MATA BATIN (Keyla Arka)

Mereka hanya diam mendengarkan ceramah dari seorang Keenan, mau menolak hukuman pun tidak bisa.

"Obati luka-luka kalian dan setelah di obati datang ke ruang BK. Yang tidak ada luka ikut saya."

Setelah mengatakan itu Keenan pun berjalan di ikuti anggota OSIS lainnya.

"Cek, ini semua gara-gara kalian." Ujar Gaby sambil menatap sengit Gladis, Puput dan Fipit.

Puput dan Fipit melongos tak perduli, melihat itu Gaby ingin sekali menjitak kepala mereka.

Kini Gabby, Qilla ,Puput dan Fipit mengikuti Keenan. Sebenarnya Puput ada luka, tapi Fipit langsung menarik tangannya karena Fipit tidak mau sendiri, jadi dengan terpaksa Puput mengikuti mereka dengan luka yang belum di obati. Hanya ada memar ke biru-biru saja di bawah matanya itu pun tidak terlalu parah.

Sementara Keyla, Bunga dan Gladis harus mengobati lukanya.

Farell menatap Keyla yang basah kuyup bahkan gadis itu terlihat menggigil.

Farell menghela nafas panjang. Gladis benar-benar keterlaluan.

Cowok itu membuka jaketnya.

"Pakai ini key!!" Farell memakaikan jaketnya kepada Keyla.

Keyla tersenyum. "Makasih Rel!"

Farell hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.

"Aaaaakhh Farell!!"

Tapi ternyata aksi Farell itu langsung membuat para siswa heboh. Farell sedikit terkejut dan keheranan, tiba-tiba sekali mereka menjerit heboh.

"Astaga, Farell so sweet bangeet!!"

"Keyla yang di pakaikan jaket, tapi hati gue yang meleleh."

"Senyumnya manis banget wooy!! Senyum lagi dong Farell!!"

"Senyum Farell hanya untuk Keyla seorang!!"

"Keyla yang dapat perhatian, tapi gue yang baper!!"

"Ternyata kulkas seribu pintu bisa care dan so sweet ya."

"Gue lebih suka Rellkey, daripada GiKey!!"

"Setujuuuu!!" Seru yang lainnya setuju.

Farell dan Keyla langsung saling pandang.

'RellKey?' Batin Farell.

Entah mengapa singkatan itu membuat hati Farell berdesir.

Suka? Ya Farell menyukai singkatan RellKey yang berarti Farell Keyla.

Sementara Gladis memutar bola matanya jengah. apanya yang so sweet coba? Menurut Gladis itu sangat memuakkan.

Tidak ingin menyaksikan itu semua, Gladis pun segera berjalan meninggalkan mereka.

"Sial, perih banget lagi." Gerutu Gladis sambil mengelus pipinya yang terasa perih akibat tampan Keyla dan ada goresan luka juga.

Puk puk.

Farell yang sedang menatap Keyla mengerjap terkejut tiba-tiba pundaknya di tepuk, langsung menatap orang yang menepuk pundaknya.

"Udah Pepet aja, selagi Keyla jomblo, iya gak key?" Febian tersenyum jahil menaik turunkan alisnya.

Keyla hanya mengerlingkan matanya malas.

"Berisik lu!!" Dengus Farell, padahal dalam hati sudah heboh.

"Yaudah gue ke kamar mandi dulu." Keyla benar-benar tidak nyaman dengan tubuhnya yang basah.

"Lu bawa baju ganti?" Tanya Farell.

"Ehem ehem. Perhatian banget babang Farell ini yaa!!" Goda Gama membuat Farell berdecak kesal.

"Gue mau beli di koperasi."

"Yaudah key, biar gue yang beliin lu cepet ke kamar mandi aja." Bunga berjalan mendekati Keyla. Gama pun langsung mengikutinya seperti buntut.

"Nggak usah, Bu. Gue beli sendiri aja, lagi pula lu harus cepat obati lukanya."

Keyla melihat luka di sudut bibir Bunga dengan darah yang mulai mengering, bukan hanya itu saja, ada beberapa memar di wajah cantiknya dan juga cakaran.

Sungguh Keyla merasa bersalah. Karena dirinya mereka jadi ikut terlibat.

Sementara siswa yang berkumpul tadi sudah mulai bubar.

"Bunga gue minta maaf, gara-gara gue muka lu jadi luka-luka kaya gitu." Ucap Keyla merasa bersalah.

Bunga berdecak. "Ngapain minta maaf key? Ini bukan salah lu, sebagai teman kita memang harus saling membantu kan? Jadi udah jangan di pikirkan"

Putri yang mendengar ucapan Bunga seketika hatinya menclos, karena Putri hanya diam saja tidak membantu mereka.

Keyla tersenyum. Selalu bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti mereka. "Makasih Bu"

Bunga tersenyum sambil mengangguk.

"Mmm. Bunga ke UKS aja. Biar gue yang ambil baju buat Keyla." Ucap Putri yang sedari tadi hanya diam.

Keyla dan Bunga langsung menatap putri.

"Yaudah Put gue minta tolong ya, nanti uangnya gue ganti"

Putri tersenyum. "Santai aja Key kaya sama siapa aja."

"Yaudah makasih ya, kalau gitu gue duluan." Kini Keyla berjalan pergi ke toilet.

"Ayok Bub, gue bantu, mau di gendong nggak?" Tanya Gama dengan sejuta perhatiannya.

Ketika Bunga ingin berjalan tiba-tiba Gama merangkul pundaknya untuk membantu berjalan.

"Cek. Apaan sih lo? Emang gue pincang harus di gendong segala!!" Kesal Bunga sambil menyingkirkan tangan Gama di pundaknya.

Febian yang melihat itu tidak kuasa menahan tawa. Sungguh perjuangan Gama untuk mendapatkan Bunga itu sulit sekali. Walaupun Gama di bantu orang dalam untuk mendapatkan cintanya Bunga, tapi ternyata tidak membuahkan hasil.

Orang dalam yang Febian maksud adalah adiknya Bunga, yaitu Arvin.

"Hahahah!! Tau Lu, emang Bunga pincang, segala mau di gendong." Febian tertawa keras, menertawakan kenelangsaan seorang Gama.

Gama mendelik. "Berisik Lu." Dengus Gama dengan wajah di tekuk kesal.

Bunga menghela nafas panjang di hembusannya secara kasar, tidak mau mendengar ocehan mereka lagi, Bunga pun mulai berjalan.

Gama menyadari kepergian Bunga langsung mengikuti, begitupun dengan Febian.

*****

Saat ini Keyla sedang berada di dalam kamar mandi, berdiri menghadap cermin sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan.

Keyla berdengkus sebal dengan wajah masam. Masih benar-benar kesal dengan Gladis.

Syukurnya yang Gladis gunakan bukanlah air kotor, seperti air comberan atau air bekas cucian piring. Karena air itu tidak bau sama sekali.

"Aaah dasar Gladis kamfret"

Bisa-bisanya Gladis menyerangnya karena tidak terima Gio di pukuli dan masuk rumah sakit.

"Seharusnya gue yang marah, karena Gladis udah jadi duri di hubungan gue sama Gio"

Keyla mengerucutkan bibirnya kesal.

Entah bagaimana keadaan mantan pacarnya itu?

Apa Keyla khawatir? Tentu saja tidak. Keyla hanya ingin tau saja keadaanya, tidak lebih dari itu.

Tring tring.

Tiba-tiba ponsel Keyla yang berada di dalam tas berdering.

Keyla segera mengambil tasnya yang tergantung di dinding, membuka tasnya dan mengambil benda pipih miliknya.

Melihat siapa yang menelpon.

"Kak Abizar" Gumam Keyla.

Ternyata yang menelponnya adalah Abizar sang kakak tersayang.

Keyla segera menerima sambungan telpon Abizar.

Setelah kepergiannya malam itu Abizar baru menghubunginya. Mungkin se sibuk itu kakaknya sampai baru menghubunginya.

"Iya hallo kak" Ucap Keyla setelah telepon tersambung.

[Dek, kamu baik-baik saja kan? maaf kakak baru ngabarin]

Keyla tidak segera menjawab. Gadis itu mengerutkan kening, merasa heran dengan suara sang kakak yang terdengar serak dan lemah. Ada apa dengan kakaknya? Apa mungkin karena kecapean?

"Iya kak, Key baik-baik saja, kenapa?" Tanya Keyla.

Terdengar helaan nafas berat di sebrang sana. Untuk beberapa saat Abizar hanya diam dan itu membuat Keyla khawatir.

[Untuk satu Minggu ke depan kakak nggak bisa pulang, dek. Kamu nggak papa kan?]

Keyla mengerjap terkejut. Tidak biasanya sang kakak tidak pulang selama itu. Apa mungkin pekerjaannya sangat padat?

"Kenapa kak? Kerjaan kakak di rumah sakit banyak ya?"

[Untuk satu Minggu ke depan kakak nggak kerja]

Semakin di buat heran Keyla.

"Lah, terus kakak sekarang dimana?"

Jika kakaknya tidak bekerja lantas sekarang kakaknya di mana. Ini aneh sekali, tidak biasanya Abizar meninggalkannya di rumah sendirian.

[Kakak ada di rumah---]

Terdengar helaan nafas berat Abizar.

Apa yang terjadi kepada kakaknya? Kenapa seperti menyimpan beban?

"Kak, kakak nggak papa?" Sungguh Keyla khawatir.

Hening. Untuk beberapa saat Abizar tidak menjawab pertanyaan Keyla.

"Kak?"

[Iya dek, kakak baik-baik saja. Sekarang kakak ada di rumahnya tunangan Kaka, Natasha] Suara  Abizar terdengar lemah dan lesu sekali.

Kira-kira untuk apa Abizar di rumahnya Natasha selama satu Minggu? Apa mungkin Natasha membuat acara.

"Ngapain kakak di rumahnya kak Natasha selama satu Minggu? Apa kak Natasha buat acara?"

[T-tidak dek. Sebenarnya kak Natasha, kemarin malam sudah----meninggal]

Deg.

"APAA". Pekik Keyla terkejut bukan main.

Mata Keyla membulat sempurna dan hampir saja ponsel terjatuh. Tubuh Keyla jadi gemetar kakinya terasa lemas.

"Kak, kakak bercanda kan?" Tanya Keyla seketika tidak percaya dengan ucapan kakaknya.

[Untuk apa kakak bercanda dek? Natasha meninggal karena kecelakaan]

Mendengar suara kakaknya membuat hati Keyla menclos. Mata Keyla memanas bulir bening luruh begitu saja.

Sungguh tidak menyangka Natasha pergi secepat itu. Natasha merupakan perempuan yang sangat baik, lemah lembut dan juga perhatian.

Bukan hanya baik kepada Abizar saja, tapi Natasha juga sangat baik kepada Keyla. Bahkan Keyla sudah menganggap Natasha sebagai kakaknya sendiri.

Keyla dan Natasha itu memang sangat dekat.

Keyla tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya sang kakak di tinggalkan oleh orang yang di cintainya.

[Semalam kakak nggak pulang karena harus mengurus jenazah. Dan Natasha sudah di kuburkan tadi pagi] Kembali Abizar memberitahu.

Keyla menghela nafas berat. Menekan sesak di dada, mengusap pipinya yang basah karena air mata.

"Kakak baik-baik aja kan?" Tanya Keyla dengan suara gemetar, mengigit bibir bawahnya menahan isakan, jangan sampai Abizar mendengar tangisnya, itu akan membuat kakaknya semakin sedih.

[Ya tentu, kakak baik-baik saja] Jawab Abizar sambil di iringi kekehan kecil.

Keyla tersenyum miris, air matanya semakin deras. Keyla tau kakaknya berusaha kuat.

"Kak. Key mau ziarah boleh?"

Keyla menyeka air matanya yang terus mengalir.

[Iya boleh nanti bersama kakak ya]

Tidak di sadari Keyla mengangguk.

"Iya kak"

[Selama kakak di sini, kakak mohon kamu jangan nakal, jangan keluyuran malam-malam. Nanti akan ada yang menjaga kamu di rumah]

Keyla langsung terdiam. Kira-kira siapa yang akan menjaganya di rumah?

"Siapa yang akan menjaga key kak? Kakak tenang aja key nggak akan nakal dan nggak perlu di jaga juga"

Keyla berfikir mungkin kakaknya akan mempekerjakan seseorang untuk menjaganya?

Abizar tidak bisa percaya dengan ucapan adiknya yang katanya tidak akan nakal. Buktinya Keyla selalu keluar malam tanpa sepengetahuannya, Abizar khawatir meninggalkan Keyla sendirian di rumah. Abizar akan menyuruh seseorang untuk menjaga adiknya.

[Kakak nggak tenang key kalau ninggalin kamu sendirian. Nanti ada orang dari keluarganya kakek yang menjaga kamu, namanya----]

Nut nut.

Kening Keyla mengerut, menjatuhkan ponselnya di telinga. Menatap layar ponselnya, ternyata panggilan terputus, entah apa penyebabnya.

Keyla menghela nafas berat.

Menatap pantulan wajahnya di cermin, meletakan ponselnya di sisi wastafel.

Mengingat Natasha membuat hati Keyla sakit. Wanita sebaik Natasha kenapa harus pergi secepat itu?

"Kak Natasha, kenapa secepat itu" Lirih Keyla.

"Padahal kalian akan segera menikah"

Bahkan Keyla selalu menunggu momen hari bahagia kakaknya, menikah dengan Natasha. Dan hari itu sangat di tunggu-tunggu oleh Abizar tapi jika sudah seperti ini, hari yang kakaknya impikan tidak akan pernah terjadi.

"Tuhan lebih sayang kepada wanita baik seperti kak Natasha. Dan semoga kak Abizar akan mendapatkan wanita baik seperti kak Natasha di masa depan nanti!!" Gumam Keyla berharap yang terbaik untuk sang kakak.

Keyla kembali menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangan.

Namun tiba-tiba Keyla terdiam. Gadis itu seperti mengingat sesuatu.

'kak Natasha?' Batin Keyla.

Entah mengapa Keyla merasa ada sesuatu tentang Natasha.

Degh.

"Ya ampun"

Mata Keyla membelalak dengan mulut menganga.

Kini Keyla mengingat sesuatu tentang Natasha.

"Kalau kak Natasha udah meninggal tadi malam. Jadi---yang gue liat di pinggir jalan i-itu siapa?"

Ya, Keyla baru mengingat kejadian itu, dimana Keyla melihat ada Natasha sedang berdiri di pinggir jalan dengan penampilan yang sangat berantakan.

Keyla menelan ludahnya susah payah. Jadi, yang berdiri di pinggir jalan itu bukan Natasha namun arwahnya? Pantas saja Farell tidak bisa melihat keberadaan Natasha.

Brak.

"Astagfirullah!!" Pekik Keyla terlonjak kaget ketika dengan tiba-tiba mendengar suara pintu di banting keras.

Keyla menyentuh dadanya yang berdebar.

"Siapa yang banting pintu? Nggak sopan banget" Gumam Keyla kesal juga.

Entah siapa yang membanting pintu membuatnya terkejut saja.

Lalu berjalan mendekati pintu toilet ingin melihat siapa pelakunya.

Prtt prtt.

Keyla menghentikan langkahnya, mendongakkan kepala ke atas menatap lampu yang berkedip-kedip. Keyla merasa hawa di sekitarnya mulai memanas.

Keyla menyentuh tengkuknya yang tiba-tiba meremang.

Tatapan Keyla beralih ke bawah pintu, melihat ada bayangan seseorang di luar.

"Keyylaa"

Deg.

Tubuh Keyla langsung menegang. Tengkuknya pun semakin meremang hawa di sekitarnya semakin memanas.

Keyla mundur, punggungnya menempel di dinding.

Keyla mendengar seseorang memanggil namanya. Namun suara itu seperti bukan suara manusia. Suaranya begitu lirih, membuat siapapun yang mendengarnya akan merinding.

"Dimanaa"

Glek.

Keyla menelan ludahnya susah payah, ketika kembali mendengar suara itu, punggungnya semakin menempel di dinding.

Brak.

Keyla menutup mulutnya dengan kedu tangan.

Keyla sangat familiar dengan hawa panas ini.

Hening, kini yang Keyla rasakan, seperti tidak ada kehidupan di luar sana.

"Kali ini siapa yang datang?" Batin Keyla dengan tubuh gemetar takut.

........

Jangan lupa like, komen, vote dan nilai ya, makasih yang udah mau membaca sehat selalu🤗💙ikuti ceritanya sampai tamat😊