WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara lain minum obat
Shania bergumam sepanjang tidurnya.
"Bundaaa.." lirihnya.
Arka mengerjapkan mata dan memijit pangkal hidungnya. Ia terbangun karena suara lirih Shania mengusik tidurnya.
"Sha, " panggilnya, tapi mata Shania terpejam. Arka memberanikan diri menyentuh kening Shania dengan punggung tangannya, entah teori darimana, hal ini selalu refleks dilakukan orang untuk mengecek suhu tubuh.
"Kamu demam Sha ?" gumamnya merangkak ke atas ranjang dan menyentuh tiap inci kulit Shania lainnya yang tak terbalut selimut. Lelaki itu melirik ke arah jam di dinding.
"Jam 2 malam, "
Arka segera mengambil obat penurun demam yang diberikan dokter dan air putih hangat.
"Sha.." Arka mengguncangkan bahu Shania, ia terlihat khawatir karena gumaman Shania semakin lirih tapi matanya terpejam.
Shania akhirnya membuka matanya perlahan, matanya tampak sayu, tak ada kata kata atau sikap sewot dan nyolot seperti biasanya saat di dekati Arka.
"Kenapa mas, udah subuh ya ?" tanya Shania lemah.
"Badan kamu demam Sha, apa tadi sebelum tidur kamu tidak minum obat dari RS ?" tanya Arka, Shania menggeleng.
Arka mengangkat kedua alisnya, "pantas saja, kenapa ?!"
"Shania ga suka obat mas, obat pahit, ga enak !" jawabnya membelakangi Arka.
"Sekarang makan obat, badan kamu demam Sha, " pinta Arka.
Bukannya mendengar Shania malah memejamkan kembali matanya tak mengindahkan perkataan Arka.
"Ayo mas bantu, " Shania tak juga mengindahkan ucapan Arka dan melanjutkan tidurnya kembali.
"Sha, saya hitung sampai 3 kalo kamu ga bangun, saya yang akan meminumkan obat dengan cara saya sendiri !!" ancam Arka penuh tekanan, tapi seakan menantang Shania tak bergeming.
"1....
"2....
"3....
Arka benar benar membangunkan badan sepanas wajan yang baru saja dipakai menggoreng telur.
"Mas, ih.." tak ada tenaga untuk berontak, karena sekujur badannya lemas tak bertenaga. Meskipun begitu Shania tetap saja menolak, hingga Arka sedikit kesusahan.
"Shania ga suka obat !!! jangan maksa !!" baru Arka tau sekarang, jika Shania kesulitan meminum obat.
Arka meraih dasi dari dalam lemarinya lalu kembali ke ranjang.
"Maafin mas, " bisiknya di telinga Shania.
"Mas Kala mau ngapain ?!!" Shania menolak dipegangi, tapi Arka berhasil meraih kedua tangan Shania dan mengikatnya. Cukup menguras tenaga juga, malam malam sudah disuruh olahraga gulat hanya untuk memasukkan 2 butir obat, menakjubkan !!
"Mas, Shania bisa sendiri !! ga usah diiket, " ucapnya lemas.
"Kesempatan kamu minum sendiri sudah lewat, badan kamu demam !" Arka menyuruh Shania buka mulut tapi gadis itu lagi lagi tak mau.
"Shania bisa sembuh tanpa obat, cuma banyakin minum air putih, ntar juga turun sendiri, " rintihnya.
"Mas, Shania ga suka obat, " mohonnya seraya menitikkan air matanya.
"Tak ada obat yang enak Shania, ayo buka mulutnya !" Shania tetap menggeleng dan merapatkan mulutnya. Tak ada cara lain lagi, Arka memang tak pernah melakukannya, tapi bukan berarti ia minim pengetahuan, meskipun praktek tidak semudah teori.
"Maaf kalo mas lancang, " ucapnya menatap Shania.
"Mas Kala mau ngapain lagi ?!!" Shania terkulai lemas.
Arka menyobekkan plastik obat dan memasukkan tablet putih itu ke dalam mulutnya, meraih Shania dan memegang rahang Shania.
"Hhhh...." Shania terkesiap dengan apa yang dilakukan Arka, hanya sepersekian detik kedua benda sekenyal gummy itu menempel sempurna, Shania membuka mulutnya sedikit karena terkejut saat sapuan bibir Arka terasa hangat, disaat itulah lidah Arka mendorong obat obat itu ke dalam mulut Shania.
Arka meraih gelas dan membantu Shania minum.
"Obat memang pahit, karena zat yang terkandung di dalamnya, kamu bisa meredakannya dengan biskuit atau buah. Nanti mas belikan untuk membantu kamu minum obat, atau kamu lebih suka pakai cara mas ?!" Shania menatap sengit, seraya Arka membuka ikatan dasinya, pergelangan gadis itu memerah bekas ikatan, kontras dengan warna kulitnya yang putih.
"Mas Kala kejam, dasar mesum, fiktor, jahat ! " omelnya memukul mukul dada dan bahu Arka pelan, tapi tak menolak saat Arka menghapus jejak jejak air mata yang tadi sempat ia keluarkan. Arka langsung turun dari kasur setelah membenarkan letak selimut yang sudah semrawut, sedangkan Shania kembali meringkuk. Di balik pintu kamar Arka menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, meskipun dalam keadaan darurat dan terbilang tergesa, tetap tak mengurangi rasa yang membuncah.
"Hayooo, kenapa senyum senyum sendiri ?" tegur ibu, ternyata ibu juga terbangun untuk melakukan shalat malamnya.
"Shania demam bu, " jawabnya.
"Lah, ko istri demam kamu malah senyam senyum ?! sudah minum obat ? di kompres Le," alis ibu mengernyit.
"Sudah bu, iya..ini Arka mau ambil air hangat untuk kompres, " jawabnya.
***********
Arka menempelkan handuk kecil yang sudah dibasahi air hangat di kening Shania, gadis itu tak bergerak.
Ia beringsut turun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan menggelar sajadahnya.
Obat mulai bereaksi, demam di tubuh Shania mulai turun. Menatap jam yang masih pukul 4, Arka merebahkan badannya sejenak di kasur lipatnya, dengan sesekali melirik ke arah Shania yang terlelap, kali ini tanpa gumaman.
"Ka, ibu buatkan Shania bubur.." terlihat punggung ibu sudah berada di depan kompor, dan mengaduk aduk beras yang sudah menjadi bubur di dalam panci.
"Hari ini bi Atun pulang ?" tanya ibu.
"Iya bu, katanya begitu..nanti siang," Arka duduk di depan meja makan dengan masih memakai songkok dan sarungnya, lelaki itu tergerak membuat kopi untuknya sendiri.
"Bagaimana Shania ?" tanya ibu sesekali menoleh.
"Sudah turun panasnya, Shania kesulitan minum obat bu, mungkin nanti Arka akan belikan buah buahan dan biskuit, stok di rumah sudah habis, " jelasnya seraya mengaduk aduk kopi.
"Hm, begitu. Orangtuanya sudah kamu kasih tau ?" tanya ibu.
"Sudah bu, semalam. Kata bundanya hari ini mau kesini, "
"Kamu sendiri, ijin ?" Arka mengangguk.
"Hari ini Arka ijin untuk tidak mengajar, sekolah memberi ijin 2 hari," jawabnya.
"Bu, Arka lari dulu sambil nyari buah buahan, titip Shania.. " ijinnya.
"Iya, biar Shania sama ibu, "
Arka beranjak masuk ke dalam kamar, mengambil celana training dan t shirt juga swetter dan topinya.
Melihat Shania yang masih terlelap, senyumnya merekah.
"Sleepwell girl, mas keluar dulu.. "
"Pagi pak guru !!" sapa tetangga, Arka tersenyum ramah dan membungkuk, melanjutkan acara lari paginya. Dengan banyak ocehan memuji dari para tetangganya yang kebanyakan mahasiswi dan ibu ibu.
"Pagi pak, ga dines ?" tanya pak Hari, satpam lainnya yang bergantian berjaga dengan pak Slamet.
"Lagi ijin pak, istri sakit !" jawab Arka.
"Oh, neng Shania sakit ?" tanya nya. Pak Hari memang jarang bertemu dengan Shania, tapi ia pernah beberapa kali bertemu, dan dipertemuannya Shania selalu memberinya kue.
"Kenapa pak ?" tanya nya.
"Cedera lutut pak, "
"Oalah, sampaikan salam saya semoga cepat sembuh, " jawabnya berempati.
"Makasih pak, iya nanti saya sampaikan. Kalo begitu saya lanjut lari dulu pak, "
Ia sampai di kios pedagang buah, kebanyakan yang membeli adalah kaum ibu ibu, seakan Arka adalah santapan yang segar, mata mereka melirik lirik Arka dengan mesem mesem.
"Sudah ganteng, mau maunya belanja. Bahagia jadi pacarnya !" bisik bisik bak kepakan nyamuk yang berdengung.
.
.
.
.
.