NovelToon NovelToon
Memori Pena

Memori Pena

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Slice of Life / Idola sekolah
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kepik Senja

Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.

Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••

Goresan Pena terakhir ini

Kini tinggalah kenangan

Yang pernah kita ukir bersama

Sekarang kau tak tahu dimana

Tak ada secarik balasan untukku

Akankah titik ini titik terakhir

Yang mengakhiri kisah kita?

Kisah kau dan aku


-Vika Oktober 2017



⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beginning

...silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar....

...|Happy Reading|...

...••★••...

"Vika, hei badan lo dingin banget, kita pulang ya?" Vika menggeleng pelan, air dari helaian rambut gadis itu menciprat ke wajah Faiq. "Pulang kemana? Aku nggak ada hak buat pulang ke rumah Eyang, ke rumah Kakek juga nanti Ibu marah, aku enggak mau bikin Ibu marah lagi."

"Lo pulang pulang ke rumah gue ya? Ini udah malem, nanti lo sakit basah-basahan gini." ucap Faiq dengan nada seramah mungkin. Pemuda itu tengah berusaha mengkontrol emosinya yang sudah di ujung tanduk.

"Enggak Kak, nanti Ibu marah, Ibu ngelarang aku buat nampakin diri di sekitar Eyang dan yang lain, aku-"

Faiq berdiri dari tanah ia mengacak rambutnya yang basah. "Diem! Jangan ngebantah gue, gue nggak suka dibantah. Sekarang kita pulang ke rumah gue, peduli amat sama orang tua lo, mereka aja enggak peduli sama keadaan lo, mereka nelantarin lo begitu aja!" Vika akhirnya hanya mengangguk pelan, benar kata Faiq orang tuannya sudah menelantarkannya, tapi ini pantas Vika dapat, Vika yang membuat Eyang celaka, Vika pembawa sial. "Iya Kak, kita pulang." ujar Vika, ia berdiri perlahan lututnya terasa amat lemas bahkan ia hampir ambruk ke tanah jika bahunya tidak dipegang oleh Faiq, "makasih Kak."

Selama perjalanan hanya keheningan yang ada, pikiran Vika pergi mengelana ia bingung harus kemana setelah ini, hidupnya sudah hancur tidak ada satupun orang yang bisa menjadi haluannya. Untuk apa dia hidup jika seperti ini? Kenapa tadi Faiq tak membiarkannya mati saja? Kakek, Eyang, semuanya, pasti semuanya terbebani karena kehadiran Vika. Faiq dan Ibunya bisa saja kena sial setelah menolong Vika, nggak Vika harus pergi secepatnya dari mereka, mereka orang-orang baik dia tidak boleh membuat semuanya susah karena dirinya.

"Vika, sudah sampai." ujar Faiq dia memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya, persis setelah mereka turun Bu Sekar keluar dari dalam rumahnya, ia terlihat terkejut melihat penampilan mereka berdua yang sudah seperti kucing tercebur di septic tank.

"Kenapa kalian basah-basahan? Perasaan nggak hujan tadi." tidak ada yang menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya itu, Vika menundukkan kepalannya dalam-dalam, sedangkan Faiq memalingkan wajahnya. Dia juga bingung harus berkata apa kepada ibunya, "enggak ada yang mau jawab?" wanita paruh baya itu melirik ke arah putranya, kemudian ia menghembuskan napasnya, "ya sudah masuk dulu, Vika ikut tante!" ujar Bu Sekar dia berjalan berdampingan dengan Vika, sedangkan Faiq sudah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Hah, kenapa hari ini berat banget. Vika pasti tertekan, apalagi kejadian tadi siang pasti psikisnya terguncang, lalu sekarang. Apa-apaan ini? Orang tuanya tega banget sama dia." Monolog Faiq, tadi setelah berhasil menenangkan Vika di danau, ia juga berhasil mengorek informasi dari Vika tentang persoalan keluarganya yang tidak harmonis.

Pemuda itu mengunci pintunya rapat-rapat, kamarnya kedap suara jadi bisa dipastikan tak ada seorangpun yang mendengar monolognya tadi. Ia langsung berjalan menuju kamar mandi, dia sangat lelah sekali dengan semua hal yang terjadi hari ini, semoga kejadian seperti ini tak terjadi lagi.

***

Sarapan sudah terjajar rapi di meja makan, Vika sudah duduk di salah satu kursi bersama Bu Sekar, moodnya sedikit membaik, tapi bukan berarti semua beban pikirannya sudah pergi begitu saja. Ini topeng, hanya sekedar topeng supaya Faiq dan Ibunya tak lagi mencemaskan kondisi Vika dan semalam Bu Sekar mencoba menggali permasalahan yang dialami oleh Vika, tapi tak berhasil Vika memilih diam tak menjawab pertanyaan wanita setengah baya itu.

"Faiq!" teriak Bu Sekar dari meja makan, sudah seperti itu sejak dulu. Lagi pula pendengaran Faiq cukup tajam untuk mendengarkan teriakan Ibunya. Biasanya laki-laki itu akan langsung turun, tapi apa ini? Sudah semenit putranya itu tidak turun. Bu Sekar akhirnya memilih melihatnya di kamar, mungkin anaknya itu sedang mandi?

Ternyata tidak putra keduanya masih bergelung dengan selimutnya yang hampir menutupi wajahnya, dia meringkuk di balik selimut seperti bayi saja. "Faiq, bangun sarapannya udah jadi." Wanita paruh baya itu menurunkan selimut anaknya ia mengusap surai anaknya perlahan. "Eh, kamu demam?"

"E-enggak, bentar lagi Faiq turun, Faiq mau mandi dulu."

"Jelas-jelas kamu demam loh, Iq. Kamu enggak usah mandi dulu, bentar Ibu ambilin sarapan kamu dulu, kebetulan Ibu masak sup ayam." Wanita paruh baya itu langsung turun menuju ruang makan.

"Kak Faiq nya mana tante?"

"Masih di kamar, dia demam jadi kamu makan dulu ya!"

"Eh, maafin Vika Tan, karena Vika Kak Faiq jadi sakit. Biar Vika yang antar makanan Kak Faiq, Tante makan duluan aja." ujar Vika, mendengar itu Bu Sekar segera memberikan semangkuk sup ayam kepada Vika. Diam-diam wanita paruh baya itu tersenyum, ia senang dengan perhatian yang Vika berikan kepada putranya.

"Permisi Kak."

"Em, kok lo?" Pria yang sedang sakit itu langsung duduk dari posisinya, malu sekali ketika orang lain melihatnya dalam kondisi sakit seperti ini. Ini Faiq loh, most wanted yang di puja oleh para fansnya, tidak di sekolah tidak di sirkuit dia selalu tampil keren, gagah, tidak ada satupun yang pernah melihatnya seperti ini sekarang kecuali orang terdekatnya, rambut acak-acakan dengan wajah pucat pasi, dan terlihat lesu karena belum mandi.

"Maafin aku Kak, gara-gara aku Kakak sakit. Seandainya Kakak enggak cegah aku untuk bunuh diri mungkin Kakak masih sehat sekarang." Vika menundukkan kepalannya dalam-dalam, ia sangat menyesal, dia memang pembawa sial.

"Lo kuat, Vika yang gue kenal perempuan yang kuat, lo Bambang Pamungkas, lo Wonder Woman gue, ingat? Lo bantu gue waktu gue jatuh dari motor, lo kuat banget ngangkat motor gue," Faiq menghapus jarak diantara mereka berdua, ia bangkit berdiri mensejajarkan tingginya dengan Vika, "Lo cewek terkuat setelah Ibu gue yang pernah gue kenal, lo harus semangat!"

"Apaan sih Kak? Aku baik-baik aja kok, aku tahu aku kuat." Vika menampilkan senyumnya, ia mencoba menampilkan ekspresi yang ceria di depan Faiq, Faiq yang melihat itu langsung mendekap Vika erat. "Lo enggak baik-baik aja Vika gue tau itu, stop pakai topeng lo."

Rengkuhan hangat dari pemuda yang tengah demam itu membuat Vika nyama, ia menjadi mellow lagi dan tembok pertahanan yang sudah ia bangun dari semalam kini runtuh tak bersisa. "Aku kuat Kak, aku kuat hiks hiks aku kuat."

"Iya gue tahu lo kuat, tapi biarkan gue ambil sebagian beban lo, lo nggak sendiri!" Faiq semakin merengguh erat gadis itu.

"Don't worry its nothing if we're together, gue akan di sisi lo untuk berbagi beban, gue di depan lo untuk membela dan gue di belakang lo untuk mendorong. Ada gue yang bisa lo percaya, Vika!" Vika mengangguk, ia melepaskan pelukannya, kemudian menghapus sisa-sisa air mata di pipinya.

"Iya, makasih Kak. Sekarang Kakak makan dulu nanti sup ayamnya dingin." Vika menyerahkan mangkok sup yang sebelumnya ia letakan di atas nakas, "nanti aku mau keluar cari apartemen, aku udah bilang kok sama Tante Sekar kalau aku engga bisa lama-lama di sini."

"Mau gue temenin?" Vika menggeleng mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Faiq, sudah cukup Vika membebani Faiq, "Aku cari sendiri aja, Kakak istirahat ya biar cepat sembuh."

Sudah cukup Vika bertopang kepada orang lain, ini waktunya Vika mandiri ia akan memulai hidupnya sendiri mungkin itu lebih baik. Dengan begini tidak ada lagi kesialan yang akan menimpa orang-orang yang Vika sayangi, untuk Faiq entahlah dia membuat Vika nyaman, membuat Vika merasa aman, dan entah mengapa hatinya terasa begitu damai jika berada di dekatnya.

•••

...*...

...*...

...*...

...TBC...

...Thanks for Reading 💙🌻...

...Jangan lupa like dan komen ya🫶...

...Luv You All💙🌻...

^^^🐞Kepik senja^^^

1
Nunuy
menurutku karyamu bagus thor..tp kenapa sepi 🤔
Kepik Senja: Hai kak, terimakasih ya udah baca, mungkin sepi karena aku baru di Noveltoon dan di lapak orange aku udah lama hiatus nulis 😅
total 1 replies
Shame
semangat thor
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
Kepik Senja: terima kasih 🤍
total 2 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Nggak bosan-bosan deh baca karyamu thor, semoga semakin sukses! ❤️
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!