihat awet muda. Bahkan sangat cantik.

Lara seketika merasa canggung karena saat ini ia hanya berdua saja dengan Aurora. Arthur dan Julian berada di dapur, katanya Arthur memasak makanan untuk Lara dan Julian menemani Arthur memasak.

"Kamu Lara? Saya mommy Arthur yang berarti juga mommy kamu." Aurora duduk di tepi ranjang.

Lara meringis tipis. Jika di posisi seperti ini bagaimana Lara harus bersikap? Apalagi mommy nya Arthur sangat lembut padanya. "Saya Lara tante, Clara Florencia."

"Panggil mommy saja biar nanti terbiasa, lagipula kamu juga anak mommy." Aurora tak ingin membedakan Lara dengan Arthur. Cepat atau lambat Lara juga pasti akan menjadi putrinya.

'Arthur ternyata sangat pemilih, lihat gadis ini sangat cantik dan juga masih sangat muda. Sayang sekali mereka tidak bisa menikah sekarang' Aurora membatin panjang kali lebar.

"Kamu masih sekolah?" Aurora sebenarnya ragu untuk bertanya hal ini.

Lara mengangguk. "Iya tan ehh maksudnya mom, sekarang kelas dua belas." Lara menunjukkan dua jarinya pada Aurora.

Aurora tertawa melihat tingkah Lara. "Bagaimana kamu bisa mau dengan anak mommy?"

Lara tersentak karena pertanyaan Aurora. Ia tidak memiliki hubungan dengan Arthur, kenapa tiba tiba Aurora bertanya seperti itu padanya. "Aku gak ada hubungan sama om Arthur."

"Ppphhhuuttt apa tadi om?" Aurora menyimpan rasa ingin tertawanya. "Tapi dia bilang akan membawa calon menantu mommy nanti saat makan malam." Aurora masih berharap Lara adalah gadis itu. Dia sudah terlanjur menyukai Lara sebagai menantunya.

"Om Arthur gak ada bilang apa apa kok ke aku mom."

Aurora tak percaya, jadi bukan Lara gadis yang akan dibawa oleh putranya, lalu siapa? Aurora harus menanyakan hal ini pada Arthur.

"Mommy ingin membantu Arthur memasak, kamu tahu sendirikan anak itu jarang berada di dapur." Aurora membantu Lara berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Lara. "Istirahat sayang, kalo ada apa apa kamu bisa panggil mommy."

Lara dapat merasakan tangan halus milik Aurora mengelus kepalanya lembut. Hal itu membuat Lara nyaman dan berakhir tertidur. Setelah memastikan Lara benar benar tidur Aurora beranjak dari tempat tidur. Ada hal yang ingin ia tanyakan pada Arthur.

"Hahahaahahaa Arthur kamu dipanggil om, om Arthur." Aurora tak bisa menahan tawanya lagi, ia tertawa terpingkal pingkal. Aurora berulang kali memanggil Arthur dengan sebutan om dengan nada mengejek.

Sedangkan Julian, ia berusaha menahan tawanya. Tak mungkin ia menertawakan Arthur.

"Julian tidak usah menahan kalau ingin menertawakan putraku." Detik itu juga tawa Julian tumpah bahkan lebih parah dari Aurora.

Arthur hanya menatap Julian dan mommy nya datar. Kenapa? Arthur memang biasanya seperti itu. Sangat jarang seorang Arthur menampilkan ekspresi wajahnya.

"Arthur, Lara gadis yang ingin kamu kenalkan ke mommy?" Aurora sudah menduga jawaban Arthur tapi tidak ada salahnya jika ia bertanya.

"Ya."

"Tapi Lara bilang kalian tidak ada hubungan apapun."

Arthur menghembuskan napas, bagaimana cara dia menjelaskannya pada Aurora. Arthur sendiri tidak tahu apa hubungan dirinya dengan Lara. Kalau di katakan berteman atau bersahabat juga tidak mungkin Lara menganggapnya sebagai temannya.

Julian segera mewakili Arthur. "Masih tahap berusaha tante."

Arthur menatap Julian tajam, kenapa malah dia yang menjawab. "Apa? Saya cuman bantu Arthur menjawab."

"Sudahlah, kalian jangan berisik. Lara sedang beristirahat."

~-----~

"Mama mau pergi kemana?" Alena baru saja tiba di mansion tapi sepertinya Rania ingin pergi keluar.

"Alena, kamu sudah pulang? Diantar sama siapa?" Rania segera memeluk Alena. "Maaf tadi pak Rahmat harus pergi anterin mama arisan."

Alena mengangguk, baginya itu bukanlah masalah. Lagipula masih ada kak Rey yang mengantarkannya pulang. "Gak papa kok ma, tadi Alena juga pulang bareng sama kak Rey."

"Kalau begitu kamu ganti seragam kamu. Mama juga mau pergi ke rumah teman mama." Rania mengecup pipi Alena sekilas kemudian pergi begitu saja.

"Mama, mau kemana sih? Udah hampir malam juga." Alena menggembungkan pipinya, jadi malam ini dia akan sendirian dirumah. Ravindra juga tidak pulang karena ada makan malam dengan rekan kerjanya.

"Kak Lara gak mungkin mau main sama aku, tapi kalau aku temuin kakak sebentar kayaknya gak masalah."

Alena segera menuju lantai dua di mana kamar Lara berada. Alena segera membuka pintu kamar tersebut tapi seketika Alena terkejut. Bagaimana tidak, Lara tidak ada di kamarnya. "Gak mungkin kakak pergi dengan kondisinya saat ini." Lirih Alena.

"Pak, pak Rahmat kak Lara dimana." Alena berteriak dari tangga ketika ia melihat siluet pak Rahmat yang ada di lantai satu.

"Maaf non, tadi ada dua orang yang datang bawa nona Lara pergi. Saya gak tahu dibawa kemana non."

Alena tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. "Baik, makasih pak. Kalau gitu bapak boleh lanjutkan pekerjaan bapak."

"Gak bisa kayak gini." Alena segera menelpon Rania untuk memberitahu hal ini pada mamanya. Alena harus mendapatkan kembali kakaknya dengan cepat ia khawatir.

"Ma kakak pergi, dia gak ada di kamarnya." Ucap Alena begitu panggilan tersambung.

"....."

"Oke ma, kalau gitu mama harus hati hati."

"....."

1
Listya ning
Haaaaiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
Alphonse Elric
Top markotop deh cerita ini, recommend banget!
yukio_gchs
Masuk ke dalam cerita banget.
ADZAL ZIAH
keren kak ❤ dukung karya aku juga ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!