WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sungguh kejam
Shania tengah duduk manis melihat Arka menggelar kasur di bawah lantai. Dari sudut manapun lelaki matang ini good looking. Gelar kasur lipat saja gantengnya ga luntur. Go to the hell Shania, keliatan banget mupengnya.
"Biar saya di bawah, kamu di atas saja," ucapnya gentle, benar benar artian sebenarnya laki laki idaman yang be gentle, tidak membiarkan perempuan kedinginan, tak tau saja Arka sedang membentengi diri dari gangguan s3tan kecil macam Shania. Shania mengangguk angguk saja saat tengah duduk diatas ranjang. Padahal otaknya lagi travelling liatin keeksotisan produk dalam negri bukan oppa oppa korea ataupun babang tamvan dari negri adidaya.
"Kenapa ga sama sama diatas aja sih pak, ribet amat !" sungutnya. Kan lebih enak mandangin wajah tampan Arka kalo deket, lumayan lah penghantar tidur biar ga diganggu jin ivritt. Arka menaikkan alisnya sebelah, apa gadis ini tidak mengerti, jika sewaktu waktu iman Arka akan goyah juga jika setiap hari harus satu ranjang dengannya, ditambah dia masih merasa risih jika harus berdekatan begitu dengan Shania, entah risih karena Shania yang cerewet dan pengganggu ataukah hatinya mulai goyah untuk melirik gadis kecil ini.
"Enak saja ! yang ada kamu keenakan, nanti kamu khilaf. Kamu juga berisik ! " Shania malah tertawa mendengar pengakuan Arka yang menyebutnya berisik, hingga Arka mengernyitkan dahinya, dasar gadis aneh, dibilang berisik malah ketawa.
Tapi sedetik kemudian Shania diam mendengar jawaban Arka, apakah dia semacam anak harimau yang akan menerkam Arka sewaktu waktu, yang ada harusnya ia yang khawatir Arka bisa jadi liar sewaktu waktu.
"Cih, bapak kira saya cewek apaan, pake khilaf segala ?!" ketus Shania, langsung menaikkan kakinya ke atas ranjang dan merebahkan badannya. Tapi sayang, ia kesulitan untuk tidur ditambah tempat ini sungguh asing untuknya.
"Pak, Shania ga bisa tidur !" ujarnya. Ingin meraih ponselnya, tapi takut kena omel Arka lagi. Sehari ini saja ia sudah kena omel Arka berapa kali. Kupingnya sudah pengang.
"Baca saja seperti kemarin, " Arka membalikkan badannya ke arah lain.
"Cih, pusing lah kepala Shania kalo baca malem malem, bukannya tidur yang ada Shania muntah muntah !" Shania kembali bangun, ia lebih memilih membuat susu hangat.
Ia turun dari ranjang, menatap Arka sekilas yang sudah memejamkan matanya, "cepet banget tidurnya !" gumam Shania keluar dari kamar. Arka membuka matanya, ia belum benar benar tertidur. Tak tau kenapa rasa penasaran menggelayutinya, hingga membuat Arka mengikuti gadis itu.
"Cih gelapnya ! jam 10 aja orang orang udah pada tidur semua disini ! masih siang kali," gumam Shania lirih.
Ia lantas menyalakan lampu dapur, mencari cari gelas dan susu. Tangannya menyendok susu ke dalam gelas, tapi karena kurang hati hati, tangannya terkena rebusan air panas saat ingin menuangkannya ke dalam gelas.
"Aaww...aww....!" Shania menyimpan air panas itu kembali dan meniupi tangannya seraya mengibas ngibaskannya.
"Taruh tangan kamu di air dingin ! itu akan membantu membuatnya dingin," ucapan seseorang membuat Shania tergelonjak kaget dan menoleh.
"Pak Arka, " gumamnya yang masih mengibas ngibaskan tangannya karena panas. Arka tengah bersidekap melihat Shania di ambang pintu dapur. Sejak kapan lelaki ini mengikutinya, bukannya tadi ia sudah tertidur? pikir Shania.
Shania segera menyalakan kran wastafel dan menaruh tangannya di bawah aliran air dingin, mengikuti semua saran Arka.
"Ck, ceroboh !" Arka menggelengkan kepalanya.
"Cepat kembali ke kamar kalau tidak saya kunci kamarnya !" pinta Arka berbalik ke arah kamar.
Shania buru buru mematikan kran dan mengaduk susu hangat itu, lalu membawanya ke kamar, beserta segelas air putih.
"Ngapain bapak ngikutin Shania ?" tanya nya menangkup sepanjang lingkaran gelas dan meminumnya pelan pelan.
"Saya cuma takut kamu ngacak ngacak rumah saya, " jawabnya sinis, mencoba kembali memejamkan mata.
"Setelah ini kamu harus benar benar tidur, jangan sampai mengganggu, dan kunci pintunya !" Arka kembali berbalik dan memejamkan matanya. Sebenarnya Arka pun bukan tipe laki laki yang tidur awal, hanya saja dia bingung harus melakukan apa, terlebih di hadapan Shania, ia tak mau gadis ini mengganggunya.
Setelah segelas susu tandas, mata Shania tak kunjung terpejam, insomnianya benar benar mengganggu. Ia bahkan mencoba membayangkan domba kecil berbulu dan menghitungnya, tips lama dan kuno yang selalu hadir di setiap film kartun yang biasa ia tonton. Malahan kali ini dalam bayangannya si domba kecilnya saja lagi pada joget dangdut, sontak membuatnya cengengesan, dan memantik kemarahan Arka lagi. Hingga ia harus menutup mulut rapat rapat dengan mulut dan guling, Shania tak menyangka otaknya se gesrek ini, seakan semesta tak mengijinkan Shania untuk tidur awal awal. Tak tau tidur pukul berapa. Yang jelas, Shania masih tertidur jam segini. Kembali Arka harus membangunkan sleeping beauty versi nyata ini , ia tak segan segan mencipratkan air dingin ke wajah Shania, sungguh kejam.
"Besok besok kalau terlambat lagi saya tinggal ke sekolah !" desisnya tajam.
"Arka, " ibunya memegang tangan putranya sebagai peringatan jangan terlalu keras pada Shania. Sementara Shania sendiri mengangguk paham tapi dengan cengengesannya.
"Tuh kan bu, dikasih tau malah cengengesan !" tatapnya tajam dengan mulut mengunyah makanan.
"Abisnya pak Arka lucu deh bu, kalo lagi marah marah, liat kan bu alisnya nukik gitu, sewot lagi. Jadi inget si burung merah pemarah tau ngga bu," menyamakan Arka dengan tokoh angry burung. Ibu Arka mengulum bibirnya menahan tawa mendengar ocehan Shania yang menyamakan putranya dengan kartun si burung pemarah.
"Shania, dengarkan kata Arka ya nak. Arka kan sudah menjadi suamimu. Perempuan itu harus bangun lebih awal dari orang orang rumah untuk menyiapkan semua kebutuhan termasuk sarapan, biasakan ya nak..." ucap ibu lembut, Shania mengangguk. Mulai besok ia akan menyalakan alarm.
"Besok ibu ke Surabaya Arka, pakde mu sakit..ibu mau jenguk !" ucap ibunya.
"Hah? pakde sakit bu ? oke, Arka antar, " jawabnya, tapi ibu menggeleng.
"Antar sampai stasiun saja, nanti di Surabaya, ibu dijemput Nanang," jawab ibu.
"Ibu mau ke Surabaya ? berapa lama bu ?" tanya Shania.
"5 hari nak, baik baik di rumah ya.." ibu tersenyum hangat.
*******************
Pagi pagi sekali ibu sudah berangkat diantar Arka sampai stasiun, bi Atun pun ijin karena mengurus anaknya yang sakit. Di rumah ini hanya tersisa Arka dan Shania saja. Benar benar kebetulan yang sempurna.
"Pak ?! ibu dah berangkat ? ko ga bangunin Shania ?!" Shania memberenggut tanda kesal, ia merasa dilupakan.
"Ibu sudah terlambat mengejar jadwal keberangkatan kereta, kalo nunggu kamu bangun, ibu akan tertinggal ! makanya bangun itu jangan siang ! mulai besok saya tidak mau melihat kamu bangun siang !!" Arka masuk ke dalam rumah.
"Cepat pakai sepatumu, kita sudah hampir terlambat !" titah Arka sebelum masuk ke dalam rumah. Shania ikut masuk memakai sepatunya bersiap menuju sekolah.
Shania keluar duluan dari mobil, dengan cepat ia meraih tangan Arka dan mengecup punggung tangannya, membuat Arka terkesiap tapi menerima perlakuan Shania.
"Shania masuk kelas dulu, assalamualaikum, " pamitnya, lelaki itu mengangguk masih mengatur degupan jantungnya yang kencang tak beraturan, aroma vanilla bahkan menguar memenuhi penciuman Arka, begitu memabukkan. Ada seulas senyuman saat matanya menatap Shania yang bertegur sapa dengan murid lainnya dari balik kaca mobil.
"Sha !" senggol Inez, Shania yang hampir terantuk di meja saking bosannya akan pelajaran sejarah berdecak pada Inez.
"Apa sih Nez, " sungutnya.
"Itu pak Komar udah liatin loe," bisik Inez dengan mata yang tetap mengarah ke depan.
"Ngapain ? suka? amit amit !" sengitnya.
"Gini nih kalo otaknya masih nyangkut di pertigaan, negor loe lah, Sha !" Inez menggerutu kesal.
Shania mengalihkan pandangannya ke arah pak Komar, yang menunjuk kedua matanya dengan kedua telunjuk lalu beralih ke arah mata Shania, i watch you.
Shania menunjukkan jari V ke arah pak Komar.
"Pak ! saya mau ke toilet dulu deh, cuci muka !" interupsinya.
"Ya sudah sana, jangan kabur !" jawab pak Komar, lelaki yang sudah mulai beruban dan berkacamata ini sudah hafal kebiasaan Shania.
"Siap bos !" ia menghormat ala militer. Tapi bukan Shania namanya jika benar benar patuh. Setelah berada di ujung pertigaan koridor, ia malah berbelok ke arah belakang ruang musik, dimana teman teman sesama pejuang keseruan ada disana.
"Hay guys !!!"
"Sha ! udah lama ga kesini, pasti pelajaran pak Komar ya !" tebak Guntur, gadis ini mengangguk. Shania duduk diantara 3 laki laki langganan ruang BK lainnya. Ada Guntur, Ari, dan Deni. Mereka satu kelas saat kelas X, mereka juga sering bolos bersama, namun sekarang saat kelas XI, Shania memisahkan diri karena hasil pilihan dari sekolah. Deni menyodorkan snack yang baru saja ia beli dari kantin sebelum kesini.
"Thanks, " jawabnya.
"Loe bertiga pelajaran siapa ?" Shania membuka bungkusan snack dan mulai memakannya.
"Pak Arka ! gilakk galak banget sumpah !" jawab Deni. Shania sampai terbatuk mendengar nama Arka.
"Uhukk !!"
"Makanya neng, kalo makan pelan pelan, nih minum !" tawa ketiganya.
Pak Komar melirik jam di tangannya, sudah lebih dari 10 menit tapi Shania belum kembali. Inez bahkan sudah mengetik pesan pada temannya ini. Pak Komar berdiri, sudah dipastikan jika Shania akan berakhir di ruang BK lagi.
"Saya sudah tau pasti kamu disini !" ucap pak Komar menghentikan tawa keempatnya.
"Kalian pelajaran siapa ?!" tanya pak Komar pada trio bebek teman Shania.
"Pak Arka pak," mereka menunduk dan saling menyikut.
"Shania !!!! ikut saya ! dan kalian, tunggu pak Arka datang, " sengit pak Komar.
"Mau kemana pak ?" tanya Shania.
"BP, " Shania menghela nafasnya akan jadi urusan panjang jika sampai ke telinga Arka.
.
.
.
.